Baju Korea merupakan salah satu develop
mаkе уаnɡ barrier banyak diminati οƖеh раrа wanita ԁі dunia, bаіk
remaja ataupun dewasa. Dеnɡаn modelnya уаnɡ unik ԁаn lucu, ѕеhіnɡɡа
baju іnі menjadi salah satu pilihan уаnɡ cocok υntυk dipakai ԁаƖаm
berbagai suasana, bаіk santai ataupun genteel. SеƖаіn іtυ baju korea
juga memberikan kesan feminim ԁаn stylis bagi pemakainya. Ciri khas
ԁаrі baju korea іnі аԁаƖаh ԁеnɡаn potongan pendek, bаіk ԁаƖаm bentuk
dress ataupun gaun ԁаn dilengkapi juga develop уаnɡ trendy ԁаn present.
Bagi Anda уаnɡ ingin melihat koleksi develop baju korea terbaru 2014,
silahkan lihat selengkapnya berikut іnі :
Senin, 02 Juni 2014
READY STOCK WALL STICKER
READY STOCK WALL STICKER
ORDER NOW....
kode : 1A
kode : 1B
kode : 1C
kode : 1D
MINAT? BERANEKA MACAM PILIHAN CORAK,GAMBAR DAN WARNA !!
*gambar diatas hanya sebagian contoh*
invit PIN BB kami dan JOIN GROUP untuk update gambar dan informasi lainnya langsung saja
1.PIN : 2A0DAAC or
2. SMS Only: 085791625323 (fast respond)
HANYA DISINI RESELLER TERPECAYA,
DAN TIDAK NEKO-NEKO DIJAMIN 100% BARANG SAMPAI
max : 6 hari setelah pemesanan kalau tidak sampai
UANG KEMBALI !!
"JUAL JUGA PO GARSKIN UNTUK PONSEL, TABLET/LAPTOP"
ORDER PANCAKE DURIAN
PANCAKE DURIAN 100% BERBAHAN
DURIAN ASLI..!!
PRAKTIS, SEKARANG PESAN
LANGSUNG KAMI ANTAR...!!!
*khusus untuk pemesanan daerah kederi free ongkir*
LANGSUNG KAMI ANTAR...!!!
*khusus untuk pemesanan daerah kederi free ongkir*
LANGSUNG SAJA PESAN DISINI,
CALL/SMS : 1.085791625323 (order/fast respond)
2.0354-771057 (rumah)
atau langsung saja ke alamat kami di :
"Jlln Semeru No.132 Dsn. Pojok Ds. Bulusari
Kec. Tarokan
Kab. Kediri Prov. Jatim 64152"
JUAL MAGIC PLUS WHITE CREAM ASLI 100% DARI LEJEL
MAGIC PLUS WHITE CREAM
ASLI DARI LEJEL HOME
SHOPPING
MENCERAHKAN HANYA DALAM 5 MENIT
"Sangat Aman Digunakan, Memiliki Sertifikat Resmi Dari BPOM Korea, FAD AS,
Dan Ijin BPOM Indonesia"
BUKAN SEKEDAR JANJI TAPI BUKTI.....!!!
MINAT? CALL/SMS :
0354-771057 (RUMAH) & 085791625323 (PONSEL)
MANFAAT LENGKAP MAGIC PLUS (Efek Samping Magic Plus White Cream )
* Hanya dalam waktu 1 menit seketika kulit putih
* Kulit putih dapat bertahan selama ± 7 jam
* Kulit Putih Permanen Dengan pemakaian teratur selama 3 bulan kulit
* Aman dengan 3 sertifikat lokal dan internatinal
* 100% Non Mercury
* Perpaduan Moisturizing Factor yang tidak menimbulkan kekeringan di wajah, menjadikan kulit semakin lembut dan bercahaya
* Memperbaiki metabolisme kulit sehingga kulit sehat dan segar
* Aman bahkan untuk kulit paling sensitif karena terbuat dari herbal
* Waterproof dan bisa sebagai alas bedak
CARA PAKAI:
1. Bersihkan wajah, keringkan
2. Oles cream merata ke wajah
3. biarkan 3-5menit
4. bilas dengan air (tanpa sabun)
5. keringkan dengan handuk ditekan tekan
6. Oles pelembab/makeup base jika diperlukan.
Penggunaan : 2-3x seminggu atau tiap hari jika diperlukan. Hasil maximal dan permanen setelah 6bulan penggunaan.
Magic Plus White Cream Lejel merupakan produk luar negeri ( Korea) yang dapat memutihkan kulit secara cepat. Dapat digunakan untuk segala usia dan segala jenis tipe kulit. Selain itu, krim ini dapat digunakan untuk wajah dan tubuh. Untuk mendapatkan hasil putih permanen, gunakan krim ini selama kontinyu minimal 3bulan. Rasakan kulit menjadi Putih, Cerah, dan Segar secara Alami.
CERPEN MENGHARUKAN
JANGAN PETIK MAWAR
“Apa yang dapat aku sukai dari setangkai bunga? Mencintai bunga hanya perlambang lemahnya seorang perempuan. Bunga bukanlah identitasku sebagai perempuan. Aku menolak mencintai bunga, bukan lantaran aku membenci keindahan, tetapi bunga selalu membawa misteri baru dalam hidupku.”
Raka masih tak percaya cintanya tertolak, ia seperti telah kehilangan kepercayaan dirinya sebagai seorang lelaki. Aku mengenal Raka sebagai seorang yang santun dan tak banyak bicara. Keberaniannya untuk menyatakan cinta kepadaku, bisa jadi hal terhebat dalam hidupnya. Tetapi, aku tak seharga dengan mawar putih yang ia berikan, tidak, meski mawar putih itu, berbicara padaku soal ketulusan.
Sejak peristiwa penolakanku terhadap Raka, aku semakin yakin, bahwa perempuan tak perlu takluk di hadapan bunga. Siapa yang berani menjamin laki-laki baik yang bersamaku sekarang ini, tak akan menjadi laknat di kemudian hari. Laki-laki itu ya laki-laki, mereka sama saja, dan Raka, bukan pengecualian atas hal ini, dia mungkin baik, ya, itu karena dia belum saja terbukti berbuat jahat.
“Mawar, bangun Nak sudah pagi, jangan sampai kamu terlambat ke sekolah!” panggil ayah.
Aku hanya merubah posisi tidurku yang semula menghadap kiri menjadi ke sisi kanan. Dari posisi ini tak sengaja mataku memandang bingkai foto di atas meja belajar. Aku melihat seorang perempuan ayu tersenyum di balik bingkai, dan entah sejak kapan, pipiku telah tergenang air mata.
Aku terduduk, di atas ranjang, mengusap air mata dengan cara khas seorang anak perempuan. Air mata itu menguar, aromanya menyeduh pekat masa lalu, membawa hangat perempuan dalam bingkai kaca. Aku telah lupa kapan terakhir kali aku menangis, yang ku tahu hanya bagaimana cara agar tak menangis lagi.
Setelah mandi kuturuni tangga satu demi satu menuju ruang makan. Di bawah aku melihat ayah sudah menungguku sambil membaca Koran, dan, seorang perempuan yang tak pernah aku harapkan juga duduk disana, di sebelah ayah.
“Mawar, cepat sini duduk, Papa dan Mama sudah menunggumu dari tadi.” pinta ayah.
Aku mengambil tempat duduk paling ujung, Tanpa banyak bicara, kuambil nasi dan beberapa lauk, tetapi saat hendak mengambil lauk tiba-tiba perempuan itu menyodorkan piring berisi telur ceplok setengah matang kepadaku. Aku memang suka telur ceplok setengah matang, tetapi tidak dengan keramah-tamahan semacam ini, aku bisa mengambilnya sendiri.
Sejenak kami saling menatap, membaca kebisuan yang terselip di antara bola mata yang beradu. Perempuan itu mencoba tersenyum kepadaku, tetapi aku hanya tergerak mengambil telur di piring yang ia sodorkan, kutusuk dengan garpu, lalu cepat–cepat kupindah ke atas piring makanku. Ayah melihat lakuku, raut wajahnya tak lagi ramah, aku benci tatapan itu.
“Terimakasih.” Ucapku.
Perempuan itu hanya membalas dengan senyuman. Menyesal rasanya, harus mengatakan sesuatu yang bukan atas kehendak hati. Tetapi biar, biar kupuaskan mereka dengan sandiwara ini, toh penonton hanya tahu apa yang mereka saksikan, susah senang di belakang panggung siapa yang peduli, mereka itu hanya penikmat kepalsuan, sebuah lakon drama dengan ending yang mereka pesan.
Ayah adalah seorang yang kaya, juragan sapi potong terpandang di desa. Sebagai seorang yang kaya dan punya pengaruh di desa, ayah menjadi incaran berbagai macam partai politik, hingga akhirnya tahun 2009 ayah pun menerima tawaran bergabung dengan salah satu partai politik.
Setelah menjadi orang partai, ayah sering pulang larut, ketika ibu bertanya perihal kesibukannya, jawaban ayah selalu sama “ada rapat penting di partai” dan ibu hanya menerima tanpa protes. Ayah juga punya kebiasaan baru, yaitu membawa bunga untuk ibu setiap kali pulang kerja, dan sekali lagi ibu selalu menerima tanpa banyak tanya.
Malam itu ibu jatuh sakit, ibu memang punya jantung lemah sehingga selama ini ia tak boleh banyak kerja. Sudah menjadi langganan ketika ibu lelah, ibu akan jatuh pingsan, jika sudah seperti itu, ayah akan lekas menggendong ibu dan mengistirahatkannya di kamar. Tetapi malam itu, ayah tak pulang, sakit ibu kambuh, aku yang masih duduk di bangku SMP tak tahu harus berbuat apa. Jam 12 malam, aku berteriak-teriak minta tolong. Saat ibu terkulai di lantai, di tangannya aku melihat setangkai mawar merah digenggam erat ibu, aku mengambil mawar itu, ada secarik kertas disana dengan tulisan nama, aku pikir itu dari ayah, tetapi nama yang tertulis disana bukan nama ibu.
Ayah baru menemui ibu esok harinya, ia membawakan bunga lagi untuk ibu, Tetapi kali ini ibu tak menerimanya. Aku mendekati ibu, aku diam menggenggam bunga, menabur mawar di atas pusaranya.
Cerpen Karangan: Rio Pamungkas
“Apa yang dapat aku sukai dari setangkai bunga? Mencintai bunga hanya perlambang lemahnya seorang perempuan. Bunga bukanlah identitasku sebagai perempuan. Aku menolak mencintai bunga, bukan lantaran aku membenci keindahan, tetapi bunga selalu membawa misteri baru dalam hidupku.”
Raka masih tak percaya cintanya tertolak, ia seperti telah kehilangan kepercayaan dirinya sebagai seorang lelaki. Aku mengenal Raka sebagai seorang yang santun dan tak banyak bicara. Keberaniannya untuk menyatakan cinta kepadaku, bisa jadi hal terhebat dalam hidupnya. Tetapi, aku tak seharga dengan mawar putih yang ia berikan, tidak, meski mawar putih itu, berbicara padaku soal ketulusan.
Sejak peristiwa penolakanku terhadap Raka, aku semakin yakin, bahwa perempuan tak perlu takluk di hadapan bunga. Siapa yang berani menjamin laki-laki baik yang bersamaku sekarang ini, tak akan menjadi laknat di kemudian hari. Laki-laki itu ya laki-laki, mereka sama saja, dan Raka, bukan pengecualian atas hal ini, dia mungkin baik, ya, itu karena dia belum saja terbukti berbuat jahat.
“Mawar, bangun Nak sudah pagi, jangan sampai kamu terlambat ke sekolah!” panggil ayah.
Aku hanya merubah posisi tidurku yang semula menghadap kiri menjadi ke sisi kanan. Dari posisi ini tak sengaja mataku memandang bingkai foto di atas meja belajar. Aku melihat seorang perempuan ayu tersenyum di balik bingkai, dan entah sejak kapan, pipiku telah tergenang air mata.
Aku terduduk, di atas ranjang, mengusap air mata dengan cara khas seorang anak perempuan. Air mata itu menguar, aromanya menyeduh pekat masa lalu, membawa hangat perempuan dalam bingkai kaca. Aku telah lupa kapan terakhir kali aku menangis, yang ku tahu hanya bagaimana cara agar tak menangis lagi.
Setelah mandi kuturuni tangga satu demi satu menuju ruang makan. Di bawah aku melihat ayah sudah menungguku sambil membaca Koran, dan, seorang perempuan yang tak pernah aku harapkan juga duduk disana, di sebelah ayah.
“Mawar, cepat sini duduk, Papa dan Mama sudah menunggumu dari tadi.” pinta ayah.
Aku mengambil tempat duduk paling ujung, Tanpa banyak bicara, kuambil nasi dan beberapa lauk, tetapi saat hendak mengambil lauk tiba-tiba perempuan itu menyodorkan piring berisi telur ceplok setengah matang kepadaku. Aku memang suka telur ceplok setengah matang, tetapi tidak dengan keramah-tamahan semacam ini, aku bisa mengambilnya sendiri.
Sejenak kami saling menatap, membaca kebisuan yang terselip di antara bola mata yang beradu. Perempuan itu mencoba tersenyum kepadaku, tetapi aku hanya tergerak mengambil telur di piring yang ia sodorkan, kutusuk dengan garpu, lalu cepat–cepat kupindah ke atas piring makanku. Ayah melihat lakuku, raut wajahnya tak lagi ramah, aku benci tatapan itu.
“Terimakasih.” Ucapku.
Perempuan itu hanya membalas dengan senyuman. Menyesal rasanya, harus mengatakan sesuatu yang bukan atas kehendak hati. Tetapi biar, biar kupuaskan mereka dengan sandiwara ini, toh penonton hanya tahu apa yang mereka saksikan, susah senang di belakang panggung siapa yang peduli, mereka itu hanya penikmat kepalsuan, sebuah lakon drama dengan ending yang mereka pesan.
Ayah adalah seorang yang kaya, juragan sapi potong terpandang di desa. Sebagai seorang yang kaya dan punya pengaruh di desa, ayah menjadi incaran berbagai macam partai politik, hingga akhirnya tahun 2009 ayah pun menerima tawaran bergabung dengan salah satu partai politik.
Setelah menjadi orang partai, ayah sering pulang larut, ketika ibu bertanya perihal kesibukannya, jawaban ayah selalu sama “ada rapat penting di partai” dan ibu hanya menerima tanpa protes. Ayah juga punya kebiasaan baru, yaitu membawa bunga untuk ibu setiap kali pulang kerja, dan sekali lagi ibu selalu menerima tanpa banyak tanya.
Malam itu ibu jatuh sakit, ibu memang punya jantung lemah sehingga selama ini ia tak boleh banyak kerja. Sudah menjadi langganan ketika ibu lelah, ibu akan jatuh pingsan, jika sudah seperti itu, ayah akan lekas menggendong ibu dan mengistirahatkannya di kamar. Tetapi malam itu, ayah tak pulang, sakit ibu kambuh, aku yang masih duduk di bangku SMP tak tahu harus berbuat apa. Jam 12 malam, aku berteriak-teriak minta tolong. Saat ibu terkulai di lantai, di tangannya aku melihat setangkai mawar merah digenggam erat ibu, aku mengambil mawar itu, ada secarik kertas disana dengan tulisan nama, aku pikir itu dari ayah, tetapi nama yang tertulis disana bukan nama ibu.
Ayah baru menemui ibu esok harinya, ia membawakan bunga lagi untuk ibu, Tetapi kali ini ibu tak menerimanya. Aku mendekati ibu, aku diam menggenggam bunga, menabur mawar di atas pusaranya.
