TAKDIR TUHAN
*Jodoh Pasti Bertemu*
Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku*
Jalanan Ibukota Jakarta terlihat masih sangat lenggang. Hanya
terlihat beberapa kendaraan yang melintas. Udara pagi juga masih sangat
asri, bunga-bunga pun bermekaran seiring dengan sinar matahari yang
mulai menampakkan sinarnya. Sementara itu Milli, sosok wanita cantik
berambut panjang ini tengah menelusuri koridor sekolahnya. Secercah
senyuman terlihat mengembang di wajah mungilnya, betapa tidak sudah
hampir 3 Minggu lamanya, Milli tidak masuk ke sekolah dikarenakan Libur
Semester.
“Huh, Akhirnya sekolah lagi”. Ujar Milli sembari terus berjalan.
Milli makin mempercepat langkahnya, pikirannya makin jauh menerawang
ke depan. Dilihatnya sekeliling, namun ia tidak menemukan sosok yang
sangat ingin ia temui. Milli sangat tersentuh dengan ketulusan cinta
Nathan, walaupun keduannya belum mengungkitnya dan Milli ingin selalu
melihat senyumannya walau dari jauh tanpa bisa menyentuh sosok
tercintanya.
Milli makin terlihat cemas. Namun kecemasannya sirna seketika saat
menemukan sosok yang ia cari. Sosok itu tengah berbaring di bawah pohon
yang terletak di lapangan belakang sekolah, sembari tanggannya terlipat
di antara tubuhnya, lengkap dengan Earphone yang selalu terpasang di
telingannya serta Buku yang menempel di tangannya.. Dia adalah Nathan.
Nathaniel Affan sosok lelaki yang Tampan, cerdas dan sosok yang baik
hati walaupun sedikit cuek. Dan pastinya dialah sosok yang sangat
dikagumi Milli, bahkan lebih dari itu. Nathan adalah sosok yang sangat
Milli cintai. Namun sayangnya Milli tidak pernah menggatakannya pada
Nathan. Milli pun segera bergegas menghampiri Nathan.
“Heh, jelek!”. Sapa Milli.
Nathan tidak menghiraukan Milli sedetik pun, Ia masih terus berkutat pada posisinya.
“Heh jelek, lo denger gue gak sih?”. Ujar Milli dengan tampang cemberut.
Nathan masih saja tidak menghiraukan Milli.
“Ok, Fine. Daripada gue diem aja gak jelas nungguin lo sadar, lebih baik gue pergi”. Ujar Milli sembari bangkit dari posisinya.
Namun ketika Milli hendak bangkit untuk pergi, Nathan dengan Respect
menarik tangan Milli hingga menyebabkan Milli jatuh tepat di samping
Nathan yang sedang berbaring. Kedua Mata insan yang dimabuk Asmara ini
pun bertemu. Seketika suasana menjadi hening dan Untuk waktu yang cukup
lama keduanya saling melihat dan memperhatikan setiap pahatan wajah yang
diciptakan oleh Tuhan. Sungguh Maha dahsyat kuasa Tuhan yang
menciptakan Makhluk Sosal yang bernama Manusia ini. Keduanya saling
berguman sembari memberikan pujian terhadap satu sama lain. Keduanya pun
tersadar dari Hipnotis yang berbau Cinta itu.
“Dugaan gue emang bener ya..” Ujar Nathan dengan gaya yang cuek.
“Bener apaan?”. Tanya Milli.
“Iya, dugaan gue emang bener.. kalau Lo bener-bener jelek. Haha”. Ujar
Nathan sembari mengacak-acak rambut Milli dengan manja dan berlalu
pergi. Entah mengapa setiap kali Nathan melakukan hal tersebut Milli
terlihat sangat senang sekali.
“Ih, Nathan rese deh lo”. Ujar Milli sembari bangkit dan mengejar
Nathan. Kembali terulang secercah senyuman terlihat dari wajahnya yang
mungil.
