Gengsi Jatuh Cinta
Yosi adalah murid kelas 2 SMA
berumur 16 thn yang biasa saja diantara
teman-teman wanitanya yang lain yang pandai memakai make up dan semacamnya.
Kacamatanya yang besar sehingga hampir menutupi seluruh bagian wajahnya adalah
ciri khas Yosi. Dari kelas 1 SMA diam-diam dia menganggumi Bagas seorang siswa
laki-laki yang merupakan idola para remaja perempuan di sekolah, wajar saja wajahnya yang
tampan,pandai,kaya dan seorang pewaris tunggal dari perusahan ternama, juga
berbagai bakat telah dimilikinya. Tak heran bila dia sangat populer di sekolah.
Yosi dan Bagas berbeda kelas, tentunya Bagas adalah siswa di kelas unggulan dan
Yosi di kelas reguler. Hingga suatu ketika Yosi memberanikan diri untuk
menyatakan perasa'annya kepada Bagas. "Heh
Yos apa lo sudah yakin dengan apa yang akan lo lakuin?" Tanya Via
sahabat baik Yosi. "Nggak Vi kurasa
ini sudah waktunya untuk aku ungkapkan aku capek harus mendem terus perasa'an
ini aku nggak mau terlalu lama nunggu mesti sampai kapan? iya nanti kalau
takdir ada padaku tapi kalau tuhan menjawab lain?" Jawab Yosi ngeyel.
"Apa nggak sebaiknya lo pikir dua
kali dulu deh. Masalahnya....ini...hmm...aku khawatir Yos, aku takut dengan
semua resiko yang terjadi nanti aku tidak mau sahabatku kenapa-kenapa"
ungkap Vio khawatir. "Udahlah aku
yang akan nanggung resiko apapun kamu nggak usah khawatir Vi aku nggak akan
kenapa-kenapa kok" kata Yosi. "Yaudah semoga berhasil ya Yos" balas Vio kembali. Pada sa'at
jam istirahat tiba Yosi menghampiri Bagas yang sedang berjalan menuju kelasnya.
Dengan tubuh yang gemetar dan jantung yang berdetak keras Yosi mulai bicara
perlahan " Ba..ba..gas
se..se..sebenernya a..a..aku su..su..suka sama kamu dari kelas 1"
walaupun suaranya sedikit gagap tetapi lantang dan keras hingga menarik
perhatian murid lain untuk melihat mereka berdua kemudian Yosi memberikan mawar
di genggamnya kepada Bagas "Eh lo
suka sama gue ngaca dong lo siapa gue siapa nggak punya kaca ya lo dirumah"
jawab Bagas singkat namun hal yang sangat menyakitkan bagi Yosi dan kata-kata
yang mungkin tak mudah dilupakan baginya dan semua mata tertuju kearah Yosi
yang mulai menertawakannya ketika Yosi berlari pergi kearah toilet dengan
tetesan air mata dan mawar yang jatuh ke lantai. Vio melihat kejadian itu dan
sesegera mungkin menghampiri Yosi ke toilet "tukan Yos lo sedih gue kan udah bilang dari awal gue nggak mau
sahabatku kenapa-kenapa, sudahlah lupakan Bagas dia itu hanya cowok sombong
yang cuman beruntung punya segalanya itu saja" kata Vio mencoba
menenangkannya. " Aku nggak apa-apa
kok Vi aku hanya ingin menangis itu saja." Jawab Yosi tersedu sembari
melepas kacamatanya dan mengusap air mata yang membasahi pipinya dan dengan
kaca didepannya. Malu, sedih dan sakit itulah yang dirasakannya sa'at ini.