Cerpen Karangan: Rio Pamungkas
Minggu, 01 Juni 2014
PUISI LUCU : Duka Ketawa
Oleh Maulidya Risne Andini
Dulu kita selalu bersama
Menghabiskan waktu tuk berdua
Mengelilingi taman dengan sepeda
Menikmati aroma bunga penuh pesona
Itu semua karena cinta yang menggelora
Namun kini engkau ada di mana
Aku mencarimu ke ujung dunia
Dan ku temukan kau di sana
Bukan dengan ku, tapi dengan dia
Hatiku begitu terluka
Teganya engkau melihatku dengan luka menganga
Menunggumu tiba di tepi danau toba
Haruskah ku mengiba
Tuk kita kembali bersama
Namun engkau dilanda dilema
Memilih aku ataukah dia
Aku dengan cinta dan dia dengan jelita
Pilihlah aku karena...
Kau tak tahu mana yang nyata dan mana yang fana
Yakinlah bahwa aku yang nyata
Sedangkan dia hanyalah fana
Biarlah kini ku berikan kau logika
Aku mencintaimu karena aku wanita
Sedangkan dia hanyalah WARIA
Dulu kita selalu bersama
Menghabiskan waktu tuk berdua
Mengelilingi taman dengan sepeda
Menikmati aroma bunga penuh pesona
Itu semua karena cinta yang menggelora
Namun kini engkau ada di mana
Aku mencarimu ke ujung dunia
Dan ku temukan kau di sana
Bukan dengan ku, tapi dengan dia
Hatiku begitu terluka
Teganya engkau melihatku dengan luka menganga
Menunggumu tiba di tepi danau toba
Haruskah ku mengiba
Tuk kita kembali bersama
Namun engkau dilanda dilema
Memilih aku ataukah dia
Aku dengan cinta dan dia dengan jelita
Pilihlah aku karena...
Kau tak tahu mana yang nyata dan mana yang fana
Yakinlah bahwa aku yang nyata
Sedangkan dia hanyalah fana
Biarlah kini ku berikan kau logika
Aku mencintaimu karena aku wanita
Sedangkan dia hanyalah WARIA
PUISI :Cinta Sejati
Puisi by, Adelia Lintang Kirana
Ku bangun istana cinta diatas setiaku
Ku lindungi dindingnya dengan percayaku
Ku hiasi semuanya dengan keihklasanku
Ku rawat keteguhanya dengan ketulusanku
Dan ku ciptakan kedamaian dengan kasih sayangku
Andai takdir tak merenggutmu
Andai ku bisa menjaga keabadian hidupmu
Aku bukan Tuhan Yang Maha Mampu
Mengendalikan semua apa yang ku mau
Aku juga bukan malaikat penjagamu
Yang slu menemanimu sepanjang waktu
Ku hanya kasih dalam hatimu
Cinta dalam hidupmu
Rindu dalam nafasmu
Yang kan tetap hidup dalam sanubarimu
Tips Memotret Model - Angle & Pose
Tips Fotografi - Beberapa artikel InFotografi yang lalu membahas tentang perangkat apa saja yang Sobat butuhkan untuk membangun sebuah studio fotografi sederhana.
Nah, setelah Sobat telah men-setting semua kebutuhan serta kamera, maka
kalian siap untuk memulai memotret. Mungkin Sobat akan mulai merasakan
tantangan terbesar saat memotret model, bukan pada masalah teknis,
melainkan karena mau tidak mau Sobat harus mengatur pose model kalian.
Photo: Andy
Bagi banyak fotografer ketika menghadapi hal ini sedikit banyak akan
merasa lebih tertarik memotret landscape daripada berhadapan dengan
model yang notabene adalah saudara, teman atau non-profesional model
lainnya, kenapa? Yah.. karena kalian harus memberikan instruksi
bagaimana mereka harus berpose. Kali ini InFotografi akan memberikan beberapa tips dasar bagaimana mereka berpose, tetapi perlu diingat tugas utama kalian sebagai fotografer adalah bagaimana membuat mereka merasa santai dan nyaman didepan kamera, jika itu tercapai, maka percayalah semua proses pemotretan akan mengalir secara alami. Sobat sebelum pemotretan di dalam studio juga bisa mencari referensi pose melalui majalah, buku, galeri foto sehingga kalian mendapatkan ide-ide segar tentang pose yang kalian cari.
Hal yang terpenting bukan saja bagaimana pose model kalian. Sobat juga perlu mempertimbangkan angle kalian sendiri, ketinggian kamera saat memotret tentu memberikan dampak tersendiri bagi hasil akhir foto kalian bukan? Berikut ini adalah Tiga angle yang bisa kalian gunakan dan hasil foto akhirnya:
Photo: N-Photo
1. Angle Tinggi
Posisi kamera yang sedikit lebih tinggi dari model/subyek seringkali bisa memberikan hasil yang lebih menarik. Pada umumnya akan membuat wajah model lebih kurus. Perhatikan bahwa bagian leher dan rahang terlihat lebih jelas, jangan memposisikan kamera terlalu tinggi, karena posisi tersebut akan sedikit terlihat aneh.
2. Angle Sejajar (Eye Level)
Angle Eye level dengan pencahayaan yang tepat bisa digunakan pada banyak kondisi. Perhatikan bahwa ketinggian kamera akan berdampak pada bagaimana hasil foto portrait kalian. Layar LCD kamera kalian memiliki peran penting untuk membantu kalian mereview kembali hasil akhir foto. Jika tinggi badan Sobat lebih rendah dari model, maka gunakan kotak atau tangga kecil untuk mencapai ketinggian yang pas.
3. Angle Rendah
Prinsip angle rendah pada umumnya adalah: semakin rendah angle yang kalian gunakan maka akan berkurang juga daya tarik foto portrait kalian. Angle ini tidak membuat subyek kalian semakin ramping! Angle ini sering digunakan untuk foto-foto coorporate, dimana para pemimpin atau direktur perusahaan tersebut bisa mendapatkan kesan besar dan berkuasa.
Cerpen Cinta Sedih
Nyesek itu ketika..
Dia itu lucu, menggemaskan dan tampan. Bahkan sifatnya pun baik. ooh.. sungguh, wanita mana yang tak jatuh hati padanya? Aku yakin, jika kalian mengenal Nena lebih jauh.. kalian juga akan jatuh hati padanya seperti aku!
Hmm.. Nena..Nena.. Kamu sempurna! Wajah kalem dan ganteng, kulit putih, hidung mancung, rambut hitam dengan gaya funky, badan tinggi besar dan kamu juga pinter!
Dan ditambah lagi dengan warna mata kamu yang bewarna coklat terang,! Kamu sempurna banget!
Aku membaca satu persatu kalimat yang kutulis dalam buku diary ku malam ini. rasanya lucu juga jika membacanya berulang-ulang. Sudah lah, aku tak bisa berharap terlalu banyak. Nena kan cowok keren dan tampan. Peluang untuk PDKT dengannya pun sangat tipis, mengingat saingan ku yang tak hanya satu atau dua orang melainkan ratus ribu! Gila!
Kemudian, ku tutup buku diary ku itu dan kutaruh di atas meja belajar. Selanjutnya, aku merebahkan tubuh ku ke atas kasur yang empuk dan lembut. Kupenjamkan kedua mata ku perlahan sambil kubentangkan kedua tangan ku.
Pikiran ku mulai melayang, kugantungkan berbagai khayalan indah yang kurajut dalam pikiran ku. Aku mulai berimajinasi kalau aku bisa mendekati Nena lebih dari sahabat alias menjadi kekasih nya. Aku juga berimajinasi kalau aku dan Nena membeli buku novel, sebuah coklat, dan membeli sepasang cincin bersama-sama. Aah… manis sekali.
***
Pukul 13.20 di aula sekolah.
Aku menghela nafas dalam-dalam, rasa letih mulai menyerang ku perlahan. Perasaan jenuh mulai kurasakan. hari ini aku tidak langsung pulang seperti biasanya, aku harus mengurus keperluan teater untuk pentas besok di aula kabupaten.
“Kak Alissa, naskah ‘kehilangan untuk selamanya’ kok nggak ada? Apa masih ada di ruang sastra?” tanya Vallen, adik kelas ku sambil membawa sejumlah kertas naskah yang warnanya menguning.
Aku menghela nafas dalam-dalam, huh baru saja duduk! Sudah ditanya lagi! gumam ku dalam hati kesal. Aku memandang sekitar, kemudian kuambil sejumlah kertas naskah dari tangan Vallen. Kuteliti satu persatu dan tak kutemukan naskah ‘kehilangan untuk selamanya’. Aku kembali menghembuskan nafas berat, berat untuk meninggalkan kursi yang tengah kududuki.
“Mungkin ada di ruang sastra, yaudah aku mau ambil dulu! Tolong dijagain dulu kegiatan nya ya!” pesan ku kemudian sembari meninggalkan aula sekolah.
Sesampainya di ruang sastra, aku segera menuju rak naskah yang letaknya dekat dengan jendela ruang sastra. Disana, ada sebuah lemari kayu besar. Dimana semua isi naskah-naskah untuk teater berada.
Sebenarnya aku sangat malas untuk mencari naskah di dalam lemari itu, sebab. Ada banyak naskah-naskah yang ditaruh di dalam lemari besar itu. Ada kemungkinan kalau aku akan memakan waktu cukup lama untuk mencari naskah ‘kehilangan untuk selamanya’.
“Hmm.. Alissa?” tiba-tiba seseorang memanggil ku dengan suara yang cukup ku kenal, itu suara Nena.
“Iyah? Ada apa Na?” tanyaku sambil menoleh ke arahnya.
Nena terdiam, kemudian ia melangkah kan kedua kaki nya menuju tempat ku berada. Kulihat kedua matanya tak henti memandang ku. yahh.. indah sekali pandangan matanya yang begitu dalam.
“Hmm..gimana ya ngomongnya, Alissa. Kamu masih ngurusin acara teater ya?” Nena bertanya sembari mendekati tumpukan kertas naskah yang ada di hadapan ku.
“Iyah nih, Na. Kenapa emang? Ada perlu?” celetoh ku sambil meneliti satu persatu naskah yang ada di hadapan ku.
“Iyah.. pulang dari sekolah, kamu mau nggak kawanin aku ke toko buku? Terus ke toko aksesoris? Hehe.. itu sih kalau kamu mau..” ucapan Nena membuat jantungku berdetak kencang! Oh ya Tuhan! Benarkah itu? Mimpi apa aku semalam! gumam ku dalam hati sembari tersenyum lebar. Rasanya aku baru saja terbang menuju kayangan. Aku terdiam sejenak, aku masih tak percaya ini!
“Kamu enggak bisa ya Lis? Sorry..” ucap Nena sembari meninggal kan ku karena sedari tadi aku hanya terdiam. Sebelum Nena melangkah jauh, aku segera menarik tangan nya dengan erat. kemudian aku mengangguk sembari tertawa.
“Aku mau kok! tapi.. kamu bantuin aku cari naskah ‘kehilangan untuk selamanya’ ya!” pintaku dengan suara manja. Nena tertawa mendengar suara ku, kemudian ia mengangguk pelan. Aku dan Nena kemudian mencari naskah cerita itu bersama-sama.
Tumpukan kertas yang bewarna kuning itu kami teliti satu persatu sambil berbincang-bincang.
“Aah! Aku dapat! Ini dia!” seru nya senang sambil mengangkat sebuah naskah cerita yang dari tadi kami cari. Aku tersenyum lebar, kemudian kami berdua segera meninggalkan ruang sastra dan menuju aula sekolah sambil berlari pelan.
***
“Ini! pake helm ini ya Alissa. Oh ya, menurut mu gimana warna helm nya?” tanya nya sambil memberikan ku sebuah helm untuk wanita yang bewarna hitam dengan gambar motif bunga dan hati yang bewarna pink pekat serta ada gambar kupu-kupu nya di bagian atas kepala.
Aku tersenyum, ini adalah helm terlucu yang pernah ada. Aku mengangguk. Kemudian kami mulai berangkat menuju kota. Selama diperjalanan, aku tak henti-hentinya tersenyum. Ya! Bayangkan, kalian sedang diajak date oleh seseorang yang kalian sayangi.
Suasana di kota lumayan sepi, jadi kami dengan mudahnya menuju toko buku tanpa ada nya gangguan macet.
“Cari novel yang menurut kamu itu paling bagus, pokoknya kesukaan cewek banget deh! Nanti aku bayar. Oke!?” pinta Nena padaku ketika kami berdua telah sampai di dalam toko buku bagian rak buku novel. Aku pun mengangguk cepat.
Aku mulai menelusuri berbagai rak buku novel yang ada di toko buku ini. dari yang bergenre romantis, horror, fantasi, realiti, dan petualangan. Aku mulai meneliti setiap novel yang ada. Kulihat satu persatu sinopsis novel nya dari setiap genre yang berbeda-beda.
Aku belum menemukan satu pun novel yang menurut ku menarik dan berbeda. Ya kau tahu? Aku lebih banyak menemukan novel-novel yang bertema pasaran dan sangat tidak menarik. Aku menghela nafas dalam-dalam. Lelah juga mencari novel yang tepat.
“Gimana kalau ini aja Lis?” tawar Nena tiba-tiba sambil menunjukkan sebuah buku novel lumayan tebal yang berjudul ‘Sebuah Awal Untuk Permulaan’. Aku segera menyambar buku novel tersebut dari tangan Nena. Kemudian kubaca sinopsis buku tersebut, dan ternyata sinopsis nya cukup menarik! Aku pun tersenyum.
“Ini Na, keren! Kamu kok bisa tahu sih ini keren?” tanya ku ketika kami sedang membayar di kasir. Nena tersenyum simpul.
“Aku Cuma nebak aja.. hehe” ucap nya singkat.
Kemudian setelah membeli buku novel, kami berdua menuju toko aksesoris yang berada di ujung kota. Disana, ada banyak aksesoris untuk handpone, gantungan kunci, untuk panjangan rumah dan lain-lain.
Nena menyuruh ku untuk memilih salah satu aksesoris handpone yang bernuansa romantis dan unik. Aku pun mengangguk. Tak perlu lama mencari, ketika mata ku menyapu pandangan di bagian rak gantungan handpone, aku menemukan sepasang gantungan kunci magnet couple yang sangat lucu dan keren. Dan seperti biasa, Nena lah yang membayar nya.
Kemudian kami menuju pojok toko aksesoris, disana menyediakan jasa bungkus kado. Nena menyuruh ku untuk membungkus buku novel dan gantungan handpone tadi di tempat jasa bungkus kado. Dan Nena juga menyuruh ku untuk menentukan sendiri sampul kado apa yang menurut ku paling lucu, unik, dan paling disukai cewek. Aku pun memilih sampul kado bewarna pink dan bermotif berbagai macam gambar-gambar lucu bewarna putih dan hitam.
Setelah semua selesai, Nena tersenyum. Ia kemudian membisikkan sesuatu ke kuping ku.
“Habis ini kita bakal ke suatu tempat yang menurut ku indah banget, kamu mau kan? Lagian ini masih jam empat.. oke?” ajak Nena, aku kemudian meng-iyakan hal tersebut dengan senyum mengembang.
***
Taman bunga kota, adalah tempat yang Nena tuju. Sebenarnya ini adalah tempat yang terlalu pasaran menurutku. Tetapi, ada yang beda. Di taman bunga kota ini lebih indah dan sangat luas. Disini ada banyak berbagai macam bunga-bunga dari seluruh belahan dunia. Bunga-bunga nya pun dirawat sebaik mungkin. Tempat nya asri dan romantis. hmm.. tepat! Celoteh ku dalam hati.
Kami berdua duduk di bangku taman yang bewarna putih pekat. Tiba-tiba Nena tersenyum manis dan memandang kedua mataku dengan dalam dan indah.
