Baju Korea merupakan salah satu develop
mаkе уаnɡ barrier banyak diminati οƖеh раrа wanita ԁі dunia, bаіk
remaja ataupun dewasa. Dеnɡаn modelnya уаnɡ unik ԁаn lucu, ѕеhіnɡɡа
baju іnі menjadi salah satu pilihan уаnɡ cocok υntυk dipakai ԁаƖаm
berbagai suasana, bаіk santai ataupun genteel. SеƖаіn іtυ baju korea
juga memberikan kesan feminim ԁаn stylis bagi pemakainya. Ciri khas
ԁаrі baju korea іnі аԁаƖаh ԁеnɡаn potongan pendek, bаіk ԁаƖаm bentuk
dress ataupun gaun ԁаn dilengkapi juga develop уаnɡ trendy ԁаn present.
Bagi Anda уаnɡ ingin melihat koleksi develop baju korea terbaru 2014,
silahkan lihat selengkapnya berikut іnі :
CATATAN KECIL
TerimaKasih telah mengunjungi blog saya
Senin, 02 Juni 2014
READY STOCK WALL STICKER
READY STOCK WALL STICKER
ORDER NOW....
kode : 1A
kode : 1B
kode : 1C
kode : 1D
MINAT? BERANEKA MACAM PILIHAN CORAK,GAMBAR DAN WARNA !!
*gambar diatas hanya sebagian contoh*
invit PIN BB kami dan JOIN GROUP untuk update gambar dan informasi lainnya langsung saja
1.PIN : 2A0DAAC or
2. SMS Only: 085791625323 (fast respond)
HANYA DISINI RESELLER TERPECAYA,
DAN TIDAK NEKO-NEKO DIJAMIN 100% BARANG SAMPAI
max : 6 hari setelah pemesanan kalau tidak sampai
UANG KEMBALI !!
"JUAL JUGA PO GARSKIN UNTUK PONSEL, TABLET/LAPTOP"
ORDER PANCAKE DURIAN
PANCAKE DURIAN 100% BERBAHAN
DURIAN ASLI..!!
PRAKTIS, SEKARANG PESAN
LANGSUNG KAMI ANTAR...!!!
*khusus untuk pemesanan daerah kederi free ongkir*
LANGSUNG KAMI ANTAR...!!!
*khusus untuk pemesanan daerah kederi free ongkir*
LANGSUNG SAJA PESAN DISINI,
CALL/SMS : 1.085791625323 (order/fast respond)
2.0354-771057 (rumah)
atau langsung saja ke alamat kami di :
"Jlln Semeru No.132 Dsn. Pojok Ds. Bulusari
Kec. Tarokan
Kab. Kediri Prov. Jatim 64152"
JUAL MAGIC PLUS WHITE CREAM ASLI 100% DARI LEJEL
MAGIC PLUS WHITE CREAM
ASLI DARI LEJEL HOME
SHOPPING
MENCERAHKAN HANYA DALAM 5 MENIT
"Sangat Aman Digunakan, Memiliki Sertifikat Resmi Dari BPOM Korea, FAD AS,
Dan Ijin BPOM Indonesia"
BUKAN SEKEDAR JANJI TAPI BUKTI.....!!!
MINAT? CALL/SMS :
0354-771057 (RUMAH) & 085791625323 (PONSEL)
MANFAAT LENGKAP MAGIC PLUS (Efek Samping Magic Plus White Cream )
* Hanya dalam waktu 1 menit seketika kulit putih
* Kulit putih dapat bertahan selama ± 7 jam
* Kulit Putih Permanen Dengan pemakaian teratur selama 3 bulan kulit
* Aman dengan 3 sertifikat lokal dan internatinal
* 100% Non Mercury
* Perpaduan Moisturizing Factor yang tidak menimbulkan kekeringan di wajah, menjadikan kulit semakin lembut dan bercahaya
* Memperbaiki metabolisme kulit sehingga kulit sehat dan segar
* Aman bahkan untuk kulit paling sensitif karena terbuat dari herbal
* Waterproof dan bisa sebagai alas bedak
CARA PAKAI:
1. Bersihkan wajah, keringkan
2. Oles cream merata ke wajah
3. biarkan 3-5menit
4. bilas dengan air (tanpa sabun)
5. keringkan dengan handuk ditekan tekan
6. Oles pelembab/makeup base jika diperlukan.
Penggunaan : 2-3x seminggu atau tiap hari jika diperlukan. Hasil maximal dan permanen setelah 6bulan penggunaan.
Magic Plus White Cream Lejel merupakan produk luar negeri ( Korea) yang dapat memutihkan kulit secara cepat. Dapat digunakan untuk segala usia dan segala jenis tipe kulit. Selain itu, krim ini dapat digunakan untuk wajah dan tubuh. Untuk mendapatkan hasil putih permanen, gunakan krim ini selama kontinyu minimal 3bulan. Rasakan kulit menjadi Putih, Cerah, dan Segar secara Alami.
