Sabtu, 31 Mei 2014

CERPEN CINTA SEGITIGA 2

INDAH PADA WAKTUNYA

“Siang malam kunanti sebuah keajaiban atas penantianku”
Ini adalah kisah tentang perjalanan kisah cintaku, aku adalah Nayla Wildania. Sekarang aku adalah seorang Manager di salah satu perusahaan di Kota Malang. Setelah 3 tahun aku tinggal di Palembang kini aku kembali ke kota asalku lahir. Suasana masih sama seperti dulu, terduduk dan terdiam dalam kamar kesayanganku itulah yang paling kurindukan. Suasana hujan menambah kesejukan sore itu. Kulihat deretan buku diary yang tersusun rapi di atas meja belajarku. Aku mulai membuka lembar demi lembar catatan yang terdapat di dalamnya. Sampai pada akhirnya tak terasa tetesan airmata membasahi pipi ini ketika ku kembali pada memori tentang cinta pertamaku yang tak pernah bisa tergantikan sampai saat ini meski 7 tahun telah berlalu. Aku selalu berharap untuk dapat kembali padanya tapi sepertinya Allah punya kehendak lain, tapi aku tak bisa mengingkari hati ini bahwa aku masih mencintainya.
“cinta kau tebarkan di hatiku rasa di hati kecilku”
Tujuh tahun yang lalu saat itu aku duduk kelas 11 SMA. Dia datang secara tiba-tiba sesuatu yang kuanggap tak mungkin menjadi kenyataan ketika sahabatku mengenalkan dia sebagai kakaknya, Dina tidak pernah mempertemukan tapi selalu menceritakan tentang dia yang membuatku semakin mengagumi dia. Setelah itu aku mulai mengenalnya, 17 mei aku pun memutuskan untuk menjalin cinta yang merupakan hal yang pertama untukku. Saat itu aku begitu bahagia meskipun sahabatku tidak menyetujui hubungan kami.
“Terima kasih untuk luka yang kau beri”
Akan tetapi kebahagiaanku akan cinta itu hanya berlangsung sekejap, dan mengubah duniaku seperti duri-duri yang menusuk setiap tubuh ketika harus kuhadapi kenyataan akan berakhirnya hubungan kami tepat 17 juni. Ku tak sanggup harus menghadapi kenyataan saat kutahu dia tak pernah menaruh hati untukku dan hanya ingin mencobaku. Setelah berakhir kisah cinta pertamaku aku mulai hidup dengan semangat tinggi hanya untuk meraih cita-citaku sampai aku tak pernah memikirkan cinta. Kini usiaku sudah 26 tahun dan aku masih menjadi diriku yang dulu dengan kepolosannya. Dering Hp menyadarkanku dari lamunan, sahabatku Dina dan Nia ingin bertemu dan mengadakan reuni antara kita bertiga.
Suasana kafe pada sore itu terlihat begitu ceria tentu saja ketika kita bertiga bersama maka akan terdengar celotehan dan becandaan yang membuat suasana semakin riuh. Nia dan Dina terheran melihat penampilanku yang telah berubah dari sorang Nayla yang tak bisa berdandan kini berubah menjadi wanita feminin yang membuat semua orang amnesia. Kegaduhan kita bertiga terpecah saat seorang pria datang yang membuat jantungku berdetak semakin kencang. Tampak Nia hanya tersenyum saat ia melihatku terdiam tanpa suara. Dina menyapa pria itu dengan sebutan Vicky. Pria itu adalah Vicky cinta pertamaku yang membuatku tak bisa move on. Terlihat dia menatapku begitu tajam hingga membuatku tak mampu berucap. Tujuh tahun diriku tak pernah melihatnya tapi aku masih bisa dengan jelas mengenalnya. Dia menanyakan diriku kepada Dina, dan Nia tertawa lalu ia mengenalkanku sebagai mantan pacarnya. Dia hanya heran karena dia punya begitu banyak. Lalu aku memperkenalkan diriku, saat kumulai menggegam tangannya serasa jantung ini berhenti karena ini pertama kalinya ku bisa menyentuh tangannya. Terlihat ia tersenyum kepadaku dan terheran melihat perubahanku.