“Kamu tahu? Nggak ada seorang pun yang menurut ku indah selain kamu! Kamu lebih indah dari pada bunga mawar yang ada di taman ini. kamu bahkan memiliki pandangan mata yang sangat indah dan tulus. Kasih mu menemani hari-hari ku sungguh kurasa, ini seperti mimpi yang nyata. Tapi kali ini, aku akan menyatakan semuanya.. aku menyukai mu.. aku mencintai mu… selamanya..” tutur Nena dengan nada yang sangat menggetarkan hati. Kata-katanya meluluh lantah kan hatiku, aku ingin menangis, menangis haru. Aku merasa sangat bahagia.
“Menurut mu gimana kata-kata ku tadi, Lis?” tanya nya. Aku terdiam sembari tersenyum.
“Bagus banget Na.. ngeresap dalam hati deh!” puji ku sambil tertawa, Nena pun ikut tertawa.
“Oh ya.. besok kamu bawa yang barang-barang tadi yang kita beli, nanti pulang sekolah temui aku di sini! Okeh!” pintanya. Aku tersenyum senang. Nena menyukai ku! ya ampun! Gumam ku dalam hati.
***
Sepulang sekolah, aku segera menuju taman kota. Untung saja jarak nya tidak terlalu jauh dari sekolah ku, jadi aku tinggal naik angkot sekali saja.
Setiba disana, kulangkah kan kedua kakiku menuju bangku taman yang kemarin aku dan Nena tepati. Dalam hati aku berseri-seri, rasanya hidup ku terasa baru dengan nuansa manis yang baru saja ditaburi seseorang yang selama ini kupuja.
Ketika sampai di bangku taman itu, Nena segera mengambi barang-barang yang kemarin kami beli dari tangan ku. kemudian Nena tersenyum dan berkata.
“Kok diambil lagi?” tanya ku heran sembari mengkerutkan dahi.
“Oh iyah.. aku lupa. Makasih ya Alissa kemarin udah mau nemenin aku buat beli semuanya dan makasih juga buat komentar kamu soal kata-kata ku kemarin dan helm itu! Ini bakal ngebantu aku banget ! makasih!” katanya polos. Aku makin bingung dibuatnya.
“Maksud kamu?”
“Semua barang yang kita beli kemarin dan kata-kata itu sebenarnya buat ke Vellysa. Gadis pujaan ku. hari ini aku sama dia udah janjian buat ketemuan disini, sebentar lagi juga dia datang. Dan kemarin aku ajak kamu buat beli barang-barang ini soalnya aku kurang tahu apa aja yang disukai cewek soal buku novel, aksesoris, kata-kata, dan helm. Jadi makasih ya, kemarin kamu udah bantuin aku! Kamu bener-bener teman terbaik ku yang pernah ada kamu udah kasih penilaian !” ucapan Nena bagai petir yang menyambar. Aku merasakan jantung ku berhenti berdetak, aliran darah ku terasa terhenti.. hati ku tertusuk-tusuk dan aku merasakan goresan luka paling dalam.
Aku terdiam.. tak bisa bicara. Aku terpatung.. tak mampu bergerak.hatiku hancur sudah, rasanya aku seperti tertimpah bangunan besar yang membuatku sekarat dalam kesakitan.
Aku meneteskan air mata kepedihan, aku tak menyangka kalau sebenarnya itu semua bukan untukku. Tetapi untuk Vellysa, gadis pujaanya. Ya Tuhan.. ini begitu menusukku hatiku! Dan saatnya aku berkata.. “NYESEK!!”
Pose Gaya Ekspresi Wajah Cantik Berfoto di Kamera
1. Latihan di depan kaca
Kalau selama ini Anda menggunakan kaca hanya untuk berdandan dan menyerasikan baju, coba untuk melatih ekspresi wajah Anda di depan kaca. Anda mungkin bukan foto model ternama, tapi hal ini akan membantu Anda melatih ekspresi wajah paling natural ketika suatu saat nanti Anda terjebak dalam suatu photo session dadakan.
2. Berikan ekspresi natural
Ketika Anda sudah berada di depan kamera, tampil dan berikan bahasa tubuh yang enerjik. Jangan berusaha untuk berpose karena ini hanya akan membuat gaya Anda tampak kaku. Bergeraklah dengan santai dan natural dan nikmati saat-saat kamera mengambil gambar Anda.
3. Percaya diri
Kunci utama untuk selalu tampil menarik sebetulnya hanya satu yaitu bersikap percaya diri. Coba untuk melatih senyum Anda di depan kamera. Ketika Anda sudah terbiasa melakukannya, rasa percaya diri Anda akan muncul dengan sendirinya.
4. Kuncinya ada pada mata
Tanpa Anda sadari, mata Anda ternyata memegang peranan penting untuk penampilan. Usahakan selalu sediakan beberapa waktu untuk mata Anda. Alis mata akan membentuk frame wajah dan memakai maskara akan membuat mata Anda tampak tajam. See? Anda akan tampak mempesona di depan kamera.
5. Jauhkan rasa malu
Intinya, tampil cantik di depan kamera tidak tergantung pada kecantikan fisik Anda saja. Jika Anda mampu menunjukkan wajah yang ceria dan percaya diri, kecantikan dari dalam diri Anda akan terpancar dengan sendirinya. Jangan pernah malu dengan diri Anda sendiri.
6. Tersenyum!
Aura Anda akan terpancar dengan kuat ketika Anda tersenyum. Jangan pernah ragu untuk tersenyum di depan kamera. Tersenyumlah dengan lepas karena senyum yang lepas menandakan suasana hati Anda yang penuh dengan aura positif.
Tunggu apa lagi, Ladies? Kamera di depan sudah menanti Anda. Jangan lupa berikan senyum tercantik Anda.
Tips Agar Terlihat Menarik di Foto
1. Jangan Menunduk
Ketika wajah Anda menunduk, maka lipatan leher Anda akan menggembung, sehingga membuat tampak lebih gemuk. Untuk itu, kamera sebaiknya diletakkan sejajar dengan mata atau sedikit ke atas.
2. Putar Tubuh 45 Derajat
Sikap tubuh ini terinspirasi dari banyak seleb yang berpose saat tampil di karpet merah. Cara ini bisa membuat seseorang tampak lebih kurus. Putar tubuh Anda 45 derajat, dan wajah berbalik ke arah kamera. Anda bisa meletakkan tangan di pinggang agar terlihat lebih aksi. Gaya foto ini menjadi andalan Paris Hilton.
Untuk foto dalam posisi duduk, silangkan kaki Anda di lutut. Posisi ini akan mengkamuflase penampilan selulit.
3. Wajah Jangan Berminyak
Saat foto menggunakan blitz, wajah yang berminyak akan tampak jelas. Untuk itu, pastikan sebelum Anda foto aplikasikan bedak untuk mengurangi minyak di wajah, terutama daerah T (kening dan hidung).
4. Pakai Busana yang Menunjang
Jika Anda tidak nyaman dengan busana yang dikenakan, maka raut wajah Anda akan tergambar di depan kamera. Gunakanlah baju yang membuat Anda merasa percaya diri, dengan begitu Anda menjadi lebih 'luwes' saat di depan kamera.
5. Make-up
Meski wajah Anda tergolong putih, sangat disarankan untuk menggunakan concealer dan foundation. Alas bedak tersebut akan meratakan warna wajah Anda. Untuk make-up eyeshadow, lipstik dan blush on, gunakan warna hangat dan natural, seperti coklat muda atau pink muda.
Kumpulan Status Malam Minggu Lucu Gokil
Buat kamu kamu yang pengen
bikin onar di Timeline Facebook Twitter, BBM atau sekedar buat ngehina
para jomblo disana dengan Kata-Kata Update Status Lucu di Malam Minggu
ala Direksi Cinta - bisa coba nih :
Status Lucu Malam Minggu
*malam minggu* Pacaran: cabut uang di ATM | LDR: cabut uang didompet | Jomblo: Cabut bulu KETEK
*malam minggu* Neng, malmingan yu? | kemana bang? | kemana aja :) | oke deh, aku ajak pacar aku dulu ya | >,< *pura2 gila*
*malam minggu* beb ayo mi pigi nonton | tunggu dulu pale, saya photoshop dl muka ku...
"Lo gak malam mingguan?" | "Sori. Gw sih setia nonton Barcelona main kapanpun." | "Tapi kan Barca mainnya Minggu dinihari?" | "..."
Mau pilih malam Mingguan apa malam Jumatan sama aku? | Aku pilih malam Jumatan sama kamu di malam Minggu.
Hanya karena malam minggu ini kamu ga ada pasangan, bukan berarti kamu ga laku. Tuhan lagi milihin yg terbaik utk kamu. Tunggu ya..
malam minggu ini sama seperti malam malam kemarin. iya, sama sama gak ada kamu.
bagaimanapun keadaannya, aku cinta malam minggu, hariminggu dan tanggal merah lebih dari apapun -_-
ini malam minggu, mention kamu jangan dalam hati saja.
Oh...ternyata malam ini malam minggu ya? Pantasan ramai..., banyak syeitan2 berkeliaran yg memanfaatkan para remaja, waspadalah...!!!
Se jomblo apa pun loe, jangan permalukan diri sendiri dengan pamer kegalauan di malam minggu. Sumprit, itu bikin loe makin gak menarik! *LOL
Malam minggu sendirian, huhuhu ...
Selamat Malam Minggu warga Cirebon, baik yg single, dobel maupun tripel. Semoga tetap enjoy dan harmonis.
Ga semua jomblo itu ngenes di malam minggu kok yeeee ( ˘͡ -˘͡)
Ini bukan malam minggu tauu! Ini sabtu malam!
yang saya tau dari malam minggu adalah besok nya libur (˘ʃƪ˘)
Selamat malam minggu tweeps ! Kalaupun menjomblo bukan berarti nggak laku....belum laku aja :)) Semangaaaaat !!!! Forza Allegri ;)
Malam minggu ya? Aduh pacaran dulu ah sama "tugas" |#JombloBahagia
hindari coklat dan strawberry di malam minggu, gawat, pemicu "hasrat". Apalagi jomblo, tidak boleh konsumsi 2 benda ini
Selalu melewati malam minggu dengan tidak-sadar-kalau-hari-ini-malam-minggu
Malam minggu adalah waktu yang tepat untuk bergalau ria~
yang jomblo malam minggu ngapain? jangan ngiri yah ngeliat orang jalan sama pasangannya
Humor Singkat Galau Nite Para Jomblo di Malam Minggu :: Gerak DP BBM Lucu
Malam senin yang terasa kayak malam minggu .
Lebih baik malam minggu sendirian daripada bersama pacar orang. Dududu~
Prinsip malam minggu itu, pantang pulang sebelum bawa gandengan.
- Bagi yg Jomblo, malem minggu jangan byk menangis. Simpan air matanya buat malem minggu berikutnya yg lebih mengenaskan
- Jangan ngaku lagi malam mingguan kalo belum nyobain malam jumatan
- Malming itu akan terasa kurang lengkap kalo belum bisa ngajak jalan pacar orang
- Malming adalah hari dimana para ababil merayakan kisah kasih nya
- Malam minggu adalah momen yg paling tepat buat kenalin selingkuhan sama pacar
- Malam minggu, adalah malam dimana jomblo curhat sama tante lux
- *Malming* Kalo Couple : Jalan2 di pusat kota bareng pacar | Kalo Single: Jalan2 di Timeline bareng kesedihan
- Pacaran kok cuma sabtu-minggu doang. Pacaran apa acara hajatan ?
- Malem minggu itu adalah hari raya para Ababil
- Faktanya : 80% remaja yg melakukan 'Test Contact' via Bbm pada malam minggu, bisa dipastikan dia jomblo
- Percuma pacaran kalo malming doang. Itu pacaran atau pasar malem?
- Bagi Jomblo : Persamaan malam minggu sama malam jumat adalah sama-sama menyeramkan.
- Yang terpenting sama siapa nya!! bukan malam apa nya!! Percuma kan malem mingguan klo cuma sama HP doang.
- Gak usah iri gitu bagi yang jomblo karna gak bisa jalan-jalan di malming ini. Kan masih bisa jalan-jalan di TimeLine
- Pacaran apa nonton dangdutan, Kok cuma setiap mlm minggu doang
Status Lucu Malam Minggu
*malam minggu* Pacaran: cabut uang di ATM | LDR: cabut uang didompet | Jomblo: Cabut bulu KETEK
*malam minggu* Neng, malmingan yu? | kemana bang? | kemana aja :) | oke deh, aku ajak pacar aku dulu ya | >,< *pura2 gila*
*malam minggu* beb ayo mi pigi nonton | tunggu dulu pale, saya photoshop dl muka ku...
"Lo gak malam mingguan?" | "Sori. Gw sih setia nonton Barcelona main kapanpun." | "Tapi kan Barca mainnya Minggu dinihari?" | "..."
Mau pilih malam Mingguan apa malam Jumatan sama aku? | Aku pilih malam Jumatan sama kamu di malam Minggu.
Hanya karena malam minggu ini kamu ga ada pasangan, bukan berarti kamu ga laku. Tuhan lagi milihin yg terbaik utk kamu. Tunggu ya..
malam minggu ini sama seperti malam malam kemarin. iya, sama sama gak ada kamu.
bagaimanapun keadaannya, aku cinta malam minggu, hariminggu dan tanggal merah lebih dari apapun -_-
ini malam minggu, mention kamu jangan dalam hati saja.
Oh...ternyata malam ini malam minggu ya? Pantasan ramai..., banyak syeitan2 berkeliaran yg memanfaatkan para remaja, waspadalah...!!!
Se jomblo apa pun loe, jangan permalukan diri sendiri dengan pamer kegalauan di malam minggu. Sumprit, itu bikin loe makin gak menarik! *LOL
Malam minggu sendirian, huhuhu ...
Selamat Malam Minggu warga Cirebon, baik yg single, dobel maupun tripel. Semoga tetap enjoy dan harmonis.
Ga semua jomblo itu ngenes di malam minggu kok yeeee ( ˘͡ -˘͡)
Ini bukan malam minggu tauu! Ini sabtu malam!
yang saya tau dari malam minggu adalah besok nya libur (˘ʃƪ˘)
Selamat malam minggu tweeps ! Kalaupun menjomblo bukan berarti nggak laku....belum laku aja :)) Semangaaaaat !!!! Forza Allegri ;)
Malam minggu ya? Aduh pacaran dulu ah sama "tugas" |#JombloBahagia
hindari coklat dan strawberry di malam minggu, gawat, pemicu "hasrat". Apalagi jomblo, tidak boleh konsumsi 2 benda ini
Selalu melewati malam minggu dengan tidak-sadar-kalau-hari-ini-malam-minggu
Malam minggu adalah waktu yang tepat untuk bergalau ria~
yang jomblo malam minggu ngapain? jangan ngiri yah ngeliat orang jalan sama pasangannya
Humor Singkat Galau Nite Para Jomblo di Malam Minggu :: Gerak DP BBM Lucu
Malam senin yang terasa kayak malam minggu .
Lebih baik malam minggu sendirian daripada bersama pacar orang. Dududu~
Prinsip malam minggu itu, pantang pulang sebelum bawa gandengan.
CERPEN ROMANTIS
TAKDIR TUHAN
*Jodoh Pasti Bertemu*
Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku*
Jalanan Ibukota Jakarta terlihat masih sangat lenggang. Hanya terlihat beberapa kendaraan yang melintas. Udara pagi juga masih sangat asri, bunga-bunga pun bermekaran seiring dengan sinar matahari yang mulai menampakkan sinarnya. Sementara itu Milli, sosok wanita cantik berambut panjang ini tengah menelusuri koridor sekolahnya. Secercah senyuman terlihat mengembang di wajah mungilnya, betapa tidak sudah hampir 3 Minggu lamanya, Milli tidak masuk ke sekolah dikarenakan Libur Semester.