Beberapa bulan telah berlalu Dan sekarang Milli dan Nathan serta
teman-teman nya yang lain tengah disibukkan untuk menghadapi Ujian Pra
UN. Karena merasa tidak cukup pintar dalam Mata Pelajaran yang berbau
Hitung-Menghitung. Millia sadar ia harus meminta bantuan pada seseorang
yang tepat untuk mengajarinya. Dan sosok yang tepat menurutnya ialah
Nathan. Karena selain dapat memperoleh ilmu, Milli juga dapat berduaan
dan menghabiskan waktu lebih lama dengan Nathan. Segala keperluan pun
telah dipersiapkan. Nathan juga menyetujui permintaan Milli. Bagaimana
tidak, Mana mungkin Nathan menolak permintaan wanita satu itu, karena
ternyata ia juga menyimpan rasa pada Milli. Sosok yang dikenalnya secara
tidak sengaja pada saat pertama kali masuk ke sekolah ini.
Sepulang sekolah keduanya berjanji untuk belajar bersama. Dengan
menggunakan Sepeda Motor Milli dan Nathan pergi menuju Taman Kota untuk
belajar.
“Nathan, kalau untuk jawaban yang ini. Rumusnya apaan sih?”.Tanya Milli dengan wajah polosnya.
“Lo bego banget sih, Masa lo lupa. Ini soal kan sama seperti yang tadi
kita pelajari di sekolah. Rumusnya yang ini nih!”. Ujar Nathan sembari
mencubit pipi Milli dengan Manja.
“Ih, Nathan.. Lo jahat banget sih. Gue kan lupa. Makannya lo harus
ngajarin gue dengan bener. Oya, Habis dimasukkin rumusnya terus apa
lagi?. Gue bingung nih, ajarin gue dong” Tanya Milli.
Nathan ternyata sedari tadi memperhatikan Milli yang dengan wajah
polosnya tengah kebingungan mencari jawaban dari soal yang ia kerjakan.
“Nathan…” Ujar Milli.
Milli pun menoleh untuk Melihat apa yang dilakukan Nathan karena tidak
menghiraukan Milli. Untuk beberapa saat mata keduanya kembali bertemu.
Namun sesegera mungkin Milli segera menyadarkan diri dari tatapan
Nathan.
“Nathan…” Ujar Milli setengah berteriak. Nathan pun tersadar, dengan terbata-bata ia berusaha menjawab panggilan Milli.
“A.. oo.. A, i.. iya. Nomer berapa tadi, lo mau nanya apa tadi”. Ujar
Nathan dengan terbata-bata. Menyadari tingkah Nathan, Milli pun segera
menjawab pertanyaan Nathan.
“Ini, gue bingung setelah ini dimasukkin angkanya, terus diapain. Gue
bingung. Kok jawabannya gak nemu ya?”. Ujar Milli sambil menggaruk
kepalanya yang tidak gatal.
“Oh, ini.. tunggu ya… Coba kita tambahkan 4x + y = jadi hem… kita jadian aja yuk?”.
Deg!
Jantung Milli berdetak sangat kencang. Ungkapan yang selama ini Milli harapkan keluar dari mulut Nathan akhirnya tercapai juga.
“Yeah, I will”. Ujar Milli dengan mantap.
Keduanya pun saling tersenyum untuk beberapa saat. Dan keduanya pun meninggalkan Taman dengan saling bergandengan tangan.
Malam mulai membentang, Bulan pun telah menampakan sinar terangnya.
Milli segera menutup gorden kamarnya sembari merebahkan tubuhnya di atas
kasur. Memorinya masih mengingat dengan jelas, bagaimana Nathan dengan
gayanya yang cuek menyatakan cinta padanya. Milli merasa telah
terhipnotis dan Milli juga masih tidak percaya bahwa ia telah berpacaran
dengan Nathan. Jam telah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Milli segera
mematikan lampu kamarnya dan segera tidur sambil berharap akan bermimpi
sosok Nathan. Jalanan Ibukota kembali lenggang hanya beberapa kenderaan
yang terlihat melintas. Lampu kota juga terlihat teram-temaram bagaikan
kunang-unang yang berkumpul riang.
Akhirnya segala hal yang menyangkut Ujian kelulusan telah berlalu.
Dan terdengar sorak-sorai dari Siwa/Siswi SMA 1 Pelita yang tampak
sangat kegiranggan karena telah dinyatakan lulus. Terlihat Milli dan
Nathan tengah duduk berdua di bawah pohon belakang sekolah; tempat
favorit Nathan.
“Seneng ya, akhirnya lulus juga”. Ujar Milli dengan senyum mengembang.
