Sabtu, 31 Mei 2014

CERPEN PENYESALAN


 aku telah berdosa
apakah kau akan memaafkanku ,Tuhan?
     
   Perkenalkan namaku adalah Narkoba atau kau bisa memanggilku dengan nama lain yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Aku memang kecil, tapi aku bisa membuat kalian hancur. Banyak orang menyukaiku, terutama mereka yang sudah hilang akal sehatnya.
Kali ini korban ku bernama Lesline Camela, dia adalah seorang gadis remaja berparas cantik dengan hidung mancung,berkulit putih dan memiliki ukuran tubuh bak seorang model papan atas sehingga bisa dibilang dia hampir cantik sempurna. Dia dilahirkan dan dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang harmonis dan berkecukupan. Dan Lesline adalah anak tunggal dari keluarga itu. Lesline adalah seorang murid berprestasi dari sekolah dasar, itu semua juga berkat motivasi dari keluarganya. Sekarang Lesline masih kelas 1 SMA. Intinya dia adalah gadis yang beruntung karna memiliki semua kesempurnaan itu.
Namun Lesline tak pernah menduga, kehidupan seperti itu tak berjalan selamanya. Semua itu berawal, ketika Lesline yang baru saja pulang sekolah tak sengaja melihat ayahnya yang sedang menampar ibunya dengan penuh amarah. Lesline melihat  dengan mata kepalanya sendiri. Lesline tak menyangka tangan itu yang biasanya melindunginya dan ibunya, kini malah menampar wajah ibunya. Dan semenjak sa’at itu Lesline tak kuasa menahan air mata yang terus keluar membasahi pipinya. Lesline berharap kejadian gila itu cepat dilupakannya karna itu sangat menyakitkannya. Hingga akhirnya pertengkaran itu berujung pada perceraian yang lebih menyakitkannya lagi.
Kini hari-harinya dipenuhi dengan lamunan, rasa sakit yang luar biasa membuat jantungnya terasa berat dan sesekali merasakan dadanya sesak seperti kehabisan nafas, inginya berteriak namun tak bisa suaranya seperti tertahan untuk keluar. Rasa sakit yang menusuk direlung hati yang paling dalam itulah yang dirasakannya sa’at ini.
Dan Lesline pun memutuskan untuk pergi ke rumah neneknya, berharap ia akan mendapatkan ketenangan disana. Malam pun tiba, Lesline masih termenung terus membayangkan kejadian itu mereka-reka ulang sa’at ayahnya menampar ibunya dan membuat ibunya menangis dan Lesline ikut merasakan rasa sakit itu. Dan perlahan tetesan air matanya mulai membasahi pipinya lagi Lesline berusaha tegar dengan terus memukuli dadanya dengan salah satu tangannya. Hingga terdengar sebuah suara langkah kaki neneknya membuyarkan lamunannya. Lesline cepat-cepat menghapus air matanya dan mengalihkan pandangannya ke arah neneknya. “Kau tidak mengantuk Lesline?” terlihat neneknya mulai duduk disampingnya. Lesline hanya menggelengkan kepalanya. Perlahan Lesline tersenyum dan menjawabnya lirih “aku tidak bisa tidur nek”.
“Aku tahu Lesline apa yang sedang kau rasakan sa’at ini, gundah, sakit, rindu bercampur aduk jadi satu seperti es campur milik pak lukman tetangga sebelah” kata neneknya bercanda mencoba menghiburnya. Lesline tertawa pelan mendengarnya. “aku sebatang kara nek!” teriaknya. “Ssst..kau tidak boleh bicara seperti itu Lesline.” Sebelum neneknya selesai berbicara Lesline memotong pembicaraanya. “Tapi aku tidak memiliki keluarga yang aku banggakan lagi nek, keluargaku telah hancur mereka jahat pergi meninggalkan aku sendiri.” Suaranya semakin pelan dan semakin tak sanggup menahan air matanya. Mereka diam sesa’at dan suasana menjadi hening. Perlahan neneknya memulai pembicaraan dan mencoba menenangkannya ”Bagaimana pun keadaan mereka, mereka tetaplah orangtuamu, kau tetap anggap mereka ada jangan pernah kamu katakan kalau kau tidak mempunyai keluarga, cobalah kau ingat-ingat kembali sa’at kau dipeluknya manja,  selalu ada sa’at kau membutuhkannya, gurauan candanya, bahkan mereka berusaha mewujudkan apapun yang kau mau.” Lesline terdiam tak ada sepatah kata pun yang terlontar. Kata-katanya serasa menusuk hatinya dan air matanya menetes, isak tangis Lesline mulai keluar di malam yang hening tak ada suara sa’at itu hanya suara tangisnya yang ada “Tidurlah Lesline ini sudah malam, lupakanlah kejadian ini bersama mimpi indahmu Lesline.”