“Huh, Akhirnya sekolah lagi”. Ujar Milli sembari terus berjalan.
Milli makin mempercepat langkahnya, pikirannya makin jauh menerawang ke depan. Dilihatnya sekeliling, namun ia tidak menemukan sosok yang sangat ingin ia temui. Milli sangat tersentuh dengan ketulusan cinta Nathan, walaupun keduannya belum mengungkitnya dan Milli ingin selalu melihat senyumannya walau dari jauh tanpa bisa menyentuh sosok tercintanya.
Milli makin terlihat cemas. Namun kecemasannya sirna seketika saat menemukan sosok yang ia cari. Sosok itu tengah berbaring di bawah pohon yang terletak di lapangan belakang sekolah, sembari tanggannya terlipat di antara tubuhnya, lengkap dengan Earphone yang selalu terpasang di telingannya serta Buku yang menempel di tangannya.. Dia adalah Nathan. Nathaniel Affan sosok lelaki yang Tampan, cerdas dan sosok yang baik hati walaupun sedikit cuek. Dan pastinya dialah sosok yang sangat dikagumi Milli, bahkan lebih dari itu. Nathan adalah sosok yang sangat Milli cintai. Namun sayangnya Milli tidak pernah menggatakannya pada Nathan. Milli pun segera bergegas menghampiri Nathan.
“Heh, jelek!”. Sapa Milli.
Nathan tidak menghiraukan Milli sedetik pun, Ia masih terus berkutat pada posisinya.
“Heh jelek, lo denger gue gak sih?”. Ujar Milli dengan tampang cemberut.
Nathan masih saja tidak menghiraukan Milli.
“Ok, Fine. Daripada gue diem aja gak jelas nungguin lo sadar, lebih baik gue pergi”. Ujar Milli sembari bangkit dari posisinya.
Namun ketika Milli hendak bangkit untuk pergi, Nathan dengan Respect menarik tangan Milli hingga menyebabkan Milli jatuh tepat di samping Nathan yang sedang berbaring. Kedua Mata insan yang dimabuk Asmara ini pun bertemu. Seketika suasana menjadi hening dan Untuk waktu yang cukup lama keduanya saling melihat dan memperhatikan setiap pahatan wajah yang diciptakan oleh Tuhan. Sungguh Maha dahsyat kuasa Tuhan yang menciptakan Makhluk Sosal yang bernama Manusia ini. Keduanya saling berguman sembari memberikan pujian terhadap satu sama lain. Keduanya pun tersadar dari Hipnotis yang berbau Cinta itu.
“Dugaan gue emang bener ya..” Ujar Nathan dengan gaya yang cuek.
“Bener apaan?”. Tanya Milli.
“Iya, dugaan gue emang bener.. kalau Lo bener-bener jelek. Haha”. Ujar Nathan sembari mengacak-acak rambut Milli dengan manja dan berlalu pergi. Entah mengapa setiap kali Nathan melakukan hal tersebut Milli terlihat sangat senang sekali.
“Ih, Nathan rese deh lo”. Ujar Milli sembari bangkit dan mengejar Nathan. Kembali terulang secercah senyuman terlihat dari wajahnya yang mungil.
Beberapa bulan telah berlalu Dan sekarang Milli dan Nathan serta teman-teman nya yang lain tengah disibukkan untuk menghadapi Ujian Pra UN. Karena merasa tidak cukup pintar dalam Mata Pelajaran yang berbau Hitung-Menghitung. Millia sadar ia harus meminta bantuan pada seseorang yang tepat untuk mengajarinya. Dan sosok yang tepat menurutnya ialah Nathan. Karena selain dapat memperoleh ilmu, Milli juga dapat berduaan dan menghabiskan waktu lebih lama dengan Nathan. Segala keperluan pun telah dipersiapkan. Nathan juga menyetujui permintaan Milli. Bagaimana tidak, Mana mungkin Nathan menolak permintaan wanita satu itu, karena ternyata ia juga menyimpan rasa pada Milli. Sosok yang dikenalnya secara tidak sengaja pada saat pertama kali masuk ke sekolah ini.
Sepulang sekolah keduanya berjanji untuk belajar bersama. Dengan menggunakan Sepeda Motor Milli dan Nathan pergi menuju Taman Kota untuk belajar.
“Nathan, kalau untuk jawaban yang ini. Rumusnya apaan sih?”.Tanya Milli dengan wajah polosnya.
“Lo bego banget sih, Masa lo lupa. Ini soal kan sama seperti yang tadi kita pelajari di sekolah. Rumusnya yang ini nih!”. Ujar Nathan sembari mencubit pipi Milli dengan Manja.
“Ih, Nathan.. Lo jahat banget sih. Gue kan lupa. Makannya lo harus ngajarin gue dengan bener. Oya, Habis dimasukkin rumusnya terus apa lagi?. Gue bingung nih, ajarin gue dong” Tanya Milli.
Nathan ternyata sedari tadi memperhatikan Milli yang dengan wajah polosnya tengah kebingungan mencari jawaban dari soal yang ia kerjakan.
“Nathan…” Ujar Milli.
Milli pun menoleh untuk Melihat apa yang dilakukan Nathan karena tidak menghiraukan Milli. Untuk beberapa saat mata keduanya kembali bertemu. Namun sesegera mungkin Milli segera menyadarkan diri dari tatapan Nathan.
“Nathan…” Ujar Milli setengah berteriak. Nathan pun tersadar, dengan terbata-bata ia berusaha menjawab panggilan Milli.
“A.. oo.. A, i.. iya. Nomer berapa tadi, lo mau nanya apa tadi”. Ujar Nathan dengan terbata-bata. Menyadari tingkah Nathan, Milli pun segera menjawab pertanyaan Nathan.
“Ini, gue bingung setelah ini dimasukkin angkanya, terus diapain. Gue bingung. Kok jawabannya gak nemu ya?”. Ujar Milli sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Oh, ini.. tunggu ya… Coba kita tambahkan 4x + y = jadi hem… kita jadian aja yuk?”.
Deg!
Jantung Milli berdetak sangat kencang. Ungkapan yang selama ini Milli harapkan keluar dari mulut Nathan akhirnya tercapai juga.
“Yeah, I will”. Ujar Milli dengan mantap.
Keduanya pun saling tersenyum untuk beberapa saat. Dan keduanya pun meninggalkan Taman dengan saling bergandengan tangan.
Malam mulai membentang, Bulan pun telah menampakan sinar terangnya. Milli segera menutup gorden kamarnya sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur. Memorinya masih mengingat dengan jelas, bagaimana Nathan dengan gayanya yang cuek menyatakan cinta padanya. Milli merasa telah terhipnotis dan Milli juga masih tidak percaya bahwa ia telah berpacaran dengan Nathan. Jam telah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Milli segera mematikan lampu kamarnya dan segera tidur sambil berharap akan bermimpi sosok Nathan. Jalanan Ibukota kembali lenggang hanya beberapa kenderaan yang terlihat melintas. Lampu kota juga terlihat teram-temaram bagaikan kunang-unang yang berkumpul riang.
Akhirnya segala hal yang menyangkut Ujian kelulusan telah berlalu. Dan terdengar sorak-sorai dari Siwa/Siswi SMA 1 Pelita yang tampak sangat kegiranggan karena telah dinyatakan lulus. Terlihat Milli dan Nathan tengah duduk berdua di bawah pohon belakang sekolah; tempat favorit Nathan.
“Seneng ya, akhirnya lulus juga”. Ujar Milli dengan senyum mengembang.
“Iya, Terus sebentar lagi kita akan kuliah dan menyandang status sebagai Mahasiswa”. Ujar Nathan sambil megelus rambut Milli.
“Kuliah… Males ah”. Ujar Milli dengan cuek.
“Kenapa males.. Pendidikan itu penting Milli. Kamu tau gak, ada banyak orang di luar sana yang pengen kuliah, Tapi gak bisa karena keterbatasan biaya. Sedangkan kamu punya kesempatan dan peluang yang baik. Tapi kamu malah menolak dan dengan gampangnya kamu bilang males kuliah”. Ujar Nathan dengan tegas.
“Mulai deh… Ok.. Ok bapak Nathan. Aku bercanda kok. Aku bakalan kuliah. Karena pendidikan itu penting. Mungkin di Jakarta”. Ujar Milli.
“Gitu dong…” Ujar Nathan sambil mengelus rambut Milli dan Merebahkan Kepala kekasihnya itu ke pundaknya.
“Kalau kamu.. Ntar kuliah dimana. Jakarta juga kan?”. Tanya Milli sambil mengenggam tangan Nathan.
“Emm, aku bakalan kuliah di Bandung. Disana ada Fakultas Ilmu Komunikasi yang bagus”. Ujar Nathan. Mendengar apa yang dikatakan Nathan, Milli pun terlonjak kaget dan melepaskan genggamannya dari tangan Nathan.
“Kamu jahat. Kenapa kamu kuliah disana sih. Kan di Jakarta juga banyak fakultas Ilmu Komunkasi yang gak kalah Okenya. Kamu mau ninggalin aku ya?”. Ujar Milli sembari menahan air matanya.
“Bukannya aku mau ninggalin kamu. Mau gimana lagi. Aku tidak mungkin menolak permintaan Orangtuaku. Lagipula, aku sudah dinyatakan diterima di Fakultas itu. Lusa aku bakalan berangkat. Huh, aku bakalan kangen banget sama kamu”. Ujar Nathan sambil beranjak dari duduknya dan berlalu pergi. Milli benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran lelaki yang sangat dicntainya itu. Bagaimana bisa Nathan akan pergi meninggalkannya.
Malam harinya, Nathan berniat mengajak Milli untuk Makan Malam di salah satu Kafe terkemuka di Kotanya, sebagai Salam perpisahan darinya. Milli terlihat sangat cantik malam ini. Dengan memakai Gaun berwarna Putih selutut, Milli tampak lebih mempesona dari biasanya. Suasana Makan Malam itu terasa hening dan romantis ditambah lagi dengan alunan musik yang mengalun merdu membuat malam itu terasa lebih sempurna. Sayangnya Sepanjang waktu, Milli hanya berdiam diri dan hanya menjawab pertanyaan Nathan dengan jawaban yang seadanya. Melihat keganjalan yang terdapat pada diri Milli, Nathan memberanikan diri untuk bertanya.
“Kamu kenapa sih, dari tadi diem aja. Kalau aku nanya kamu cuman jawab iya, hmm, tidak. Ngomong dong sama aku”. Ujar Nathan sembari mengenggam tangan Milli.
Milli hanya tersenyum getir.
“Milli, Hei. Lihat aku… Ada apa?”. Tanya Nathan. Milli sudah tidak dapat membendung air matanya lagi. Seketika tangisnya pecah.
“Aku gak mau kamu pergi Nathan… Aku gak mau, Aku mohon batalin niat kamu untuk pergi”. Ujar Milli dengan sesengukkan. Untuk pertama kalinya Nathan melihat kekasihnya itu menangis. Dan orang yang menyebabkan Milli menangis ialah Nathan, dirinya sendiri.
“Milli, dengerin aku. Kamu gak usah nangis gini dong. Malu tau gak diliatin orang. Masa Milli cengeng sih. Udah dong nangisnya”. Ujar Nathan sambil mengusap Air Mata yang mengalir dari pelupuk matanya.
“Nathan, aku mohon…”. Ujar Milli dengan penuh harap.
“Gak bisa Milli, aku gak mungkin mengecewakan orangtua aku. Lagipula kita masih bisa ketemu kan. Kamu tenang aja, aku bakalan ngunjungin kamu setiap satu bulan sekali. Ok.. udah ya jangan nangis lagi”. Ujar Nathan dengan penuh kelembutan. Mendengar perkataan Nathan, Milli sudah agak baikkan meskipun rasa ketidakinginannya untuk berpisah dari Nathan lebih besar. Makan Malam pun berakhir dengan kesunyian. Nathan segera mengantar Milli pulang.
“Kamu tau gak Nathan, Aku masih belum siap jalanin hari-hari aku tanpa kamu”. Gumam Milli dalam hati.
Sudah lebih satu bulan semenjak kepergian Nathan, hari-hari dilalui Milli dengan seadannya dan terasa sangat biasa. Seharusnya pada Minggu-Minggu ini Nathan mesti mengunjungi Milli. Namun sayangnya Nathan masih belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Karena sudah tidak tahan lagi menahan kerinduan yang amat sangat, Milli pun pergi ke Bandung untuk menemui Nathan. Akhirnya sampailah Milli Di sebuah Pavillun yang minimalis. Disanalah selama ini Nathan tinggal. Dengan langkah penuh harapan Milli memberanikan diri mengetuk pintu. Dan saat dibuka, betapa bahagiannya Milli karena ia dapat melihat sosok yang sangat dicintainya itu. Seketika Air matanya pun turun dan menandai titik embun yang merdu.
“Milli, aku bener-bener gak nyangka ternyata kamu kesini”. Ujar Nathan dengan wajah yang sumringah.
“Aku kangen banget sama kamu Nathan”. Ujar Milli dengan wajahnya yang polos.
“Kamu pikir aku enggak. Aku juga kangen banget sama kamu. Maaf ya, aku gak ngunjunggin kamu, soalnya aku sibuk banget. Oya, gimana kuliah kamu?”. Tanya Nathan sambil menyodorkan segelas Cappucino pada Milli.
“Aku udah gak kuliah lagi…”. Ujar Milli sambil meneguk Cappucinonya.
“Kenapa?”. Tanya Nathan penasaran.
“Aku ngerasa, jurusan yang aku masukin itu bukan dunia aku. Sekarang aku lagi menggeluti dunia Tulis-Menulis. Yah, aku jadi penulis. Aku juga udah yakin orang Keluarga aku, kalau aku pengen jadi penulis. Dan mereka setuju. Oya, ini Draft Novel pertama aku. Judulnya Seseorang Di persimpangan. Jangan lupa dibaca ya?. Ujar Milli dengan Mantap.
“OK, ntar aku baca ya”.
“Janji ya…”.
“Iya..”. Ujar Nathan. Keduanya pun menghabiskan malam yang indah itu berdua.
Semenjak itu, hubungan keduanya kembali terjalin. Namun selang beberapa bulan kemudian hubungan Milli dan Nathan kembali renggang, Akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Keduanya pun melanjutkan kesibukannya masing-masing. Milli dengan kesibukannya sebagai penulis sangat terasa pada bulan ini, karena Novelnya begitu banyak digandrungi dan ia juga mendapatkan beberapa Penghargaan sebagai Penulis terbaik dan Novel Bestseller. Mendengar berita tentang Milli yang begitu gencarnya diberitakan karena keberhasilannya itu membuat Nathan penasaran terhadap isi cerita pada Novel yang diberikan Milli. Nathan pun mengambil Novel tersebut yang dulu sempat dilupakannya. Dibacanya setiap kata dan kalimat yang tertera pada Novel tersebut..
Manusia di persimpangan…
Dia adalah manusia yang selalu bigung menentukan arah. Belok kanan, belok kiri, atau lurus saja. Dia hanya tau dia harus terus berjalan. Tidak boleh berhenti. Sampai di satu titik ketika kebuntuan menghadangnya daripada memilih untuk berhenti dia memilih untuk mundur lagi ke belakang. Karena yang penting baginya adalah terus dan terus berjalan”
Tanpa disadari, air mata pun menetes dari pelupuk Matanya. Ia sangat menyesal karena selama ini memilih untuk berpisah dari Milli. Namun, ia tak dapat berbuat banyak. Orangtua Nathan tidak mengijinkannya untuk menjalin hubungan dengan wanita yang berbeda Agama darinya yang dimana Nathan seorang Muslim sedangkan Milli Non Muslim. Semula ia cuek dan tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Namun seiringnya waktu dan juga Karena orangtuanya mengetahui hubungannya dengan Milli. Dengan tegas orangtuanya menolak. Nathan pun terpaksa melepaksan cintanya itu. Sebenarnya Tidak ada aturan ketika mencintai, karena kamu tidak pernah tahu dengan siapa kamu akan jatuh cinta. Ia tidak pernah mengerti Kenapa Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda namun Tuhan tetap harus disembah harus dengan satu cara? Oleh karena itu Tuhan menciptakan Cinta, supaya yang berbeda-beda bisa tetap bersama. Nathan pun berniat untuk menemui Milli. Dengan tekad yang pasti Nathan pun menemui Milli yang pada saat itu tengah berkumpul dengan teman-teman SMAnya dulu. Betapa kagetnya Milli karena melihat Nathan juga hadir untuk merayakan kesuksessan Milli sebaga penulis.