“Iya, Terus sebentar lagi kita akan kuliah dan menyandang status sebagai Mahasiswa”. Ujar Nathan sambil megelus rambut Milli.
“Kuliah… Males ah”. Ujar Milli dengan cuek.
“Kenapa males.. Pendidikan itu penting Milli. Kamu tau gak, ada banyak
orang di luar sana yang pengen kuliah, Tapi gak bisa karena keterbatasan
biaya. Sedangkan kamu punya kesempatan dan peluang yang baik. Tapi kamu
malah menolak dan dengan gampangnya kamu bilang males kuliah”. Ujar
Nathan dengan tegas.
“Mulai deh… Ok.. Ok bapak Nathan. Aku bercanda kok. Aku bakalan kuliah.
Karena pendidikan itu penting. Mungkin di Jakarta”. Ujar Milli.
“Gitu dong…” Ujar Nathan sambil mengelus rambut Milli dan Merebahkan Kepala kekasihnya itu ke pundaknya.
“Kalau kamu.. Ntar kuliah dimana. Jakarta juga kan?”. Tanya Milli sambil mengenggam tangan Nathan.
“Emm, aku bakalan kuliah di Bandung. Disana ada Fakultas Ilmu Komunikasi
yang bagus”. Ujar Nathan. Mendengar apa yang dikatakan Nathan, Milli
pun terlonjak kaget dan melepaskan genggamannya dari tangan Nathan.
“Kamu jahat. Kenapa kamu kuliah disana sih. Kan di Jakarta juga banyak
fakultas Ilmu Komunkasi yang gak kalah Okenya. Kamu mau ninggalin aku
ya?”. Ujar Milli sembari menahan air matanya.
“Bukannya aku mau ninggalin kamu. Mau gimana lagi. Aku tidak mungkin
menolak permintaan Orangtuaku. Lagipula, aku sudah dinyatakan diterima
di Fakultas itu. Lusa aku bakalan berangkat. Huh, aku bakalan kangen
banget sama kamu”. Ujar Nathan sambil beranjak dari duduknya dan berlalu
pergi. Milli benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran lelaki
yang sangat dicntainya itu. Bagaimana bisa Nathan akan pergi
meninggalkannya.
Malam harinya, Nathan berniat mengajak Milli untuk Makan Malam di
salah satu Kafe terkemuka di Kotanya, sebagai Salam perpisahan darinya.
Milli terlihat sangat cantik malam ini. Dengan memakai Gaun berwarna
Putih selutut, Milli tampak lebih mempesona dari biasanya. Suasana Makan
Malam itu terasa hening dan romantis ditambah lagi dengan alunan musik
yang mengalun merdu membuat malam itu terasa lebih sempurna. Sayangnya
Sepanjang waktu, Milli hanya berdiam diri dan hanya menjawab pertanyaan
Nathan dengan jawaban yang seadanya. Melihat keganjalan yang terdapat
pada diri Milli, Nathan memberanikan diri untuk bertanya.
“Kamu kenapa sih, dari tadi diem aja. Kalau aku nanya kamu cuman jawab
iya, hmm, tidak. Ngomong dong sama aku”. Ujar Nathan sembari mengenggam
tangan Milli.
Milli hanya tersenyum getir.
“Milli, Hei. Lihat aku… Ada apa?”. Tanya Nathan. Milli sudah tidak dapat membendung air matanya lagi. Seketika tangisnya pecah.
“Aku gak mau kamu pergi Nathan… Aku gak mau, Aku mohon batalin niat kamu
untuk pergi”. Ujar Milli dengan sesengukkan. Untuk pertama kalinya
Nathan melihat kekasihnya itu menangis. Dan orang yang menyebabkan Milli
menangis ialah Nathan, dirinya sendiri.
“Milli, dengerin aku. Kamu gak usah nangis gini dong. Malu tau gak
diliatin orang. Masa Milli cengeng sih. Udah dong nangisnya”. Ujar
Nathan sambil mengusap Air Mata yang mengalir dari pelupuk matanya.
“Nathan, aku mohon…”. Ujar Milli dengan penuh harap.