“Dan upayaku tahu diri tak selamaya berhasil”
Beberapa saat kemudian Vicky dan Nayla duduk berduaan setelah ditinggal kedua sahabatnya pergi. Vicky memulai pembicaraan pada waktu itu ia menanyakan kabar dan statusku, aku jawab saja aku masih seperti dulu. Setelah panjang lebar kami mengobrol ia meminta nomor handphoneku dan alamat rumah.
Aku pun terdiam dan terengah-engah saat berada di dalam taxi yang membawa ku pergi, tak pernah kuduga bahwa semua harapan ku menjadi nyata utuk bertemu dengannya walau diri ini serasa tak sanggup. Sesampainya di rumah aku hanya bisa menetaskan airmata dengan memandang album tentangnya yang tertata rapi. Setelah beberapa menit kemudiaan sebuah sms ada di hpku. Saat kumulai membaca dan mengetahui sang pengirim aku hanya bisa tersenyum dengan tetesan airmata setelah sekian lama aku menunggu hanya untuk menerima sms darinya akhirnya hari itu aku mendapatkanya. Aku pun membalas pesan singkatnya, berlanjut dengan percakapan yang begitu panjang sampai pada akhirnya ia mengajakku utuk bertemu di taman kota pada minggu sore, kesempatan itu pun tak kusia-siakan.
“kembalilah kembalilah kurindu engkau disini”
Akhirnya hari itu tiba aku begitu bingung, sampai di taman kulihat dia menungguku dengan kemeja dan celana panjang serta topi yang membuatku tak bisa berucap betapa ku terpesona. Dia mulai menghampiriku dan menarik tanganku untuk melihat sebuah pertunjukan. Dengan rona wajah yang entah bagaimana jantungku berdegup kencang. Dia berkata ingin mengajakku melihat band SCAFT yang merupakan favoritnya. Dia telah menyiapkan 2 tiket untuk kami. Saat aku berdiri terlihat dia melindungiku dari banyak orang, dia tampak senang dan aku pun juga. Setelah melihat konser kami pun melanjutkan untuk dinner di sebuah café, disitu kami berbicara banyak tentang diri kita masing-masing. Saat aku bertanya kenapa dia tidak mengajak pacarnya, dia berkata bahwa kekasihnya sedang sibuk. Saat dia menyebut kekasih? Aku begitu sakit karena yang kutahu dia akan menyebut kekasih jika orang itu adalah yang paling ia cintai.
“aku masih belum beruntung untuk medapatkan hatimu”
Dan inilah akhir dari penantianku dan ternyata dia bukan untukku. Terdapat panggilan tak terjawab pada hp ku saat kulihat itu adalah dia. Lalu dia menelponku lagi saat aku menjawab terdengar suara lantangnya ia begitu tampak bahagia karena ia akan melamar kekasihnya, bagai tersambar petir hatiku begitu sakit aku hanya bisa berkata selamat. Dia meminta diriku untuk membantunya dalam menyiapkan kejutan untuk melamar kekasihnya itu bersama Dina. Saat ku bertanya kenapa harus aku? Karena dia menganggap bahwa dia begitu nyaman denganku walau baru saja berteman.
“cinta selalu menyakitkan”
Hari untuk melamar pun tiba, walaupun begitu sakit untukku tapi aku tetap harus tegar, Dina mengetahui apa yang aku rasakan. Saat Vicky akan pergi menemui kekasihnya dia begitu terkejut saat orang yang ia kasihi berdua bermesraan dengan laki-laki lain. Kami semua yang ada di tempat itu hanya bisa menghela napas panjang. Perkelahian pun tak terelakkan dan Vicky pun memutuskan kekasihnya itu serta pergi meninggalkan kami semua. Acara lamaran pun gagal dengan bersamaan hancur pula hati seorang pria.