“Hai Milli, apa kabar?”. Tanya Nathan sambil duduk di sebelah Milli. Tampak wajah bingung sekaligus tidak percaya dari Milli karena melihat sosok yang selama ini pergi datang kembali. Begitu halnya dengan teman-temannya yang lain. Namun sosok yang sedari tadi tidak senang melihat kedatangan Nathan adalah Gilang.
“Mil, aku udah baca lo Novel kamu, ceritanya bagus banget..”. Ujar Nathan.
“Oya, makasih..”.
“Umm Nathan kenalin ini temen aku Gilang”. Ujar Milli. Keduanya pun saling menyodorkan tangan. Sudah banyak yang berubah dari Milli tapi satu yang pasti Milli makin cantik dan lebih dewasa. Semenjak berpisah dari Nathan, sosok yang selalu menemani Milli adalah Gilang, meskipun Gilang sempat menyatakan perasaannya pada Milli, namun Milli enggan untuk menjalinnya dalam sebuah ikatan. Karena jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, ia masih mengharapkan Nathan.
Semenjak kembalinya Nathan, membuat hubungan keduanya kembali terjalin. Dan sore itu, tepatnya di Tempat Milli bekerja mereka saling bertemu. Dan Nathan pun memberanikan diri kembali untuk menyatakan cinta pada Milli, walaupun orangtuanya sangat menolak dengan keras hubungannya karena masalah perbedaan Agama yang menjadi penghalang. Dan pada saat Nathan memutuskan hubunggannya dari Milli, Milli tidak mengetahui penyebab itu semua karena masalah perbedaan Agama. Nathan pun segera menghampiri Milli.
“Mill, Kita bisa bicara sebentar..”. Pinta Nathan. Milli hanya mengangguk.
“Mill, aku mau.. kita balikkan lagi. Aku masih sayang sama kamu. Kamu juga kan?”. Tanya Nathan sembari memeluk Milli.
“Tunggu Nathan, aku belum jawab”. Ujar Milli sambil melepaskan pelukkan Nathan.
“Kenapa..?”. Tanya Nathan dengan bingung.
“Aku gak bisa Nathan.. Aku tuh capek nungguin kamu, ngelupain kamu…” Ujar Milli dengan wajah sedih.
“Iya, tapi Milli…?”.
“Kamu seenaknya datang ke kehidupan aku, dan pergi lagi!”.
“Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu, tapi untuk abadi bersamamu Milli”. Ujar Nathan.
“Nathan.. Aku tuh capek nungguin kamu terus Nathan. Kamu datang ke kehidupan aku ngasih harapan terus enggak Kamu tuh gak jelas, aku maunya sama yang jelas jelas.”
“Aku sayang kamu Milli. Kamu gak tau perasaanku”.
“Kamu itu terlalu ‘abu-abu’ buat aku, dan aku capek dengan ketidakpastian kamu selama ini”. Ujar Milli. Setelah mengucapkan kata itu, Milli pun segera berlalu meninggalkan Nathan yang masih termenung. Andai Milli tahu, alasan yang membuat Nathan pergi meninggalkan Milli karena perbedaan Agama, mungkin ini tidak akan terjadi dan pastinya Milli tidak akan semenderita ini.
Karena gagal mendapatkan cintanya kembali, Nathan pun berniat untuk pergi keluar dari Hiruk pikuk suasana Indonesia. Ia pun segera terbang Menuju Paris untuk menenagkan diri sekaligus untuk menyelesaikan pekerjaannya disana untuk waktu yang cukup lama. Namun sebelum berangkat ke Paris, Nathan menyempatkan untuk mengirim surat untuk Milli.
Hatinya begitu teriris melihat banyak muda-mudi yang ada di Paris saling bercengkerama menikmati keindahan Menara Eiffel pada saat detik-detik tenggelamnya Matahari. Bayangkan, ia menikmati senja mempesona di bawah Naungan menara Eiffel hanya sendiri tanpa ditemani sosok terkasih. Sementara itu, Milli masih berkutat dengan di Mejanya sambil terus membaca surat pemberian Nathan.
Hari ini pastilah hari yang paling bahagia buat kamu. Aku ikut bahagia. Karena dari tempatku berada aku yakin aku bisa melihatmu. Melihat engkau tersenyum. Walaupun aku tak bisa menyentuhmu lagi. Maafkan aku karena aku meninggalkanmu, Mili. Tapi sebenarnya aku tak pernah benar-benar melakukannya. Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu. Tapi justru menjadi abadi bersamamu. Aku bukan penulis. Aku hanya ingin mengutip salah satu dari tulisan di novel pertamamu. Dimana sang tokoh selalu merasa melewati jalan asing. Mencari, entah apa. Berlari, entah untuk apa. Ratusan persimpangan dilewati lalu diabaikan. Hingga kerinduan menjelma menjadi bayangan sepangjang perjalanan. Akulah tokoh itu. Dan kerinduanku akan menjadi bayanganku. Kerinduan pada suatu hari milik kita. Pada suatu persimpangan dimana kita pertama kali bertemu
Milli sangat menyesal karena tidak menerima Nathan kembali untuk menjadi kekasihya, Milli juga telah mengetahui penyebab mengapa Nathan tidak menepati janjinya untuk menemuinya setiap satu bulan sekali. Beberapa bulan yang lalu, tepatnya setelah 3 bulan kepergian Nathan ke Paris, saat Milli tengah jalan-jalan di Mall, ia secara tidak sengaja bertemu dengan Nikki, Adik kandung Nathan yang sangat perihatin dengan hubungan Kakaknya. Nikki menjelaskan semuanya pada Milli. Semenjak itulah perasaan Milli menjadi tidak karuan. Karena sudah tidak tahan lagi membendung perasaan, Milli pun beranjak dari tempat duduknya dan segera pergi menuju kamar untuk mengambil beberapa barang yang diperlukan selama di Paris nanti. Milli pun terbang menuju Paris untuk menyusul Nathan.
Sudah Satu Minggu berlalu, pencaharian Milli terus saja berlanjut. Karena kelelahan Milli pun berhenti di bawah lampu temaram Menara Eiffel. Sangat indah Menara Eiffel pada malam itu, tepat di atasnya bulan menyinari setiap sudut kota Paris, negara yang dijulukki sebagai tempat Paling Romantis di Dunia.
Deg!
Entah mengapa, tiba-tiba jantung Milli berdetak begitu kencangnya. Dan saat ia menoleh ke belakang. Betapa kagetnya Milli karena ia mendapati sosok Nathan yang diterpa sinar rembulan saat itu.
“Kamu semakin tampan saja Nathan…”. Gumam Milli dalam hati.
Dan keduannya pun saling berpandangan satu sama lain untuk waktu yang cukup lama. Terlhat senyum mengembang di wajah keduannya. Dan di bawah naungan Menara Eiffel pada malam itu menambah indahnya pertemuan Dua Insan yang dimabuk Asmara ini. Karena memang Cinta sejati selalu datang pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Dan ia tidak pernah tersesat.
*Mengajak Tuhan bicara dengan bahasa yang berbeda, terjadi percakapan sederhana dengan bulir air mata.”
*Kita bukan Istiqlal bukan juga Katedral, namun jika mereka bernyawa, apakah mereka akan saling jatuh cinta?”
Selesai
*Jodoh Pasti Bertemu*
Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku*
Jalanan Ibukota Jakarta terlihat masih sangat lenggang. Hanya terlihat beberapa kendaraan yang melintas. Udara pagi juga masih sangat asri, bunga-bunga pun bermekaran seiring dengan sinar matahari yang mulai menampakkan sinarnya. Sementara itu Milli, sosok wanita cantik berambut panjang ini tengah menelusuri koridor sekolahnya. Secercah senyuman terlihat mengembang di wajah mungilnya, betapa tidak sudah hampir 3 Minggu lamanya, Milli tidak masuk ke sekolah dikarenakan Libur Semester.
“Huh, Akhirnya sekolah lagi”. Ujar Milli sembari terus berjalan.
Milli makin mempercepat langkahnya, pikirannya makin jauh menerawang ke depan. Dilihatnya sekeliling, namun ia tidak menemukan sosok yang sangat ingin ia temui. Milli sangat tersentuh dengan ketulusan cinta Nathan, walaupun keduannya belum mengungkitnya dan Milli ingin selalu melihat senyumannya walau dari jauh tanpa bisa menyentuh sosok tercintanya.
Milli makin terlihat cemas. Namun kecemasannya sirna seketika saat menemukan sosok yang ia cari. Sosok itu tengah berbaring di bawah pohon yang terletak di lapangan belakang sekolah, sembari tanggannya terlipat di antara tubuhnya, lengkap dengan Earphone yang selalu terpasang di telingannya serta Buku yang menempel di tangannya.. Dia adalah Nathan. Nathaniel Affan sosok lelaki yang Tampan, cerdas dan sosok yang baik hati walaupun sedikit cuek. Dan pastinya dialah sosok yang sangat dikagumi Milli, bahkan lebih dari itu. Nathan adalah sosok yang sangat Milli cintai. Namun sayangnya Milli tidak pernah menggatakannya pada Nathan. Milli pun segera bergegas menghampiri Nathan.
“Heh, jelek!”. Sapa Milli.
Nathan tidak menghiraukan Milli sedetik pun, Ia masih terus berkutat pada posisinya.
“Heh jelek, lo denger gue gak sih?”. Ujar Milli dengan tampang cemberut.
Nathan masih saja tidak menghiraukan Milli.
“Ok, Fine. Daripada gue diem aja gak jelas nungguin lo sadar, lebih baik gue pergi”. Ujar Milli sembari bangkit dari posisinya.
Namun ketika Milli hendak bangkit untuk pergi, Nathan dengan Respect menarik tangan Milli hingga menyebabkan Milli jatuh tepat di samping Nathan yang sedang berbaring. Kedua Mata insan yang dimabuk Asmara ini pun bertemu. Seketika suasana menjadi hening dan Untuk waktu yang cukup lama keduanya saling melihat dan memperhatikan setiap pahatan wajah yang diciptakan oleh Tuhan. Sungguh Maha dahsyat kuasa Tuhan yang menciptakan Makhluk Sosal yang bernama Manusia ini. Keduanya saling berguman sembari memberikan pujian terhadap satu sama lain. Keduanya pun tersadar dari Hipnotis yang berbau Cinta itu.
“Dugaan gue emang bener ya..” Ujar Nathan dengan gaya yang cuek.
“Bener apaan?”. Tanya Milli.
“Iya, dugaan gue emang bener.. kalau Lo bener-bener jelek. Haha”. Ujar Nathan sembari mengacak-acak rambut Milli dengan manja dan berlalu pergi. Entah mengapa setiap kali Nathan melakukan hal tersebut Milli terlihat sangat senang sekali.
“Ih, Nathan rese deh lo”. Ujar Milli sembari bangkit dan mengejar Nathan. Kembali terulang secercah senyuman terlihat dari wajahnya yang mungil.
Beberapa bulan telah berlalu Dan sekarang Milli dan Nathan serta teman-teman nya yang lain tengah disibukkan untuk menghadapi Ujian Pra UN. Karena merasa tidak cukup pintar dalam Mata Pelajaran yang berbau Hitung-Menghitung. Millia sadar ia harus meminta bantuan pada seseorang yang tepat untuk mengajarinya. Dan sosok yang tepat menurutnya ialah Nathan. Karena selain dapat memperoleh ilmu, Milli juga dapat berduaan dan menghabiskan waktu lebih lama dengan Nathan. Segala keperluan pun telah dipersiapkan. Nathan juga menyetujui permintaan Milli. Bagaimana tidak, Mana mungkin Nathan menolak permintaan wanita satu itu, karena ternyata ia juga menyimpan rasa pada Milli. Sosok yang dikenalnya secara tidak sengaja pada saat pertama kali masuk ke sekolah ini.
Sepulang sekolah keduanya berjanji untuk belajar bersama. Dengan menggunakan Sepeda Motor Milli dan Nathan pergi menuju Taman Kota untuk belajar.
“Nathan, kalau untuk jawaban yang ini. Rumusnya apaan sih?”.Tanya Milli dengan wajah polosnya.
“Lo bego banget sih, Masa lo lupa. Ini soal kan sama seperti yang tadi kita pelajari di sekolah. Rumusnya yang ini nih!”. Ujar Nathan sembari mencubit pipi Milli dengan Manja.
“Ih, Nathan.. Lo jahat banget sih. Gue kan lupa. Makannya lo harus ngajarin gue dengan bener. Oya, Habis dimasukkin rumusnya terus apa lagi?. Gue bingung nih, ajarin gue dong” Tanya Milli.
Nathan ternyata sedari tadi memperhatikan Milli yang dengan wajah polosnya tengah kebingungan mencari jawaban dari soal yang ia kerjakan.
“Nathan…” Ujar Milli.
Milli pun menoleh untuk Melihat apa yang dilakukan Nathan karena tidak menghiraukan Milli. Untuk beberapa saat mata keduanya kembali bertemu. Namun sesegera mungkin Milli segera menyadarkan diri dari tatapan Nathan.
“Nathan…” Ujar Milli setengah berteriak. Nathan pun tersadar, dengan terbata-bata ia berusaha menjawab panggilan Milli.
“A.. oo.. A, i.. iya. Nomer berapa tadi, lo mau nanya apa tadi”. Ujar Nathan dengan terbata-bata. Menyadari tingkah Nathan, Milli pun segera menjawab pertanyaan Nathan.
“Ini, gue bingung setelah ini dimasukkin angkanya, terus diapain. Gue bingung. Kok jawabannya gak nemu ya?”. Ujar Milli sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Oh, ini.. tunggu ya… Coba kita tambahkan 4x + y = jadi hem… kita jadian aja yuk?”.
Deg!
Jantung Milli berdetak sangat kencang. Ungkapan yang selama ini Milli harapkan keluar dari mulut Nathan akhirnya tercapai juga.
“Yeah, I will”. Ujar Milli dengan mantap.
Keduanya pun saling tersenyum untuk beberapa saat. Dan keduanya pun meninggalkan Taman dengan saling bergandengan tangan.
Malam mulai membentang, Bulan pun telah menampakan sinar terangnya. Milli segera menutup gorden kamarnya sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur. Memorinya masih mengingat dengan jelas, bagaimana Nathan dengan gayanya yang cuek menyatakan cinta padanya. Milli merasa telah terhipnotis dan Milli juga masih tidak percaya bahwa ia telah berpacaran dengan Nathan. Jam telah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Milli segera mematikan lampu kamarnya dan segera tidur sambil berharap akan bermimpi sosok Nathan. Jalanan Ibukota kembali lenggang hanya beberapa kenderaan yang terlihat melintas. Lampu kota juga terlihat teram-temaram bagaikan kunang-unang yang berkumpul riang.
Akhirnya segala hal yang menyangkut Ujian kelulusan telah berlalu. Dan terdengar sorak-sorai dari Siwa/Siswi SMA 1 Pelita yang tampak sangat kegiranggan karena telah dinyatakan lulus. Terlihat Milli dan Nathan tengah duduk berdua di bawah pohon belakang sekolah; tempat favorit Nathan.