CERPEN MENGHARUKAN
JANGAN PETIK MAWAR
“Apa yang dapat aku sukai dari setangkai bunga? Mencintai bunga hanya perlambang lemahnya seorang perempuan. Bunga bukanlah identitasku sebagai perempuan. Aku menolak mencintai bunga, bukan lantaran aku membenci keindahan, tetapi bunga selalu membawa misteri baru dalam hidupku.”
Raka masih tak percaya cintanya tertolak, ia seperti telah kehilangan kepercayaan dirinya sebagai seorang lelaki. Aku mengenal Raka sebagai seorang yang santun dan tak banyak bicara. Keberaniannya untuk menyatakan cinta kepadaku, bisa jadi hal terhebat dalam hidupnya. Tetapi, aku tak seharga dengan mawar putih yang ia berikan, tidak, meski mawar putih itu, berbicara padaku soal ketulusan.
Sejak peristiwa penolakanku terhadap Raka, aku semakin yakin, bahwa perempuan tak perlu takluk di hadapan bunga. Siapa yang berani menjamin laki-laki baik yang bersamaku sekarang ini, tak akan menjadi laknat di kemudian hari. Laki-laki itu ya laki-laki, mereka sama saja, dan Raka, bukan pengecualian atas hal ini, dia mungkin baik, ya, itu karena dia belum saja terbukti berbuat jahat.
“Mawar, bangun Nak sudah pagi, jangan sampai kamu terlambat ke sekolah!” panggil ayah.
Aku hanya merubah posisi tidurku yang semula menghadap kiri menjadi ke sisi kanan. Dari posisi ini tak sengaja mataku memandang bingkai foto di atas meja belajar. Aku melihat seorang perempuan ayu tersenyum di balik bingkai, dan entah sejak kapan, pipiku telah tergenang air mata.
Aku terduduk, di atas ranjang, mengusap air mata dengan cara khas seorang anak perempuan. Air mata itu menguar, aromanya menyeduh pekat masa lalu, membawa hangat perempuan dalam bingkai kaca. Aku telah lupa kapan terakhir kali aku menangis, yang ku tahu hanya bagaimana cara agar tak menangis lagi.
Setelah mandi kuturuni tangga satu demi satu menuju ruang makan. Di bawah aku melihat ayah sudah menungguku sambil membaca Koran, dan, seorang perempuan yang tak pernah aku harapkan juga duduk disana, di sebelah ayah.
“Mawar, cepat sini duduk, Papa dan Mama sudah menunggumu dari tadi.” pinta ayah.
Aku mengambil tempat duduk paling ujung, Tanpa banyak bicara, kuambil nasi dan beberapa lauk, tetapi saat hendak mengambil lauk tiba-tiba perempuan itu menyodorkan piring berisi telur ceplok setengah matang kepadaku. Aku memang suka telur ceplok setengah matang, tetapi tidak dengan keramah-tamahan semacam ini, aku bisa mengambilnya sendiri.
Sejenak kami saling menatap, membaca kebisuan yang terselip di antara bola mata yang beradu. Perempuan itu mencoba tersenyum kepadaku, tetapi aku hanya tergerak mengambil telur di piring yang ia sodorkan, kutusuk dengan garpu, lalu cepat–cepat kupindah ke atas piring makanku. Ayah melihat lakuku, raut wajahnya tak lagi ramah, aku benci tatapan itu.
“Terimakasih.” Ucapku.
Perempuan itu hanya membalas dengan senyuman. Menyesal rasanya, harus mengatakan sesuatu yang bukan atas kehendak hati. Tetapi biar, biar kupuaskan mereka dengan sandiwara ini, toh penonton hanya tahu apa yang mereka saksikan, susah senang di belakang panggung siapa yang peduli, mereka itu hanya penikmat kepalsuan, sebuah lakon drama dengan ending yang mereka pesan.
Ayah adalah seorang yang kaya, juragan sapi potong terpandang di desa. Sebagai seorang yang kaya dan punya pengaruh di desa, ayah menjadi incaran berbagai macam partai politik, hingga akhirnya tahun 2009 ayah pun menerima tawaran bergabung dengan salah satu partai politik.
Setelah menjadi orang partai, ayah sering pulang larut, ketika ibu bertanya perihal kesibukannya, jawaban ayah selalu sama “ada rapat penting di partai” dan ibu hanya menerima tanpa protes. Ayah juga punya kebiasaan baru, yaitu membawa bunga untuk ibu setiap kali pulang kerja, dan sekali lagi ibu selalu menerima tanpa banyak tanya.