Lesline pun menurutinya “Baiklah nek” jawab Lesline mengangguk. “Berjanjilah padaku untuk selalu tersenyum dalam menghadapi berbagai masalah.” Tanya neneknya. “Aku berjanji nek.” Lesline mengiyakannya sambil tersenyum.
Tak lama kemudian Lesline mencoba memejamkan matanya dan tertidur. Hari menjelang pagi sang fajar mulai memamerkan sinarnya pada dunia. Lesline terbangun dari tidurnya yang lelap. Perceraian orang tuanya membuatnya putus asa tapi Lesline tahu kehidupan tetap berjalan. Hari demi hari dilaluinya dengan kesunyian. Yang biasanya terdengar gurauan ayah dan ibunya yang selalu membuatnya tertawa, kini semua itu terasa hambar baginya. Terkadang ketika Lesline melihat temannya yang diantar oleh ayah ataupun ibunya, membuatnya tak tahan membendung air matanya. Lesline sangat merindukan kehidupan seperti mereka.
Tak seperti teman-temannya yang lain yang sedang asik bersenda gurau satu sama lain, akhir-akhir ini disa’at istirahat pun Lesline hanya duduk terdiam termenung dibangkunya. Hal ini membuat penasaran salah satu teman sekelasnya panggil saja dia Riani “Hey Les kalau aku perhatikan kau akhir-akhir ini diam saja, kau kenapa Lesline?” tanyanya. “Aku tidak apa-apa kok Ri.” Jawab Lesline tersenyum palsu. “Ayolah Les ceritakan semuanya padaku aku berjanji aku akan merahasiakannya. Percayalah padaku” Kata Riani menyakinkannya.
“Percuma saja kau tidak akan mengerti,ini begitu rumit ada hal yang membuatku bingung Ri kenapa mereka tega meninggalkanku. Orang tuaku bercerai, keluargaku hancur Ri. Dan itu sangat menyiksa batinku.” Jelas Lesline pura-pura tegar sambil menggigit bibirnya. “Sabar ya Les aku tau itu sangat sulit untukmu tapi pakailah ini dan kau akan merasa tenang. Aku juga memakainya disa’at aku sedang gundah dan ini sangat berguna” Balas Riani sambil memberikan bungkusan kecil dari dalam sakunya.
Di dalam kamarnya Lesline terus memandangi bungkusan itu yang diletakan di meja belajarnya dengan rasa penasaran Lesline mengambil bungkusan itu dan membukanya perlahan-lahan, tiba-tiba muncul bau yang menusuk hidungnya. Dihirupnya bau itu dalam-dalam. Lagi dan lagi. Ternyata benar apa yang dikatakan Riani tanpa disadarinya Lesline bisa tenang karenanya. Dan sejak sa’at itu narkotika menjadi bagian terpenting dalam hidupnya. Lesline tak bisa lepas dari benda itu dalam arti lain Lesline sudah ketergantungan pada benda haram itu.
Esok harinya disekolahan, Riani menghampiri Lesline dan duduk disamping bangkunya.“Lesline, nanti malam kamu sibuk atau tidak? Kalau tidak ikutlah denganku.”