Setaun telah berlalu kini ujian kenaikan kelas akan segera dilaksanakan dan
penentuan kelas unggulan bagi murid kelas 3 akan segera di seleksi lagi. Selama
ini Yosi tidak memikirkan apapun selain fokus pada ujian itu yang ada
dipikirannya hanya belajar dan belajar itulah cara Yosi untuk melupakan segala
permasalahan yang terjadi padanya termasuk rasa malu waktu itu sekitar 6 bulan
yang lalu peristiwa itu sudah terjadi. Kini Yosi memang semakin giat belajar
dan semakin aktif juga mengikuti ekstra-ekstra di sekolahnya bahkan Yosi
menjadi ketua dari ekstra basket karna kepiawaiannya dalam bermain olah raga
tersebut. Yosi juga sering kali mewakili acara-acara penting di sekolah.
Sehingga sekarang ini tak sedikit siswa laki-laki yang menganggumi Yosi diam-diam
karna penampilan Yosi yang sedikit berubah tanpa kacamata besarnya sehingga
seluruh wajahnya kelihatan dan cantik itulah kata-kata yang tergambarkan sa'at
ini juga karna berbagai prestasi telah diraihnya siapa yang tak suka padanya
sekarang. Besok tepatnya ujian pertama akan berlangsung. Dikamar disanalah Yosi
duduk di meja belajarnya dengan buku yang sedang dibacanya ia merasa tenang
karna ia merasa persiapan yang dilakukannya sudah cukup. Hari esok telah tiba
dan Yosi merasa sedikit gugup karna ini adalah ujian pertama yang harus
dilewatinya. Sukses dengan ujian pertamanya, hingga tak terasa seminggu
kemudian ujian itu telah berhasil dilalui Yosi dengan baik kini sa'atnya
menunggu hasil kerja keras Yosi. Yosi tak sabar untuk segera menerima rapotnya,
dan alangkah terkejutnya Yosi ketika nama Yosi yang pertama dipanggil oleh
gurunya Yosi mendapat peringkat pertama di kelasnya dan bagi juara 1,2 dan 3
mendapatkan kesempatan untuk mengikuti test seleksi di kelas 3 unggulan
termasuk Yosi.
Dan tepatnya besok test itu
akan segera dilaksanakan. Yosi semakin giat belajar dan berambisi untuk lolos
dalam test itu. Esok telah tiba Yosi bersiap untuk berangkat ke sekolah kini ia
sudah tak lagi remaja kelas 2 SMA yang dulu sekarang dia adalah siswi kelas 3 yang
populer di sekolahnya karna prestasi-prestasi yang di dapatnya. Ketika di
tengah jalan tiba-tiba montor dengan kecepatan tinggi dari arah belakang lewat
dan genangan air di samping Yosi mengenainya dan membuat baju seragamnya kotor
"ahh... sialan lo balik sini lo gue
hajar lo hiih awas ya kalau ketemu lo lagi !!" teriak Yosi sebal.
Kemudian Yosi mengambil botol kaleng di bawahnya dan melemparkannya ke
pengendara itu sontan saja pengendara itu langsung membuka helmnya dan melihat
kearah Yosi. Yosi sangat terkejut ternyata seorang pengendara itu adalah Bagas,
Yosi langsung membalikan badannya ke belakang "ya ampun kenapa-kenapa ini bisa terjadi oh my god,apa yang harus gue lakuin" kata Yosi dalam
hati sambil menggigit jari. Tak disangka Bagas kemudian menghampirinya "heh kau, kau kah yang melempar kaleng ini
kearah gue? Asal lo tau ya sekali saja montor gue kegores sama sampah kaleng lo
itu nggak akan pernah sebanding sama harga nyawa lo." Bentak Bagas
sambil menunjuk kearah muka Yosi. Yosi pun diam sejenak dan menahan amarah
hingga Bagas mulai pergi "eh bisa
nggak ngomong sopan dikit sama cewek, dasar sok ngganteng lo" teriak
Yosi. Bagas menoleh kearah Yosi dan tersenyum "emang gue ngganteng." Balas Bagas dengan sedikit menaikan
sebagian alisnya. Yosi menggempalkan kedua tanganya menahan sejuta amarah pada
Bagas "Dasar cowok nggak sopan
bukannya minta maaf malah balik bentak gue harusnya gue yang marah payah."
Gerutu Yosi. Sesampainya disekolah Yosi segera masuk kelas dan mengikuti test.