Malam itu ibu jatuh sakit, ibu memang punya jantung lemah sehingga selama ini ia tak boleh banyak kerja. Sudah menjadi langganan ketika ibu lelah, ibu akan jatuh pingsan, jika sudah seperti itu, ayah akan lekas menggendong ibu dan mengistirahatkannya di kamar. Tetapi malam itu, ayah tak pulang, sakit ibu kambuh, aku yang masih duduk di bangku SMP tak tahu harus berbuat apa. Jam 12 malam, aku berteriak-teriak minta tolong. Saat ibu terkulai di lantai, di tangannya aku melihat setangkai mawar merah digenggam erat ibu, aku mengambil mawar itu, ada secarik kertas disana dengan tulisan nama, aku pikir itu dari ayah, tetapi nama yang tertulis disana bukan nama ibu.
Ayah baru menemui ibu esok harinya, ia membawakan bunga lagi untuk ibu, Tetapi kali ini ibu tak menerimanya. Aku mendekati ibu, aku diam menggenggam bunga, menabur mawar di atas pusaranya.
Cerpen Karangan: Rio Pamungkas
“Apa yang dapat aku sukai dari setangkai bunga? Mencintai bunga hanya perlambang lemahnya seorang perempuan. Bunga bukanlah identitasku sebagai perempuan. Aku menolak mencintai bunga, bukan lantaran aku membenci keindahan, tetapi bunga selalu membawa misteri baru dalam hidupku.”
Raka masih tak percaya cintanya tertolak, ia seperti telah kehilangan kepercayaan dirinya sebagai seorang lelaki. Aku mengenal Raka sebagai seorang yang santun dan tak banyak bicara. Keberaniannya untuk menyatakan cinta kepadaku, bisa jadi hal terhebat dalam hidupnya. Tetapi, aku tak seharga dengan mawar putih yang ia berikan, tidak, meski mawar putih itu, berbicara padaku soal ketulusan.
Sejak peristiwa penolakanku terhadap Raka, aku semakin yakin, bahwa perempuan tak perlu takluk di hadapan bunga. Siapa yang berani menjamin laki-laki baik yang bersamaku sekarang ini, tak akan menjadi laknat di kemudian hari. Laki-laki itu ya laki-laki, mereka sama saja, dan Raka, bukan pengecualian atas hal ini, dia mungkin baik, ya, itu karena dia belum saja terbukti berbuat jahat.
“Mawar, bangun Nak sudah pagi, jangan sampai kamu terlambat ke sekolah!” panggil ayah.
Aku hanya merubah posisi tidurku yang semula menghadap kiri menjadi ke sisi kanan. Dari posisi ini tak sengaja mataku memandang bingkai foto di atas meja belajar. Aku melihat seorang perempuan ayu tersenyum di balik bingkai, dan entah sejak kapan, pipiku telah tergenang air mata.
Aku terduduk, di atas ranjang, mengusap air mata dengan cara khas seorang anak perempuan. Air mata itu menguar, aromanya menyeduh pekat masa lalu, membawa hangat perempuan dalam bingkai kaca. Aku telah lupa kapan terakhir kali aku menangis, yang ku tahu hanya bagaimana cara agar tak menangis lagi.
Setelah mandi kuturuni tangga satu demi satu menuju ruang makan. Di bawah aku melihat ayah sudah menungguku sambil membaca Koran, dan, seorang perempuan yang tak pernah aku harapkan juga duduk disana, di sebelah ayah.
“Mawar, cepat sini duduk, Papa dan Mama sudah menunggumu dari tadi.” pinta ayah.
Aku mengambil tempat duduk paling ujung, Tanpa banyak bicara, kuambil nasi dan beberapa lauk, tetapi saat hendak mengambil lauk tiba-tiba perempuan itu menyodorkan piring berisi telur ceplok setengah matang kepadaku. Aku memang suka telur ceplok setengah matang, tetapi tidak dengan keramah-tamahan semacam ini, aku bisa mengambilnya sendiri.
Sejenak kami saling menatap, membaca kebisuan yang terselip di antara bola mata yang beradu. Perempuan itu mencoba tersenyum kepadaku, tetapi aku hanya tergerak mengambil telur di piring yang ia sodorkan, kutusuk dengan garpu, lalu cepat–cepat kupindah ke atas piring makanku. Ayah melihat lakuku, raut wajahnya tak lagi ramah, aku benci tatapan itu.
“Terimakasih.” Ucapku.
Perempuan itu hanya membalas dengan senyuman. Menyesal rasanya, harus mengatakan sesuatu yang bukan atas kehendak hati. Tetapi biar, biar kupuaskan mereka dengan sandiwara ini, toh penonton hanya tahu apa yang mereka saksikan, susah senang di belakang panggung siapa yang peduli, mereka itu hanya penikmat kepalsuan, sebuah lakon drama dengan ending yang mereka pesan.