“Gak bisa Milli, aku gak mungkin mengecewakan orangtua aku. Lagipula
kita masih bisa ketemu kan. Kamu tenang aja, aku bakalan ngunjungin kamu
setiap satu bulan sekali. Ok.. udah ya jangan nangis lagi”. Ujar Nathan
dengan penuh kelembutan. Mendengar perkataan Nathan, Milli sudah agak
baikkan meskipun rasa ketidakinginannya untuk berpisah dari Nathan lebih
besar. Makan Malam pun berakhir dengan kesunyian. Nathan segera
mengantar Milli pulang.
“Kamu tau gak Nathan, Aku masih belum siap jalanin hari-hari aku tanpa kamu”. Gumam Milli dalam hati.
Sudah lebih satu bulan semenjak kepergian Nathan, hari-hari dilalui
Milli dengan seadannya dan terasa sangat biasa. Seharusnya pada
Minggu-Minggu ini Nathan mesti mengunjungi Milli. Namun sayangnya Nathan
masih belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Karena sudah
tidak tahan lagi menahan kerinduan yang amat sangat, Milli pun pergi ke
Bandung untuk menemui Nathan. Akhirnya sampailah Milli Di sebuah
Pavillun yang minimalis. Disanalah selama ini Nathan tinggal. Dengan
langkah penuh harapan Milli memberanikan diri mengetuk pintu. Dan saat
dibuka, betapa bahagiannya Milli karena ia dapat melihat sosok yang
sangat dicintainya itu. Seketika Air matanya pun turun dan menandai
titik embun yang merdu.
“Milli, aku bener-bener gak nyangka ternyata kamu kesini”. Ujar Nathan dengan wajah yang sumringah.
“Aku kangen banget sama kamu Nathan”. Ujar Milli dengan wajahnya yang polos.
“Kamu pikir aku enggak. Aku juga kangen banget sama kamu. Maaf ya, aku
gak ngunjunggin kamu, soalnya aku sibuk banget. Oya, gimana kuliah
kamu?”. Tanya Nathan sambil menyodorkan segelas Cappucino pada Milli.
“Aku udah gak kuliah lagi…”. Ujar Milli sambil meneguk Cappucinonya.
“Kenapa?”. Tanya Nathan penasaran.
“Aku ngerasa, jurusan yang aku masukin itu bukan dunia aku. Sekarang aku
lagi menggeluti dunia Tulis-Menulis. Yah, aku jadi penulis. Aku juga
udah yakin orang Keluarga aku, kalau aku pengen jadi penulis. Dan mereka
setuju. Oya, ini Draft Novel pertama aku. Judulnya Seseorang Di
persimpangan. Jangan lupa dibaca ya?. Ujar Milli dengan Mantap.
“OK, ntar aku baca ya”.
“Janji ya…”.
“Iya..”. Ujar Nathan. Keduanya pun menghabiskan malam yang indah itu berdua.
Semenjak itu, hubungan keduanya kembali terjalin. Namun selang
beberapa bulan kemudian hubungan Milli dan Nathan kembali renggang,
Akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Keduanya pun melanjutkan
kesibukannya masing-masing. Milli dengan kesibukannya sebagai penulis
sangat terasa pada bulan ini, karena Novelnya begitu banyak digandrungi
dan ia juga mendapatkan beberapa Penghargaan sebagai Penulis terbaik dan
Novel Bestseller. Mendengar berita tentang Milli yang begitu gencarnya
diberitakan karena keberhasilannya itu membuat Nathan penasaran terhadap
isi cerita pada Novel yang diberikan Milli. Nathan pun mengambil Novel
tersebut yang dulu sempat dilupakannya. Dibacanya setiap kata dan
kalimat yang tertera pada Novel tersebut..
Manusia di persimpangan…
Dia adalah manusia yang selalu bigung menentukan arah. Belok kanan,
belok kiri, atau lurus saja. Dia hanya tau dia harus terus berjalan.
Tidak boleh berhenti. Sampai di satu titik ketika kebuntuan
menghadangnya daripada memilih untuk berhenti dia memilih untuk mundur
lagi ke belakang. Karena yang penting baginya adalah terus dan terus
berjalan”
Tanpa disadari, air mata pun menetes dari pelupuk Matanya. Ia sangat
menyesal karena selama ini memilih untuk berpisah dari Milli. Namun, ia
tak dapat berbuat banyak. Orangtua Nathan tidak mengijinkannya untuk
menjalin hubungan dengan wanita yang berbeda Agama darinya yang dimana
Nathan seorang Muslim sedangkan Milli Non Muslim. Semula ia cuek dan
tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Namun seiringnya waktu dan
juga Karena orangtuanya mengetahui hubungannya dengan Milli. Dengan
tegas orangtuanya menolak. Nathan pun terpaksa melepaksan cintanya itu.