“Seneng ya, akhirnya lulus juga”. Ujar Milli dengan senyum mengembang.
“Iya, Terus sebentar lagi kita akan kuliah dan menyandang status sebagai Mahasiswa”. Ujar Nathan sambil megelus rambut Milli.
“Kuliah… Males ah”. Ujar Milli dengan cuek.
“Kenapa males.. Pendidikan itu penting Milli. Kamu tau gak, ada banyak orang di luar sana yang pengen kuliah, Tapi gak bisa karena keterbatasan biaya. Sedangkan kamu punya kesempatan dan peluang yang baik. Tapi kamu malah menolak dan dengan gampangnya kamu bilang males kuliah”. Ujar Nathan dengan tegas.
“Mulai deh… Ok.. Ok bapak Nathan. Aku bercanda kok. Aku bakalan kuliah. Karena pendidikan itu penting. Mungkin di Jakarta”. Ujar Milli.
“Gitu dong…” Ujar Nathan sambil mengelus rambut Milli dan Merebahkan Kepala kekasihnya itu ke pundaknya.
“Kalau kamu.. Ntar kuliah dimana. Jakarta juga kan?”. Tanya Milli sambil mengenggam tangan Nathan.
“Emm, aku bakalan kuliah di Bandung. Disana ada Fakultas Ilmu Komunikasi yang bagus”. Ujar Nathan. Mendengar apa yang dikatakan Nathan, Milli pun terlonjak kaget dan melepaskan genggamannya dari tangan Nathan.
“Kamu jahat. Kenapa kamu kuliah disana sih. Kan di Jakarta juga banyak fakultas Ilmu Komunkasi yang gak kalah Okenya. Kamu mau ninggalin aku ya?”. Ujar Milli sembari menahan air matanya.
“Bukannya aku mau ninggalin kamu. Mau gimana lagi. Aku tidak mungkin menolak permintaan Orangtuaku. Lagipula, aku sudah dinyatakan diterima di Fakultas itu. Lusa aku bakalan berangkat. Huh, aku bakalan kangen banget sama kamu”. Ujar Nathan sambil beranjak dari duduknya dan berlalu pergi. Milli benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran lelaki yang sangat dicntainya itu. Bagaimana bisa Nathan akan pergi meninggalkannya.
Malam harinya, Nathan berniat mengajak Milli untuk Makan Malam di salah satu Kafe terkemuka di Kotanya, sebagai Salam perpisahan darinya. Milli terlihat sangat cantik malam ini. Dengan memakai Gaun berwarna Putih selutut, Milli tampak lebih mempesona dari biasanya. Suasana Makan Malam itu terasa hening dan romantis ditambah lagi dengan alunan musik yang mengalun merdu membuat malam itu terasa lebih sempurna. Sayangnya Sepanjang waktu, Milli hanya berdiam diri dan hanya menjawab pertanyaan Nathan dengan jawaban yang seadanya. Melihat keganjalan yang terdapat pada diri Milli, Nathan memberanikan diri untuk bertanya.
“Kamu kenapa sih, dari tadi diem aja. Kalau aku nanya kamu cuman jawab iya, hmm, tidak. Ngomong dong sama aku”. Ujar Nathan sembari mengenggam tangan Milli.
Milli hanya tersenyum getir.
“Milli, Hei. Lihat aku… Ada apa?”. Tanya Nathan. Milli sudah tidak dapat membendung air matanya lagi. Seketika tangisnya pecah.
“Aku gak mau kamu pergi Nathan… Aku gak mau, Aku mohon batalin niat kamu untuk pergi”. Ujar Milli dengan sesengukkan. Untuk pertama kalinya Nathan melihat kekasihnya itu menangis. Dan orang yang menyebabkan Milli menangis ialah Nathan, dirinya sendiri.
“Milli, dengerin aku. Kamu gak usah nangis gini dong. Malu tau gak diliatin orang. Masa Milli cengeng sih. Udah dong nangisnya”. Ujar Nathan sambil mengusap Air Mata yang mengalir dari pelupuk matanya.
“Nathan, aku mohon…”. Ujar Milli dengan penuh harap.
“Gak bisa Milli, aku gak mungkin mengecewakan orangtua aku. Lagipula kita masih bisa ketemu kan. Kamu tenang aja, aku bakalan ngunjungin kamu setiap satu bulan sekali. Ok.. udah ya jangan nangis lagi”. Ujar Nathan dengan penuh kelembutan. Mendengar perkataan Nathan, Milli sudah agak baikkan meskipun rasa ketidakinginannya untuk berpisah dari Nathan lebih besar. Makan Malam pun berakhir dengan kesunyian. Nathan segera mengantar Milli pulang.
“Kamu tau gak Nathan, Aku masih belum siap jalanin hari-hari aku tanpa kamu”. Gumam Milli dalam hati.
Sudah lebih satu bulan semenjak kepergian Nathan, hari-hari dilalui Milli dengan seadannya dan terasa sangat biasa. Seharusnya pada Minggu-Minggu ini Nathan mesti mengunjungi Milli. Namun sayangnya Nathan masih belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Karena sudah tidak tahan lagi menahan kerinduan yang amat sangat, Milli pun pergi ke Bandung untuk menemui Nathan. Akhirnya sampailah Milli Di sebuah Pavillun yang minimalis. Disanalah selama ini Nathan tinggal. Dengan langkah penuh harapan Milli memberanikan diri mengetuk pintu. Dan saat dibuka, betapa bahagiannya Milli karena ia dapat melihat sosok yang sangat dicintainya itu. Seketika Air matanya pun turun dan menandai titik embun yang merdu.
“Milli, aku bener-bener gak nyangka ternyata kamu kesini”. Ujar Nathan dengan wajah yang sumringah.
“Aku kangen banget sama kamu Nathan”. Ujar Milli dengan wajahnya yang polos.
“Kamu pikir aku enggak. Aku juga kangen banget sama kamu. Maaf ya, aku gak ngunjunggin kamu, soalnya aku sibuk banget. Oya, gimana kuliah kamu?”. Tanya Nathan sambil menyodorkan segelas Cappucino pada Milli.
“Aku udah gak kuliah lagi…”. Ujar Milli sambil meneguk Cappucinonya.
“Kenapa?”. Tanya Nathan penasaran.
“Aku ngerasa, jurusan yang aku masukin itu bukan dunia aku. Sekarang aku lagi menggeluti dunia Tulis-Menulis. Yah, aku jadi penulis. Aku juga udah yakin orang Keluarga aku, kalau aku pengen jadi penulis. Dan mereka setuju. Oya, ini Draft Novel pertama aku. Judulnya Seseorang Di persimpangan. Jangan lupa dibaca ya?. Ujar Milli dengan Mantap.
“OK, ntar aku baca ya”.
“Janji ya…”.
“Iya..”. Ujar Nathan. Keduanya pun menghabiskan malam yang indah itu berdua.
Semenjak itu, hubungan keduanya kembali terjalin. Namun selang beberapa bulan kemudian hubungan Milli dan Nathan kembali renggang, Akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Keduanya pun melanjutkan kesibukannya masing-masing. Milli dengan kesibukannya sebagai penulis sangat terasa pada bulan ini, karena Novelnya begitu banyak digandrungi dan ia juga mendapatkan beberapa Penghargaan sebagai Penulis terbaik dan Novel Bestseller. Mendengar berita tentang Milli yang begitu gencarnya diberitakan karena keberhasilannya itu membuat Nathan penasaran terhadap isi cerita pada Novel yang diberikan Milli. Nathan pun mengambil Novel tersebut yang dulu sempat dilupakannya. Dibacanya setiap kata dan kalimat yang tertera pada Novel tersebut..
Manusia di persimpangan…
Dia adalah manusia yang selalu bigung menentukan arah. Belok kanan, belok kiri, atau lurus saja. Dia hanya tau dia harus terus berjalan. Tidak boleh berhenti. Sampai di satu titik ketika kebuntuan menghadangnya daripada memilih untuk berhenti dia memilih untuk mundur lagi ke belakang. Karena yang penting baginya adalah terus dan terus berjalan”
Tanpa disadari, air mata pun menetes dari pelupuk Matanya. Ia sangat menyesal karena selama ini memilih untuk berpisah dari Milli. Namun, ia tak dapat berbuat banyak. Orangtua Nathan tidak mengijinkannya untuk menjalin hubungan dengan wanita yang berbeda Agama darinya yang dimana Nathan seorang Muslim sedangkan Milli Non Muslim. Semula ia cuek dan tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Namun seiringnya waktu dan juga Karena orangtuanya mengetahui hubungannya dengan Milli. Dengan tegas orangtuanya menolak. Nathan pun terpaksa melepaksan cintanya itu. Sebenarnya Tidak ada aturan ketika mencintai, karena kamu tidak pernah tahu dengan siapa kamu akan jatuh cinta. Ia tidak pernah mengerti Kenapa Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda namun Tuhan tetap harus disembah harus dengan satu cara? Oleh karena itu Tuhan menciptakan Cinta, supaya yang berbeda-beda bisa tetap bersama. Nathan pun berniat untuk menemui Milli. Dengan tekad yang pasti Nathan pun menemui Milli yang pada saat itu tengah berkumpul dengan teman-teman SMAnya dulu. Betapa kagetnya Milli karena melihat Nathan juga hadir untuk merayakan kesuksessan Milli sebaga penulis.
“Hai Milli, apa kabar?”. Tanya Nathan sambil duduk di sebelah Milli. Tampak wajah bingung sekaligus tidak percaya dari Milli karena melihat sosok yang selama ini pergi datang kembali. Begitu halnya dengan teman-temannya yang lain. Namun sosok yang sedari tadi tidak senang melihat kedatangan Nathan adalah Gilang.
“Mil, aku udah baca lo Novel kamu, ceritanya bagus banget..”. Ujar Nathan.
“Oya, makasih..”.
“Umm Nathan kenalin ini temen aku Gilang”. Ujar Milli. Keduanya pun saling menyodorkan tangan. Sudah banyak yang berubah dari Milli tapi satu yang pasti Milli makin cantik dan lebih dewasa. Semenjak berpisah dari Nathan, sosok yang selalu menemani Milli adalah Gilang, meskipun Gilang sempat menyatakan perasaannya pada Milli, namun Milli enggan untuk menjalinnya dalam sebuah ikatan. Karena jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, ia masih mengharapkan Nathan.
Semenjak kembalinya Nathan, membuat hubungan keduanya kembali terjalin. Dan sore itu, tepatnya di Tempat Milli bekerja mereka saling bertemu. Dan Nathan pun memberanikan diri kembali untuk menyatakan cinta pada Milli, walaupun orangtuanya sangat menolak dengan keras hubungannya karena masalah perbedaan Agama yang menjadi penghalang. Dan pada saat Nathan memutuskan hubunggannya dari Milli, Milli tidak mengetahui penyebab itu semua karena masalah perbedaan Agama. Nathan pun segera menghampiri Milli.
“Mill, Kita bisa bicara sebentar..”. Pinta Nathan. Milli hanya mengangguk.
“Mill, aku mau.. kita balikkan lagi. Aku masih sayang sama kamu. Kamu juga kan?”. Tanya Nathan sembari memeluk Milli.
“Tunggu Nathan, aku belum jawab”. Ujar Milli sambil melepaskan pelukkan Nathan.
“Kenapa..?”. Tanya Nathan dengan bingung.
“Aku gak bisa Nathan.. Aku tuh capek nungguin kamu, ngelupain kamu…” Ujar Milli dengan wajah sedih.
“Iya, tapi Milli…?”.
“Kamu seenaknya datang ke kehidupan aku, dan pergi lagi!”.
“Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu, tapi untuk abadi bersamamu Milli”. Ujar Nathan.
“Nathan.. Aku tuh capek nungguin kamu terus Nathan. Kamu datang ke kehidupan aku ngasih harapan terus enggak Kamu tuh gak jelas, aku maunya sama yang jelas jelas.”
“Aku sayang kamu Milli. Kamu gak tau perasaanku”.
“Kamu itu terlalu ‘abu-abu’ buat aku, dan aku capek dengan ketidakpastian kamu selama ini”. Ujar Milli. Setelah mengucapkan kata itu, Milli pun segera berlalu meninggalkan Nathan yang masih termenung. Andai Milli tahu, alasan yang membuat Nathan pergi meninggalkan Milli karena perbedaan Agama, mungkin ini tidak akan terjadi dan pastinya Milli tidak akan semenderita ini.
Karena gagal mendapatkan cintanya kembali, Nathan pun berniat untuk pergi keluar dari Hiruk pikuk suasana Indonesia. Ia pun segera terbang Menuju Paris untuk menenagkan diri sekaligus untuk menyelesaikan pekerjaannya disana untuk waktu yang cukup lama. Namun sebelum berangkat ke Paris, Nathan menyempatkan untuk mengirim surat untuk Milli.
Hatinya begitu teriris melihat banyak muda-mudi yang ada di Paris saling bercengkerama menikmati keindahan Menara Eiffel pada saat detik-detik tenggelamnya Matahari. Bayangkan, ia menikmati senja mempesona di bawah Naungan menara Eiffel hanya sendiri tanpa ditemani sosok terkasih. Sementara itu, Milli masih berkutat dengan di Mejanya sambil terus membaca surat pemberian Nathan.
Hari ini pastilah hari yang paling bahagia buat kamu. Aku ikut bahagia. Karena dari tempatku berada aku yakin aku bisa melihatmu. Melihat engkau tersenyum. Walaupun aku tak bisa menyentuhmu lagi. Maafkan aku karena aku meninggalkanmu, Mili. Tapi sebenarnya aku tak pernah benar-benar melakukannya. Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu. Tapi justru menjadi abadi bersamamu. Aku bukan penulis. Aku hanya ingin mengutip salah satu dari tulisan di novel pertamamu. Dimana sang tokoh selalu merasa melewati jalan asing. Mencari, entah apa. Berlari, entah untuk apa. Ratusan persimpangan dilewati lalu diabaikan. Hingga kerinduan menjelma menjadi bayangan sepangjang perjalanan. Akulah tokoh itu. Dan kerinduanku akan menjadi bayanganku. Kerinduan pada suatu hari milik kita. Pada suatu persimpangan dimana kita pertama kali bertemu
Milli sangat menyesal karena tidak menerima Nathan kembali untuk menjadi kekasihya, Milli juga telah mengetahui penyebab mengapa Nathan tidak menepati janjinya untuk menemuinya setiap satu bulan sekali. Beberapa bulan yang lalu, tepatnya setelah 3 bulan kepergian Nathan ke Paris, saat Milli tengah jalan-jalan di Mall, ia secara tidak sengaja bertemu dengan Nikki, Adik kandung Nathan yang sangat perihatin dengan hubungan Kakaknya. Nikki menjelaskan semuanya pada Milli. Semenjak itulah perasaan Milli menjadi tidak karuan. Karena sudah tidak tahan lagi membendung perasaan, Milli pun beranjak dari tempat duduknya dan segera pergi menuju kamar untuk mengambil beberapa barang yang diperlukan selama di Paris nanti. Milli pun terbang menuju Paris untuk menyusul Nathan.
Sudah Satu Minggu berlalu, pencaharian Milli terus saja berlanjut. Karena kelelahan Milli pun berhenti di bawah lampu temaram Menara Eiffel. Sangat indah Menara Eiffel pada malam itu, tepat di atasnya bulan menyinari setiap sudut kota Paris, negara yang dijulukki sebagai tempat Paling Romantis di Dunia.
Deg!
Entah mengapa, tiba-tiba jantung Milli berdetak begitu kencangnya. Dan saat ia menoleh ke belakang. Betapa kagetnya Milli karena ia mendapati sosok Nathan yang diterpa sinar rembulan saat itu.