Ayah adalah seorang yang kaya, juragan sapi potong terpandang di desa. Sebagai seorang yang kaya dan punya pengaruh di desa, ayah menjadi incaran berbagai macam partai politik, hingga akhirnya tahun 2009 ayah pun menerima tawaran bergabung dengan salah satu partai politik.
Setelah menjadi orang partai, ayah sering pulang larut, ketika ibu bertanya perihal kesibukannya, jawaban ayah selalu sama “ada rapat penting di partai” dan ibu hanya menerima tanpa protes. Ayah juga punya kebiasaan baru, yaitu membawa bunga untuk ibu setiap kali pulang kerja, dan sekali lagi ibu selalu menerima tanpa banyak tanya.
Malam itu ibu jatuh sakit, ibu memang punya jantung lemah sehingga selama ini ia tak boleh banyak kerja. Sudah menjadi langganan ketika ibu lelah, ibu akan jatuh pingsan, jika sudah seperti itu, ayah akan lekas menggendong ibu dan mengistirahatkannya di kamar. Tetapi malam itu, ayah tak pulang, sakit ibu kambuh, aku yang masih duduk di bangku SMP tak tahu harus berbuat apa. Jam 12 malam, aku berteriak-teriak minta tolong. Saat ibu terkulai di lantai, di tangannya aku melihat setangkai mawar merah digenggam erat ibu, aku mengambil mawar itu, ada secarik kertas disana dengan tulisan nama, aku pikir itu dari ayah, tetapi nama yang tertulis disana bukan nama ibu.
Ayah baru menemui ibu esok harinya, ia membawakan bunga lagi untuk ibu, Tetapi kali ini ibu tak menerimanya. Aku mendekati ibu, aku diam menggenggam bunga, menabur mawar di atas pusaranya.
Cerpen Karangan: Rio Pamungkas
Minggu, 01 Juni 2014
PUISI LUCU : Duka Ketawa
Oleh Maulidya Risne Andini
Dulu kita selalu bersama
Menghabiskan waktu tuk berdua
Mengelilingi taman dengan sepeda
Menikmati aroma bunga penuh pesona
Itu semua karena cinta yang menggelora
Namun kini engkau ada di mana
Aku mencarimu ke ujung dunia
Dan ku temukan kau di sana
Bukan dengan ku, tapi dengan dia
Hatiku begitu terluka
Teganya engkau melihatku dengan luka menganga
Menunggumu tiba di tepi danau toba
Haruskah ku mengiba
Tuk kita kembali bersama
Namun engkau dilanda dilema
Memilih aku ataukah dia
Aku dengan cinta dan dia dengan jelita
Pilihlah aku karena...
Kau tak tahu mana yang nyata dan mana yang fana
Yakinlah bahwa aku yang nyata
Sedangkan dia hanyalah fana
Biarlah kini ku berikan kau logika
Aku mencintaimu karena aku wanita
Sedangkan dia hanyalah WARIA
Dulu kita selalu bersama
Menghabiskan waktu tuk berdua
Mengelilingi taman dengan sepeda
Menikmati aroma bunga penuh pesona
Itu semua karena cinta yang menggelora
Namun kini engkau ada di mana
Aku mencarimu ke ujung dunia
Dan ku temukan kau di sana
Bukan dengan ku, tapi dengan dia
Hatiku begitu terluka
Teganya engkau melihatku dengan luka menganga
Menunggumu tiba di tepi danau toba
Haruskah ku mengiba
Tuk kita kembali bersama
Namun engkau dilanda dilema
Memilih aku ataukah dia
Aku dengan cinta dan dia dengan jelita
Pilihlah aku karena...
Kau tak tahu mana yang nyata dan mana yang fana
Yakinlah bahwa aku yang nyata
Sedangkan dia hanyalah fana
Biarlah kini ku berikan kau logika
Aku mencintaimu karena aku wanita
Sedangkan dia hanyalah WARIA
PUISI :Cinta Sejati
Puisi by, Adelia Lintang Kirana
Ku bangun istana cinta diatas setiaku
Ku lindungi dindingnya dengan percayaku
Ku hiasi semuanya dengan keihklasanku
Ku rawat keteguhanya dengan ketulusanku
Dan ku ciptakan kedamaian dengan kasih sayangku
Andai takdir tak merenggutmu
Andai ku bisa menjaga keabadian hidupmu
Aku bukan Tuhan Yang Maha Mampu
Mengendalikan semua apa yang ku mau
Aku juga bukan malaikat penjagamu
Yang slu menemanimu sepanjang waktu
Ku hanya kasih dalam hatimu
Cinta dalam hidupmu
Rindu dalam nafasmu
Yang kan tetap hidup dalam sanubarimu
Langganan:
Postingan (Atom)