Selesainya test, hasil nilai para peserta akan segera diumumkan 2 jam lagi dan
Yosi sangat tidak sabar akan hal itu. Alangkah terkejut Yosi ketika dia melihat
papan pengumuman dan namanya tercantum dalam peserta yang berhasil masuk kelas
unggulan Yosi melompat-lompat kegirangan tanpa dia sadari bahwa banyak orang disekitarnya yang memperhatikannya. Saat
hari pertama masuk dikelas barunya Yosi sangat tidak sabar Yosi duduk di bangku
paling depan tanpa dia sadari Bagas sudah duduk dibelakangnya “hah bisa masuk kelas kayak gini aja keliatannya lo seneng banget ya dasar
dari dulu lo sama aja” kata Bagas menghina. Yosi diam sejenak dengan raut wajah
terkejut, dan Yosi tak sanggup untuk menghadap ke belakang dan membalas
kata-kata Bagas. Perlahan-lahan Yosi menoleh ke arah Bagas “heh terserah gue
dong hidup-hidup gue mau ngapain kek bukan urusan lo juga kali” balas Yosi yang
sebenarnya menahan amarah. Begitulah keseharian mereka saling mengerjai satu
sama lain Yosi sangat risih karna kehadiran Bagas yang menjadi teman
sekelasnya. Apalagi bangku Bagas berada di belakang bangku Yosi sehingga tak
jarang bahkan sering kali Bagas mengerjai Yosi, namun Yosi menjadi terbiasa
dengan tingkah laku Bagas yang jail kepadanya. Tak terasa 6 bulan sudah berlalu
dan Ujian Nasional sudah didepan mata dalam waktu 3 bulan lagi. Yosi diam-diam
mengamati tingkah laku Bagas yang tak lagi sering menjailinya “eh ada apa sama
tuh anak tumben banget, ah bodo amat dah ngapain juga gue pikir nggak penting
banget.” Kata Yosi dalam hati. “eh Yos, ke kantin yuk laper nih” salah satu
teman Yosi bernama Gladis mengajaknya. “iya ayo, kebetulan banget aku juga eh
tapi sekalian ke perpus ya mau ngembaliin novel nih.” Yosi beranjak dari
bangkunya dan pergi ke kantin ketika Yosi berada di tengah jalan menuju ke
kantin tiba-tiba dari arah depan seseorang terburu-buru lari dan menabraknya
“brukkk..” buku yang dibawa Yosi pun jatuh ke lantai. “Au... ati-ati dong mas
kalau jalan” kata Yosi sambil membungkukan badan mengambil buku yang jatuh
“maaf mbak nggak sengaja” kata seorang itu ikut membungkuk membantu Yosi
membereskan bukunya yang jatuh. Tanpa mereka sengaja tangan mereka berpegangan
dan Yosi terkejut ternyata Bagas lah yang menabraknya sejenak mereka diam
bertatapan dengan tangan yang masih berpegangan dan Yosi segera menggelengkan
kepalanya dan tersadar lalu melepaskan peganganya “hih modus banget sih lo,
jangan-jangan lo sengaja ya biar lo bisa megang-megang tangan gue” teriak Yosi
sambil berdiri dan merapikan bukunya. “Gue minta maaf gue nggak sengaja.” Jawab
Bagas pelan. Sesampainya di kantin Yosi duduk dan melamun dengan tangannya
menyangga pipi dan memutar-mutar mie dengan garpu sendok memikirkan tingkah
Bagas yang benar-benar berubah kepadanya “aneh” dalam batin Yosi bingung tak
sadar bahwa bakso pesanannya hampir dingin karna Yosi tak segera memakannya “eh
Yos, liat deh kayaknya tuh cewek genit banget deh sama Bagas, yee ni anak malah
ngelamun eh Yos..YOSI!!” teriak Gladis gregetan. “eh..i..iya lo tadi ngomong
apa ya?” Yosi menjawabnya bingung. “Hih dasar lo tuh ya, awas loh jangan
kebanyakan ngelamun nggak jelas ntar lo bisa kesambet lagi, tuh liat cewek itu
kayaknya ganjen banget sama Bagas” kata Gladis. Yosi menoleh dan mengamati
hingga Bagas membalas pandangannya dan bersikap sok nggak peduli dan melanjutkan
pembicaraannya dengan cewek itu Yosi pun segera berbalik bertingkah sok fokus
pada makanannya yang sebenarnya Yosi berfikiran sama dengan Gladis “dasar cewek
ganjen nggak tau malu” dalam batin Yosi. “Sudahlah dis nggak usah nggosip
melulu deh lagi pula nggak penting banget bahas mereka” kata Yosi kepada
Gladis. “Bukannya gitu tapi aku penasaran aja, bukannya Bagas terkenal dingin
ya sama cewek.” Balas Gladis. Kemudian mereka melanjutkan makan. “Eh tapi
kayaknya aku nggak pernah liat tuh cewek, emang dia murid baru disini atau adik
kelas kita?” saut Yosi lagi. “Katanya nggak penting bahas mereka gimana sih lo
Yos.” Bentak Gladis gregetan. “Eh, Iya ya aku lupa hehe maaf” balas Yosi
kembali.