“Kamu semakin tampan saja Nathan…”. Gumam Milli dalam hati.
Dan keduannya pun saling berpandangan satu sama lain untuk waktu yang cukup lama. Terlhat senyum mengembang di wajah keduannya. Dan di bawah naungan Menara Eiffel pada malam itu menambah indahnya pertemuan Dua Insan yang dimabuk Asmara ini. Karena memang Cinta sejati selalu datang pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Dan ia tidak pernah tersesat.
*Mengajak Tuhan bicara dengan bahasa yang berbeda, terjadi percakapan sederhana dengan bulir air mata.”
*Kita bukan Istiqlal bukan juga Katedral, namun jika mereka bernyawa, apakah mereka akan saling jatuh cinta?”
Selesai
Friendzone or Friendzonk
“One of the saddest thing that can happen is when one falls in love
while the others wants nothing more than friendships” – quote
Masih ingat kala kita pertama kali bertemu? Senyum di sudut bibir saat itu mampu melelehkan hatiku, sesaat aku terlihat salah tingkah di depan teman-teman. Kau sangat polos saat itu, dengan lelucon kecilmu yang menggelitik, ah manisnya suasana itu. Dan kau hadir seolah-olah penyemangat hariku. Sapaan pagi melalui pesan singkatmu saja sudah bisa buat wajahku mirip dengan tomat. Tak lupa kau sisipkan emoticon lucu hanya sekedar pemanis dalam pesan singkat itu. Aku yang tak begitu mahir dalam membuat mu tersenyum, barangkali memang leluconku yang sangat membosakan.
Hari demi hari kau semakin mempesona, aku bukan lagi suka rasanya lebih dari yang kau bayangkan. Mungkin kau takkan tahu karena aku lebih menyenangi hobiku yang sekarang, menyenangimu dalam diam, mencintai dalam lirikan curian. Seperti secret admirer tapi, jelas kau sudah tau identitas ku sebelumnya. Semunafik inikah aku? Jelas saja, aku takut. Aku takut dicap sebagai wanita murahan. Mengucap kata cinta dahulu sesungguhnya tak elit kata mereka. Tapi mereka tak tahu seberapa rumitnya menjaga sesuatu yang berurusan soal hati.
Aku senang memperhatikanmu saat jauh, sekolah memang sarana paling tempat buat aku untuk seketika menjadi detektif conan, menelaah setiap langkah yang kamu tuju. Sekiranya memang aku fanatik padamu. Orang lain pun tak bisa meng-judge aku seperti itu siapa suruh dia setiap harinya memasuki pesan singkatku dan coba mengukir kata-kata manis yang pastinya memikat wanita, fikirku. Tapi kau beda, beda antara kau di pesan singkat dan kau di sekolah. Apa aku mencintai sosok lain dibalik dinginnya sikapmu ketika di dunia nyata? Jelas kau tak punya kembaran kan?…
Kau sering mengirimi ku pesan manis “aku bukan hanya sayang terlebih aku mengagumimu, mengagumi setiap senyum yang kamu berikan sam, kau masih meragukanku?” apa ini hanya sekedar basa-basi atau memang cukup basi untuk dibaca? Kalau kau memang cinta kenapa kita tak punya hubungan spesial? Aku sering berfikir bahwa kau itu maya.. hanya dalam khayal. Berpura-pura menjadi tokoh tampan dalam dongeng. Tak bisa kah kau benar-benar ada untukku?
“Memang cinta tak harus memiliki”. Semua orang yang cintanya selalu disakiti logikanya akan seperti itu. Tapi aku tak mau. Apa enaknya jadi orang yang dicintai tapi tak pernah dianggap? Jelas aku bukan pilihan. Aku tak mau disamakan dengan wanita-wanita lain yang kau bimbangkan. Mirisnya, hal itu membuat aku merasa bahwa mencintaimu membuat aku menjadi murahan. Aku satu dan kau harus tahu itu.
Apa aku mencintai orang yang salah? Orang yang hadir seumpama hanya dalam angan maya? Mungkin, kau diam.
Tapi aku telah terbiasa denganmu, terbiasa dengan kreativitas mu, terbiasa dengan lelucon klasikmu, terbiasa dengan gayamu menghiburku saat dunia memojokkanku dengan sindirian kecil untuk menusuk mereka. Ya aku tak seharusnya mengharapkan kita menjadi nyata. Aku hanya ingin kita saling mengisi dan tak pernah berubah, takkan pernah.
Cerpen Karangan: Putri Meilinda
Masih ingat kala kita pertama kali bertemu? Senyum di sudut bibir saat itu mampu melelehkan hatiku, sesaat aku terlihat salah tingkah di depan teman-teman. Kau sangat polos saat itu, dengan lelucon kecilmu yang menggelitik, ah manisnya suasana itu. Dan kau hadir seolah-olah penyemangat hariku. Sapaan pagi melalui pesan singkatmu saja sudah bisa buat wajahku mirip dengan tomat. Tak lupa kau sisipkan emoticon lucu hanya sekedar pemanis dalam pesan singkat itu. Aku yang tak begitu mahir dalam membuat mu tersenyum, barangkali memang leluconku yang sangat membosakan.
Hari demi hari kau semakin mempesona, aku bukan lagi suka rasanya lebih dari yang kau bayangkan. Mungkin kau takkan tahu karena aku lebih menyenangi hobiku yang sekarang, menyenangimu dalam diam, mencintai dalam lirikan curian. Seperti secret admirer tapi, jelas kau sudah tau identitas ku sebelumnya. Semunafik inikah aku? Jelas saja, aku takut. Aku takut dicap sebagai wanita murahan. Mengucap kata cinta dahulu sesungguhnya tak elit kata mereka. Tapi mereka tak tahu seberapa rumitnya menjaga sesuatu yang berurusan soal hati.
Aku senang memperhatikanmu saat jauh, sekolah memang sarana paling tempat buat aku untuk seketika menjadi detektif conan, menelaah setiap langkah yang kamu tuju. Sekiranya memang aku fanatik padamu. Orang lain pun tak bisa meng-judge aku seperti itu siapa suruh dia setiap harinya memasuki pesan singkatku dan coba mengukir kata-kata manis yang pastinya memikat wanita, fikirku. Tapi kau beda, beda antara kau di pesan singkat dan kau di sekolah. Apa aku mencintai sosok lain dibalik dinginnya sikapmu ketika di dunia nyata? Jelas kau tak punya kembaran kan?…
Kau sering mengirimi ku pesan manis “aku bukan hanya sayang terlebih aku mengagumimu, mengagumi setiap senyum yang kamu berikan sam, kau masih meragukanku?” apa ini hanya sekedar basa-basi atau memang cukup basi untuk dibaca? Kalau kau memang cinta kenapa kita tak punya hubungan spesial? Aku sering berfikir bahwa kau itu maya.. hanya dalam khayal. Berpura-pura menjadi tokoh tampan dalam dongeng. Tak bisa kah kau benar-benar ada untukku?
“Memang cinta tak harus memiliki”. Semua orang yang cintanya selalu disakiti logikanya akan seperti itu. Tapi aku tak mau. Apa enaknya jadi orang yang dicintai tapi tak pernah dianggap? Jelas aku bukan pilihan. Aku tak mau disamakan dengan wanita-wanita lain yang kau bimbangkan. Mirisnya, hal itu membuat aku merasa bahwa mencintaimu membuat aku menjadi murahan. Aku satu dan kau harus tahu itu.
Apa aku mencintai orang yang salah? Orang yang hadir seumpama hanya dalam angan maya? Mungkin, kau diam.
Tapi aku telah terbiasa denganmu, terbiasa dengan kreativitas mu, terbiasa dengan lelucon klasikmu, terbiasa dengan gayamu menghiburku saat dunia memojokkanku dengan sindirian kecil untuk menusuk mereka. Ya aku tak seharusnya mengharapkan kita menjadi nyata. Aku hanya ingin kita saling mengisi dan tak pernah berubah, takkan pernah.
Cerpen Karangan: Putri Meilinda
Sabtu, 31 Mei 2014
DONGENG
CERITA YANG TAK BERUJUNG
Pada zaman dahulu kala hidup seorang Raja yang bijaksana, baik dan suka membantu rakyatnya. Salah satu kegemaran Raja ini ialah suka mendengarkan orang bercerita. Raja sudah sering kali mendengarkan cerita dari ahli-ahli istana yang bisa bercerita dan Raja pun menjadi Bosan.
Seminggu berlalu…
Ketika Raja dan para permaisurinya sedang berkumpul di Balkon kerajaan, Raja mendapat ide. “Barang siapa yang bisa bercerita yang tak berujung, akan aku beri hadiah, namun jika cerita itu berakhir dan ada ujungnya maka ia akan saya masukkan ke dalam penjara” tegas Raja. Semua yang ada di tempat itu pun terkejut akan kemauan Raja. “Tapi yang mulia bagaimana caranya?” tanya Prajurit kerajaan. “Pikirkan sendiri!” kata Raja seraya meninggalkan mereka di Balkon kerajaan.
Keesokan harinya para Prajurit kerajaan sibuk membagikan selembaran pengunguman.
AYO IKUTI SAYEMBARA DARI RAJA
Barang siapa yang bisa menceritakan
cerita yang tak berujung akan diberikan hadiah.
Sedangkan yang ceritanya berakhir akan dimasukkan
ke dalam penjara bawah tanah.
Note: pendaftaran di taman kerajaan
Berduyun-duyun masyarakat mendaftarkan diri. Siang.. menjadi.. sore.. dan sore pun menjadi.. malam. Sudah terdaftar 2000 orang.
Keesokan harinya para peserta akan mengambil nomor urut. Dan ketika itu, para Prajurit kerajaan menegaskan bahwa yang ceritanya berakhir maka ia akan dimasukkan ke dalam penjara seumur hidup!. Akhirnya dari 2000 yang mendaftar hanya ada 100 yang tersisa.
Seminggu berlalu.. akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Acara itu dilaksanakan di Ballroom kerajaan. “Peserta pertama masuk!” kata Prajurit kerajaan. Setelah 3 hari ceritannya pun berakhir. Peserta kedua, ketiga, keempat, kelima, sampai peserta ke-99 pun ceritanya berakhir dan masuk ke penjara seumur hidup.
Peserta ke-100 pun kebingungan. Sebut saja dia Pak Roib. Pak Roib pun berkeliling kerajaan untuk mencari ide. Lalu ia mendengar suara tikus. Ia mengintip suatu ruangan melalui jendela. Dan.. itu adalah gudang penyimpanan gandum. “Wahh banyak sekali” kagum Pak Roib. Namun Pak Roib melihat seekor tikus yang terus memakan gandum itu. Ketika si tikus habis memakan satu karung datang lagi Prajurit kerajaan yang menampung gandum yang telah dipanen ke dalam gudang tersebut. Jadi akan terus bertambah. Akhirnya Pak Roib pun mendapat ide.
“Peserta ke-100 masuk!!” perintah Prajurit kerajaan. Lalu Pak Roib pun masuk. “Kamu jangan kecewakan saya, karena kamu adalah orang terakhir” kata Raja.
Pak Roib mulai bercerita.
“Pada zaman dahulu kala hidup seorang raja yang bijaksana dan baik hati. Rakyatnya makmur dan semua kebutuhannya tercukupi. Di Istana Raja pun hidup makmur. Gudang gandum pun selalu penuh dengan gandum yang telah panen. Namun ada seekor tikus kecil yang terus memakan gandum itu. Tapi, prajurit istana selalu memanen dan memasukkan lagi ke dalam gundang gandum. Tapi tikus itu selalu memakannya dengan perlahan. Sebutir… sebutir… sebutir.. sebutir…” kata Pak Roib. Namun setelah 1 minggu Pak Roib hanya mengucapkan kata sebutir. Itu membuat Raja menjadi heran. “STOP!!! Wahai Pak Roib mengapa engkau hanya menyebutkan kata sebutir?” tanya Raja. “Karena tikus belum selesai memakan satu karung gandum” kata Pak Roib. Lalu Pak Roib pun melanjutkan ceritanya. “Sebutir.. sebutir..” kata Pak Roib panjang lebar. “Baiklah Pak Roib, anda mampu menceritakan cerita tanpa ujung. Kalau anda melanjutkan ceritanya, itu tidak akan habis. Walaupun saya bosan namun, selamat anda berhasil memenangkan sayembara ini. Dan ini ada hadiah dari saya.” kata Raja. “Terima kasih Raja” kata Pak Roib terharu.
Akhirnya Pak Roib pulang dengan perasaan hati gembira sekaligus lelah.
SELESAI
Cerpen Karangan: Dita Zafira Tarmizi
Pada zaman dahulu kala hidup seorang Raja yang bijaksana, baik dan suka membantu rakyatnya. Salah satu kegemaran Raja ini ialah suka mendengarkan orang bercerita. Raja sudah sering kali mendengarkan cerita dari ahli-ahli istana yang bisa bercerita dan Raja pun menjadi Bosan.
Seminggu berlalu…
Ketika Raja dan para permaisurinya sedang berkumpul di Balkon kerajaan, Raja mendapat ide. “Barang siapa yang bisa bercerita yang tak berujung, akan aku beri hadiah, namun jika cerita itu berakhir dan ada ujungnya maka ia akan saya masukkan ke dalam penjara” tegas Raja. Semua yang ada di tempat itu pun terkejut akan kemauan Raja. “Tapi yang mulia bagaimana caranya?” tanya Prajurit kerajaan. “Pikirkan sendiri!” kata Raja seraya meninggalkan mereka di Balkon kerajaan.
Keesokan harinya para Prajurit kerajaan sibuk membagikan selembaran pengunguman.
AYO IKUTI SAYEMBARA DARI RAJA
Barang siapa yang bisa menceritakan
cerita yang tak berujung akan diberikan hadiah.
Sedangkan yang ceritanya berakhir akan dimasukkan
ke dalam penjara bawah tanah.
Note: pendaftaran di taman kerajaan
Berduyun-duyun masyarakat mendaftarkan diri. Siang.. menjadi.. sore.. dan sore pun menjadi.. malam. Sudah terdaftar 2000 orang.
Keesokan harinya para peserta akan mengambil nomor urut. Dan ketika itu, para Prajurit kerajaan menegaskan bahwa yang ceritanya berakhir maka ia akan dimasukkan ke dalam penjara seumur hidup!. Akhirnya dari 2000 yang mendaftar hanya ada 100 yang tersisa.
Seminggu berlalu.. akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Acara itu dilaksanakan di Ballroom kerajaan. “Peserta pertama masuk!” kata Prajurit kerajaan. Setelah 3 hari ceritannya pun berakhir. Peserta kedua, ketiga, keempat, kelima, sampai peserta ke-99 pun ceritanya berakhir dan masuk ke penjara seumur hidup.
Peserta ke-100 pun kebingungan. Sebut saja dia Pak Roib. Pak Roib pun berkeliling kerajaan untuk mencari ide. Lalu ia mendengar suara tikus. Ia mengintip suatu ruangan melalui jendela. Dan.. itu adalah gudang penyimpanan gandum. “Wahh banyak sekali” kagum Pak Roib. Namun Pak Roib melihat seekor tikus yang terus memakan gandum itu. Ketika si tikus habis memakan satu karung datang lagi Prajurit kerajaan yang menampung gandum yang telah dipanen ke dalam gudang tersebut. Jadi akan terus bertambah. Akhirnya Pak Roib pun mendapat ide.
“Peserta ke-100 masuk!!” perintah Prajurit kerajaan. Lalu Pak Roib pun masuk. “Kamu jangan kecewakan saya, karena kamu adalah orang terakhir” kata Raja.
Pak Roib mulai bercerita.