Kejadiaan waktu itu pun telah berlalu tapi luka di dalam hati Vicky tak berubah. Untuk menghilangkan kepenatan dia mengajakku untuk pergi keluar saat kami sedang berjalan tiba-tiba jilbabku ditarik oleh seorang wanita dan wanita itu adalah mantan kekasihnya. Aku begitu malu ketika dia menyebutku sebagai perusak hubungan orang di depan umum, dengan bercucuran air mata aku pun berlari meninggalkan semua dan Vicky mengejarku tapi aku lebih dulu sampai dalam taxi.
Semenjak kejadiaan saat itu aku pun mulai menjauhi Vicky dan aku pun berfikir untuk tak boleh mencintainya lagi. Setiap hari ia menemuiku tapi aku selalu menghindar darinya saat dia menghubungiku aku hanya membalasnya singkat sikapku membuatnya bingung. Suatu hari ia datang ke rumahku dan meminta maaf atas kejadiaan saat itu ia juga berkata agar diriku tak menghindar darinya, semua akan baik-baik saja itulah yang ia katakan.
Perjalanan kami pun berlangsung ia sering bercerita tentang kehidupannya dan bigitu pula aku. Setiap hari kita selalu bertemu. Sampai pada suatu hari saat kami berada di Taman datang mantan kekasihnya kulihat mereka berbicara, aku pun begitu sakit saat sang wanita mengajak untuk balikan, wanita itu memeluk Vicky dan tatapan Vicky begitu dalam yang membuatku yakin bahwa Vicky masih menyayangi wanita itu. Aku pun pergi meninggalkan mereka berdua, sesampai di rumah akupun memutuskan untuk kembali ke Palembang karena di sini aku hanya mendapatkan luka yang tak pernah kering malah semakin memburuk. Tiket sudah di tangan esok paginya aku memutuskan pergi, teman-teamanku mengantarkanku ke bandara.
“tapi mengapa cinta datang terlambat”
Pesawatku telah terbang meninggalkan Vicky yang menyusul ke bandara tatapi semua itu telah terlambat. Nia menceritakan semua pada Vicky atas penyebab kepergiaanku lalu ia menunjukan sebuah diary yang berisi semua kisahku yang begitu cinta. Vicky meneteskan air mata saat tau ia telah menyia-nyiakan cinta tulus dari seorang wanita yang telah berharap begitu lama mendapatkan cinta. Vicky juga menyadari bahwa ia telah jatuh cinta
Satu tahun setelah kejadiaan itu aku kembali lagi untuk mengunjungi pernikahan Dina disana tak kulihat Vicky, aku pun berfikir pasti dia telah menikah dan hidup bahagia. Tak kuduga ternyata Vicky ada di sebelahku, aku tersenyum malu saat mata kita saling menatap.
“berakhir sudah pencariaan kisah cintaku diri ini tak lagi sepi kini aku tak sendiri”
“hay, kenapa baru kembali?”
“gak papa aku lebih enak disana… eh gimana dengan pernikahanmu?”
“nikah? wahahhaha… belum kok. Tapi sebentar lagi aku bakalan nyusul dina tapi aku masih nunggu dia kembali dan sekarang ia kembali…!!”
“selamet yah… aku turut bahagia.” “kamu gimana?” “aku? Gak tau orang yang aku mau udah mau nikah sih?” Vicky “mata kamu kok merah?” “eh… kelilipan. ngomong-ngomong calonmu ada disini?” “iyalah dia ada disini” “mana-mana aku mau kenalan”
Vicky denngan menatap tajam ke arahku “dia ada di depanku dan kulihat cinta dalam matanya yang selama ini aku sia-siakan, aku mencintaimu”
“aku…? Apaan sih becandanya lucu” “aku serius Vicky sayang Nayla… cinta Nayla dan akan menjaga hati ini Cuma buat Nayla”
Air mataku menetes deras dan aku hanya bisa berkata aku mencintaimu… Inilah cinta yang akan indah pada waktunya entah harus berapa banyak waktu tapi yakinlah semua akan indah.
TAMAT
Cerpen Karangan: Windi Hayati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MINTA KOMENTARNYA YA ^^