Sebenarnya Tidak ada aturan ketika mencintai, karena kamu tidak pernah
tahu dengan siapa kamu akan jatuh cinta. Ia tidak pernah mengerti Kenapa
Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda namun Tuhan tetap harus disembah
harus dengan satu cara? Oleh karena itu Tuhan menciptakan Cinta, supaya
yang berbeda-beda bisa tetap bersama. Nathan pun berniat untuk menemui
Milli. Dengan tekad yang pasti Nathan pun menemui Milli yang pada saat
itu tengah berkumpul dengan teman-teman SMAnya dulu. Betapa kagetnya
Milli karena melihat Nathan juga hadir untuk merayakan kesuksessan Milli
sebaga penulis.
“Hai Milli, apa kabar?”. Tanya Nathan sambil duduk di sebelah Milli.
Tampak wajah bingung sekaligus tidak percaya dari Milli karena melihat
sosok yang selama ini pergi datang kembali. Begitu halnya dengan
teman-temannya yang lain. Namun sosok yang sedari tadi tidak senang
melihat kedatangan Nathan adalah Gilang.
“Mil, aku udah baca lo Novel kamu, ceritanya bagus banget..”. Ujar Nathan.
“Oya, makasih..”.
“Umm Nathan kenalin ini temen aku Gilang”. Ujar Milli. Keduanya pun
saling menyodorkan tangan. Sudah banyak yang berubah dari Milli tapi
satu yang pasti Milli makin cantik dan lebih dewasa. Semenjak berpisah
dari Nathan, sosok yang selalu menemani Milli adalah Gilang, meskipun
Gilang sempat menyatakan perasaannya pada Milli, namun Milli enggan
untuk menjalinnya dalam sebuah ikatan. Karena jauh dari lubuk hatinya
yang terdalam, ia masih mengharapkan Nathan.
Semenjak kembalinya Nathan, membuat hubungan keduanya kembali
terjalin. Dan sore itu, tepatnya di Tempat Milli bekerja mereka saling
bertemu. Dan Nathan pun memberanikan diri kembali untuk menyatakan cinta
pada Milli, walaupun orangtuanya sangat menolak dengan keras
hubungannya karena masalah perbedaan Agama yang menjadi penghalang. Dan
pada saat Nathan memutuskan hubunggannya dari Milli, Milli tidak
mengetahui penyebab itu semua karena masalah perbedaan Agama. Nathan pun
segera menghampiri Milli.
“Mill, Kita bisa bicara sebentar..”. Pinta Nathan. Milli hanya mengangguk.
“Mill, aku mau.. kita balikkan lagi. Aku masih sayang sama kamu. Kamu juga kan?”. Tanya Nathan sembari memeluk Milli.
“Tunggu Nathan, aku belum jawab”. Ujar Milli sambil melepaskan pelukkan Nathan.
“Kenapa..?”. Tanya Nathan dengan bingung.
“Aku gak bisa Nathan.. Aku tuh capek nungguin kamu, ngelupain kamu…” Ujar Milli dengan wajah sedih.
“Iya, tapi Milli…?”.
“Kamu seenaknya datang ke kehidupan aku, dan pergi lagi!”.
“Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu, tapi untuk abadi bersamamu Milli”. Ujar Nathan.
“Nathan.. Aku tuh capek nungguin kamu terus Nathan. Kamu datang ke
kehidupan aku ngasih harapan terus enggak Kamu tuh gak jelas, aku maunya
sama yang jelas jelas.”
“Aku sayang kamu Milli. Kamu gak tau perasaanku”.
“Kamu itu terlalu ‘abu-abu’ buat aku, dan aku capek dengan
ketidakpastian kamu selama ini”. Ujar Milli. Setelah mengucapkan kata
itu, Milli pun segera berlalu meninggalkan Nathan yang masih termenung.
Andai Milli tahu, alasan yang membuat Nathan pergi meninggalkan Milli
karena perbedaan Agama, mungkin ini tidak akan terjadi dan pastinya
Milli tidak akan semenderita ini.