3 bulan kemudian..
Akhirnya Yosi
mendapatkan impiannya yaitu lulus dengan nilai terbaik tapi itu semua belum
cukup baginya karna masih banyak impian yang belum diraihnya. Besok Yosi akan
merayakan kelulusannya di sekolah bersama dengan teman-temannya. Esok telah
tiba, dan aksi saling coret-mencoret siap membuat seragam SMA terakhirnya kotor.
“Eh, Yos nggak nyangka
ya waktu secepet ini rasanya baru kemaren kita MOS eh.. sekarang sudah LULUS
kayaknya aku bakalan kangen ni sama kamu Yos” kata Vio meneteskan air mata
“Sudahlah Vi rumah kita
kan juga nggak jauh-jauh amat gue ataupun lo kan bisa maen ke rumah” jawab Yosi
bijak sambil menepuk-nepuk bahu Vio dan mereka pun berpelukan sebagai tanda
perpisahan
“Yos, bisakah kau tanda tangani seragamku ini untuk yang terakhir
kalinya” salah seorang penganggum Yosi.
“Baiklah” Yosi tersenyum.
“Viooooo, sini dong
foto bareng kita” teriak salah satu temannya.
“Eh..aku kesana dulu ya
Yos” kata Vio.
“Oke..Vi” Jawab Yosi.
Tiba-tiba datanglah
Bagas dan menghina Yosi “Haha rupanya kau ini ada penganggumnya juga”
“Eh nggak usah ngurusin
kehidupan gue deh, urus saja hidup lo itu yang 2 kali lebih payah dari
kehidupan gue kasian banget katanya lo cowok perfek tapi mana buktinya sampek
sekarang lo juga belum tuh punya pacar” balas Yosi menghina.
Sa’at hendak pulang
Yosi terburu-buru dan tak sengaja menabrak Bagas “brukkk...”
“Eh lo lagi, hati-hati
dong kalo jalan” kata Bagas sedikit ngotot. “Ya..maaf nggak sengaja” jawab Yosi
sedikit tidak ikhlas. Sa’at Bagas pergi salah satu kancing bajunya terlepas dan
terjatuh ke lantai tanpa disadarinya, Yosi melihat kancing itu dan mengambilnya
dan mungkin akan menyimpannya “Tak apalah apa arti sebuah kancing, apa
salahnya” kata Yosi lirih sambil tersenyum memandangi kancing itu.
Sebulan kemudian
setelah kelulusan..
Sesuai dengan tujuan Yosi selama masih SMA dulu ia sangat ambisius untuk
masuk ke kuliah Seni. Dan semua itu terwujud sekarang Yosi di terima di sebuah
Institut Seni dekat dengan sebagian kerabatnya disana yaitu di kota Yogya. Disana Yosi nge-kost di dalam rumah sederhana
bersama teman-teman wanitanya yang lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
MINTA KOMENTARNYA YA ^^