“Kemana?” tanya Lesline. “Pokoknya dari pada kamu melamun dirumah terus dan ujungnya pasti sedih mending ikut aku deh pasti seneng.” Balas Riani. “Baiklah.” Jawab Lesline sedikit ragu.
Waktu menunjukan tepat pukul 10 malam, tiba-tiba hp Lesline bergetar dan dilihatnya sms dari Riani yang mengingatkan janjinya dan akan mengajaknya pergi dan Lesline mengiyakan ajakannya. Terlintas dipikiran Lesline dulu ayah dan ibunya sering mengingatkannya agar tidak keluar pada malam hari tapi itu dulu mencoba menyakinkan di benaknya apa salahnya sekarang mereka tak lagi memperhatikannya mungkin ia akan mendapatkan kebahagian baru dengan teman-temannya. Lesline keluar rumah menjaga langkah kakinya tetap pelan agar tidak membangunkan neneknya yang sedang tidur. Dibuka pintu rumahnya dan disana Riani sudah duduk didepan teras rumah menunggu Lesline “Riani,maaf aku sudah membuatmu menunggu lama.”
“Ayo cepat  masuklah kedalam mobil.” Kata Riani pada Lesline. “Kita mau keman Ri?” tanya Lesline. “Sudahlah kau diam saja, nanti kau juga akan tahu sendiri.” Jawab Riani. Mereka melaju menuju tempat tujuan.“Apakah ini rumahmu Ri?” “Bukan ini rumah kenalanku .
Tampak luar dari rumah itu sepi hanya gonggongan anjing yang terdengar, namun ketika Lesline membuka pintu rumah itu sangat ramai seperti klub malam di kota-kota besar disana sudah duduk teman-teman Riani yang sedang asik berbincang satu sama lain dengan segelas anggur merah digenggaman mereka. Lesline melihat keseluruh ruangan tampak botol miras berserakan dimana-mana. “Kau pasti Lesline kan, aku joy temannya Riani” salah seorang dari mereka menyapanya.
“Kemarilah! Bergabung bersama kami, cobalah ini pasti kau akan suka” katanya dengan menyodorkan sebotol miras kepada Lesline. Lesline hanya tersenyum tak tahu apa yang harus dilakukannya karna hal itu masih terlalu asing baginya. Tetapi mereka terus membujuknya hingga Lesline mau meminumnya, itu dilakukannya berulang kali hingga membuatnya mabuk berat dan berbicara ngelantur. Lesline tak sadar bahwa dirinya telah dibujuk untuk bergabung dalam pesta narkoba yang diingatnya hanyalah bersenang-senang melupakan segala hal yang membuatnya putus asa.
Waktu menunjukan tengah hari, Riani mengantar pulang Lesline kembali ke rumahnya. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kedua mata Riani mendadak kabur, kepalanya pusing berat, Riani mulai membayangkan ilusi-ilusi aneh dan “Braaaakkkk!!!....” mobil Riani menabrak sebuah pohon besar di pinggir jalan. Keadaannya membuat kosentrasinya hilang dan tanpa disadarinya, ia telah membahayakan nyawanya dan juga temannya Lesline. Mobil ambulans melaju cepat mengeluarkan bunyi sirine khasnya menembus keruman orang membawa mereka ke RSUD. Lesline tak sadarkan diri, sakit pada tulang kakinya karena patah membuatnya tak mampu bertahan untuk membuka matanya, nafasnya terengah-rengah ada trauma yang mendalam darinya karna melihat temannya terluka parah darah yang bercucuran dari kepala Riani membuat kotor pakaian putih para suster, secepat mungkin Riani digelinding ke ruangan UGD. Lesline yang mendapat pertolongan pertama kembali tersadar. Lesline berusaha beranjak dari tempat tidurnya berjalan pincang menuju ke ruangan Riani dimana Riani dirawat. Salah seorang suster mencoba untuk mencegahnya tapi Lesline memaksa. Lesline gelisah dengan pernyataan dokter yang akan didengarnya. Lesline terkejut mendengar, Lesline
To be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINTA KOMENTARNYA YA ^^