Karena gagal mendapatkan cintanya kembali, Nathan pun berniat untuk
pergi keluar dari Hiruk pikuk suasana Indonesia. Ia pun segera terbang
Menuju Paris untuk menenagkan diri sekaligus untuk menyelesaikan
pekerjaannya disana untuk waktu yang cukup lama. Namun sebelum berangkat
ke Paris, Nathan menyempatkan untuk mengirim surat untuk Milli.
Hatinya begitu teriris melihat banyak muda-mudi yang ada di Paris
saling bercengkerama menikmati keindahan Menara Eiffel pada saat
detik-detik tenggelamnya Matahari. Bayangkan, ia menikmati senja
mempesona di bawah Naungan menara Eiffel hanya sendiri tanpa ditemani
sosok terkasih. Sementara itu, Milli masih berkutat dengan di Mejanya
sambil terus membaca surat pemberian Nathan.
Hari ini pastilah hari yang paling bahagia buat kamu. Aku ikut
bahagia. Karena dari tempatku berada aku yakin aku bisa melihatmu.
Melihat engkau tersenyum. Walaupun aku tak bisa menyentuhmu lagi.
Maafkan aku karena aku meninggalkanmu, Mili. Tapi sebenarnya aku tak
pernah benar-benar melakukannya. Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu.
Tapi justru menjadi abadi bersamamu. Aku bukan penulis. Aku hanya ingin
mengutip salah satu dari tulisan di novel pertamamu. Dimana sang tokoh
selalu merasa melewati jalan asing. Mencari, entah apa. Berlari, entah
untuk apa. Ratusan persimpangan dilewati lalu diabaikan. Hingga
kerinduan menjelma menjadi bayangan sepangjang perjalanan. Akulah tokoh
itu. Dan kerinduanku akan menjadi bayanganku. Kerinduan pada suatu hari
milik kita. Pada suatu persimpangan dimana kita pertama kali bertemu
Milli sangat menyesal karena tidak menerima Nathan kembali untuk
menjadi kekasihya, Milli juga telah mengetahui penyebab mengapa Nathan
tidak menepati janjinya untuk menemuinya setiap satu bulan sekali.
Beberapa bulan yang lalu, tepatnya setelah 3 bulan kepergian Nathan ke
Paris, saat Milli tengah jalan-jalan di Mall, ia secara tidak sengaja
bertemu dengan Nikki, Adik kandung Nathan yang sangat perihatin dengan
hubungan Kakaknya. Nikki menjelaskan semuanya pada Milli. Semenjak
itulah perasaan Milli menjadi tidak karuan. Karena sudah tidak tahan
lagi membendung perasaan, Milli pun beranjak dari tempat duduknya dan
segera pergi menuju kamar untuk mengambil beberapa barang yang
diperlukan selama di Paris nanti. Milli pun terbang menuju Paris untuk
menyusul Nathan.
Sudah Satu Minggu berlalu, pencaharian Milli terus saja berlanjut.
Karena kelelahan Milli pun berhenti di bawah lampu temaram Menara
Eiffel. Sangat indah Menara Eiffel pada malam itu, tepat di atasnya
bulan menyinari setiap sudut kota Paris, negara yang dijulukki sebagai
tempat Paling Romantis di Dunia.
Deg!
Entah mengapa, tiba-tiba jantung Milli berdetak begitu kencangnya. Dan
saat ia menoleh ke belakang. Betapa kagetnya Milli karena ia mendapati
sosok Nathan yang diterpa sinar rembulan saat itu.
“Kamu semakin tampan saja Nathan…”. Gumam Milli dalam hati.
Dan keduannya pun saling berpandangan satu sama lain untuk waktu yang
cukup lama. Terlhat senyum mengembang di wajah keduannya. Dan di bawah
naungan Menara Eiffel pada malam itu menambah indahnya pertemuan Dua
Insan yang dimabuk Asmara ini. Karena memang Cinta sejati selalu datang
pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Dan ia
tidak pernah tersesat.
*Mengajak Tuhan bicara dengan bahasa yang berbeda, terjadi percakapan sederhana dengan bulir air mata.”
*Kita bukan Istiqlal bukan juga Katedral, namun jika mereka bernyawa, apakah mereka akan saling jatuh cinta?”
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MINTA KOMENTARNYA YA ^^