“Pada zaman dahulu kala hidup seorang raja yang bijaksana dan baik hati. Rakyatnya makmur dan semua kebutuhannya tercukupi. Di Istana Raja pun hidup makmur. Gudang gandum pun selalu penuh dengan gandum yang telah panen. Namun ada seekor tikus kecil yang terus memakan gandum itu. Tapi, prajurit istana selalu memanen dan memasukkan lagi ke dalam gundang gandum. Tapi tikus itu selalu memakannya dengan perlahan. Sebutir… sebutir… sebutir.. sebutir…” kata Pak Roib. Namun setelah 1 minggu Pak Roib hanya mengucapkan kata sebutir. Itu membuat Raja menjadi heran. “STOP!!! Wahai Pak Roib mengapa engkau hanya menyebutkan kata sebutir?” tanya Raja. “Karena tikus belum selesai memakan satu karung gandum” kata Pak Roib. Lalu Pak Roib pun melanjutkan ceritanya. “Sebutir.. sebutir..” kata Pak Roib panjang lebar. “Baiklah Pak Roib, anda mampu menceritakan cerita tanpa ujung. Kalau anda melanjutkan ceritanya, itu tidak akan habis. Walaupun saya bosan namun, selamat anda berhasil memenangkan sayembara ini. Dan ini ada hadiah dari saya.” kata Raja. “Terima kasih Raja” kata Pak Roib terharu.
Akhirnya Pak Roib pulang dengan perasaan hati gembira sekaligus lelah.
SELESAI
Cerpen Karangan: Dita Zafira Tarmizi
CERPEN CINTA PERTAMA
MY FIRST LOVE
Hay, perkenalkan. Aku Gabby Fadilla, panggil saja Dilla. Hari ini hari pertamaku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Hey! Apa kau baik-baik saja?” Teriak seseorang. Aku tak mengenalnya. Tapi, mengapa dia menyapaku? Atau setidaknya menegurku?
Aku hanya mengangguk. Yap! Selama orangtuaku bercerai aku tak pernah berbicara. Ayah sangat kasar pada ibu, sehingga ibu meninggalkan ayah. Aku merasa terpuruk dengan keadaan itu hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidak berbicara atau membuang kunci mulutku ke dasar laut.
“Sungguh indah pemandangan disini? Mengapa kau tak masuk? Semua -…” tak sempat ia melanjutkan kata-kata nya. Aku sudah duluan meninggalkan nya.
Akhirnya aku menemukan kelasku. Dengan segera aku menuju ke bangku deretan kedua dari belakang. Setelah aku menyimpan tas ku, aku segera duduk memperhatikan sekelilingku. Semua orang tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Kebanyakan dari mereka menceritakan kehidupannya masing-masing.
“Hey, kita bertemu lagi!” Ucap pria yang tadi. Ia menyimpan tasnya di laci bangku sebelahku. Kemudian ia duduk.
Anak-anak pun segera duduk di bangku masing-masing karena guru sudah datang. Bu guru itu pun duduk lalu mengambil sebuah buku absen siswa dari tasnya.
“Sejak tadi, kita belum saling mengenal. Namaku Iqbaal” Mengulurkan tangannya, aku hanya terdiam menatap uluran tangannya
“Gabby fadillah!” Kata Bu guru yang ternyata sudah mulai sejak tadi mengabsen kami.
“Wahh, nama yang bagus -…”
Jantungku berdegup kencang, baru kali ini aku dipuji dengan cara memuji namaku.
“Kalau begitu aku panggil kau dengan nama Gabby saja”
Aku menggelengkan kepalaku, ia pun mengerti.
“Kalau Dilla?”
Akhirnya dia tahu, segera ku anggukan kepalaku pertanda iya.
Hari berlalu dengan cepat, kami sudah sangat dekat. Bahkan ada yang bilang bahwa kami itu bersaudara padahal jelas-jelas kami hanya sebagai sebatas sahabat. Tapi, aku menganggapnya lebih dari sahabat.
Hari ini cuaca mendung, tidak seperti biasanya aku pulang bareng Iqbaal. Aku meninggalkannya di kelas karena ia masih sibuk dengan pekerjaannya. Dan kebetulan cuaca mendung. Segera kulangkahkan kakiku dengan cepat.
“Hey tunggu! Mengapa kau meninggalkanku!” Teriak Iqbaal, dari kejauhan. Lebih tepatnya di belakangku tapi cukup jauh.
Aku terhenti sejenak untuk menunggunya berjalan datang kepadaku.
Saat ia sudah di hadapanku, aku tersenyum melihat ke arah langit.
“Ohh mau hujan yah? Ya udah ayo jalan!” Kami pun melangkahkan kaki kami kembali.
Di tengah perjalanan, ia sedikit berbincang. Tiba-tiba ia menanyakan hal yang tidak pernah kuduga
“Bolehkan aku mendengar suaramu? Setidaknya satu kata saja” Aku kembali terhenti, menatapnya nanar. Sebenarnya aku ingin melakukannya tetapi tidak bisa.
“Aku -…” Ucapku, dengan suara sangat kecil sembari menunduk.
Ia tersenyum “Ayo, kamu mau bilang apa?”
“Aku menyukaimu!” Aku kaget dengan sendirinya, pipiku merah bagaikan tomat yang baru dipetik dari kebunnya. Aku membekap mulutku kemudian berlari.
“Akhirnya kau -…” Lirih Iqbaal
“Bodoh! Mengapa aku mengatakannya?” Perasaanku campur aduk. Senang bisa mengatakannya dan Sedih karna hal ini bisa menghancurkan persahabatanku.
Keesokan harinya, aku sengaja tak menunggunya saat pulang. Aku malu, sangat malu. Aku juga takut dia akan marah padaku akan hal yang kemarin.
Tanpa diduga-duga, dia kembali menghampiriku. Awalnya aku kira dia akan memarahiku, tapi ternyata dugaan ku salah besar.
Dia memelukku dan mengatakan “Aku juga menyukaimu. Aku cinta sama kamu! Kamu mau jadi pacarku?” Aku melepas dekapannya, lalu berkata “Aku mau” Dan aku pun kembali mendekapnya.
Dia adalah MY FIRST LOVE
Selesai
Cerpen Karangan: Yuni Afrianty Alfadilla
Hay, perkenalkan. Aku Gabby Fadilla, panggil saja Dilla. Hari ini hari pertamaku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Hey! Apa kau baik-baik saja?” Teriak seseorang. Aku tak mengenalnya. Tapi, mengapa dia menyapaku? Atau setidaknya menegurku?
Aku hanya mengangguk. Yap! Selama orangtuaku bercerai aku tak pernah berbicara. Ayah sangat kasar pada ibu, sehingga ibu meninggalkan ayah. Aku merasa terpuruk dengan keadaan itu hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidak berbicara atau membuang kunci mulutku ke dasar laut.
“Sungguh indah pemandangan disini? Mengapa kau tak masuk? Semua -…” tak sempat ia melanjutkan kata-kata nya. Aku sudah duluan meninggalkan nya.
Akhirnya aku menemukan kelasku. Dengan segera aku menuju ke bangku deretan kedua dari belakang. Setelah aku menyimpan tas ku, aku segera duduk memperhatikan sekelilingku. Semua orang tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Kebanyakan dari mereka menceritakan kehidupannya masing-masing.
“Hey, kita bertemu lagi!” Ucap pria yang tadi. Ia menyimpan tasnya di laci bangku sebelahku. Kemudian ia duduk.
Anak-anak pun segera duduk di bangku masing-masing karena guru sudah datang. Bu guru itu pun duduk lalu mengambil sebuah buku absen siswa dari tasnya.
“Sejak tadi, kita belum saling mengenal. Namaku Iqbaal” Mengulurkan tangannya, aku hanya terdiam menatap uluran tangannya
“Gabby fadillah!” Kata Bu guru yang ternyata sudah mulai sejak tadi mengabsen kami.
“Wahh, nama yang bagus -…”
Jantungku berdegup kencang, baru kali ini aku dipuji dengan cara memuji namaku.
“Kalau begitu aku panggil kau dengan nama Gabby saja”
Aku menggelengkan kepalaku, ia pun mengerti.
“Kalau Dilla?”
Akhirnya dia tahu, segera ku anggukan kepalaku pertanda iya.
Hari berlalu dengan cepat, kami sudah sangat dekat. Bahkan ada yang bilang bahwa kami itu bersaudara padahal jelas-jelas kami hanya sebagai sebatas sahabat. Tapi, aku menganggapnya lebih dari sahabat.
Hari ini cuaca mendung, tidak seperti biasanya aku pulang bareng Iqbaal. Aku meninggalkannya di kelas karena ia masih sibuk dengan pekerjaannya. Dan kebetulan cuaca mendung. Segera kulangkahkan kakiku dengan cepat.
“Hey tunggu! Mengapa kau meninggalkanku!” Teriak Iqbaal, dari kejauhan. Lebih tepatnya di belakangku tapi cukup jauh.
Aku terhenti sejenak untuk menunggunya berjalan datang kepadaku.
Saat ia sudah di hadapanku, aku tersenyum melihat ke arah langit.
“Ohh mau hujan yah? Ya udah ayo jalan!” Kami pun melangkahkan kaki kami kembali.
Di tengah perjalanan, ia sedikit berbincang. Tiba-tiba ia menanyakan hal yang tidak pernah kuduga
“Bolehkan aku mendengar suaramu? Setidaknya satu kata saja” Aku kembali terhenti, menatapnya nanar. Sebenarnya aku ingin melakukannya tetapi tidak bisa.
“Aku -…” Ucapku, dengan suara sangat kecil sembari menunduk.
Ia tersenyum “Ayo, kamu mau bilang apa?”
“Aku menyukaimu!” Aku kaget dengan sendirinya, pipiku merah bagaikan tomat yang baru dipetik dari kebunnya. Aku membekap mulutku kemudian berlari.
“Akhirnya kau -…” Lirih Iqbaal
“Bodoh! Mengapa aku mengatakannya?” Perasaanku campur aduk. Senang bisa mengatakannya dan Sedih karna hal ini bisa menghancurkan persahabatanku.
Keesokan harinya, aku sengaja tak menunggunya saat pulang. Aku malu, sangat malu. Aku juga takut dia akan marah padaku akan hal yang kemarin.
Tanpa diduga-duga, dia kembali menghampiriku. Awalnya aku kira dia akan memarahiku, tapi ternyata dugaan ku salah besar.
Dia memelukku dan mengatakan “Aku juga menyukaimu. Aku cinta sama kamu! Kamu mau jadi pacarku?” Aku melepas dekapannya, lalu berkata “Aku mau” Dan aku pun kembali mendekapnya.
Dia adalah MY FIRST LOVE
Selesai
Cerpen Karangan: Yuni Afrianty Alfadilla
CERPEN CINTA ROMANTIS
KOTAK MUSIK
Detik jam terus berlalu, layaknya sang surya yang menampakkan kehangatannya tepat waktu. Dinginnya angin yang mencengkram mencoba membekukan perasaanku yang sedang asik mengitari keindahanmu. Rasanya baru kemarin aku mengenalmu, namun kau telah mampu menebak apa yang tersembunyi di balik isi hatiku. Tapi mengapa? Mengapa harus ku telan lagi pahit yang harus ku nikmati bertahun-tahun ini? Rasanya sungguh tak adil bagiku.
“Mengapa kau terus menatapku seperti itu?”, ia mencoba membuka percakapan. Menghilangkan keheningan di sela dinginnya gemercik air yang turun dari langit. Kulit tebal yang menyelimutiku rasanya kurang puas untuk membentengi tusukan-tusukan dingin yang menikam.
“Tidak apa-apa, aku hanya…”, kata-kataku terputus ketika ia bergegas mendekatiku. Mencoba membangun serangan-serangan untuk tetap membuatku hangat.
“Terima kasih”, ucapku pelan, ketika selembar jaket tipis mendarat di tubuhku, ia hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Kulihat jam yang melingkar di tanganku masih menunjukkan pukul 19.02. Adzan pun mulai menyentuh telinga dengan merdunya. Ku terus menikmati indahnya alunan rintik air hujan yang tak kunjung reda. Mungkin akan awet hujannya, pikirku. Aku pun mulai merangkai kata agar kebersamaan ini takkan membatu.
“Bagaimana kabarmu?”, tanyaku dengan sedikit basa-basi.
“Baik”, jawabnya hambar.
“Kau sendiri bagaimana kabarmu?”, lanjutnya.
“Seperti biasa, baik-baik saja”, jawabku sambil memperhatikan tangannya yang sibuk merogoh tas yang dibawanya. Sepertinya ada sesuatu yang ingin ia tunjukkan.
“Kau masih ingat dengan ini?”, sambil memperlihatkan sesuatu.
Deg. Sebuah kotak musik. Sepertinya benda itu tak asing bagiku. Sebuah benda yang mengingatkanku akan masa lalu. Masa lalu yang sempat membuat hatiku hancur lebur. Jika aku mengingat orang itu, ingin rasanya ku membunuhnya. Tidak, lebih tepat lagi membunuh harapan yang pernah ku bangun sedemikian rupa indahnya. Namun harapan itu pun pupus ketika seseorang itu merencanakan harapan baru dengan bidadari lain. Bidadari itu, sahabatku. Sakit, memang. Tapi, ya sudahlah. Itu sudah menjadi pilihannya. Pilihan yang mungkin akan merasa dirinya lebih baik untuk mewujudkan rajutan mimpi indahnya dengan sahabatku itu.
“Iya, memangnya kenapa?”, aku bertanya balik dengan sedikit mimik kesal.
“Eng.. Engga, gak papa”, jawabnya terbata-bata. Ingin rasanya ku akhiri saja pertemuan ini, tapi tiba-tiba rintik hujan pun semakin deras. Kenapa harus tercipta kenangan yang indah, namun menyisakan luka di hati? Mungkin memang sudah jalan takdirku seperti ini, aku membatin. Tak lama kemudian ia meneruskan kata-katanya.
“Aku merindukan ini. Aku juga merindukan seseorang yang memberikan benda ini padaku. Dan aku juga merindukan tempat ini. Tempat yang biasa ku kunjungi dengan kisah masa laluku”, katanya dengan lembut tanpa mengurangi rasa kehormatannya. Tapi itu sudah berlalu, lagipula kamu juga tak peduli bagaimana perasaanku saat kamu lebih memilih sahabatku daripada aku, aku memaki dalam hati. Kini aku sudah tak tau harus berkata apa. Aku sedikit tercengang mendengar ucapannya barusan. Seolah jantungku berhenti bekerja seperti biasanya. Aliran darahku berhenti mengalir. Oksigen yang masuk-keluar pun tak lagi berirama seindah biasanya. Mulutku terkunci rapat. Aku bergegas mencari kunci tersebut agar mulutku dapat terbuka dan mengucapkan beberapa kata. Tapi sayang, otakku tak dapat bekerja maksimal untuk mencari kata-kata yang tepat untuk menangkis serangan mematikan yang ia berikan.
“Kamu gak kenapa-kenapa kan?”, tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Untung saja udara disini dingin. Kalau tidak, mungkin aku sudah mandi keringat karena menahan rasa cemasku yang bercampur gugup ini.
“Emm, gak papa kok”, jawabku mengumpatkan sesuatu agar ia tak curiga. Akhirnya aku nekat membuka mulutku yang sedari tadi tertutup rapat.
“Aku kira kau telah membuangnya”, kataku sambil meraih kotak musik itu dari tangannya.
“Aku tidak akan pernah bisa membuangnya”, katanya dengan raut wajah menyesal.
“Kenapa?”, tanyaku penasaran. Ia terdiam sejenak. Menghela nafas sambil melihat tampiasan air hujan yang jatuh dari atap. Atap sebuah rumah kayu yang pernah kami buat sebagai hari jadiku dengannya 3 tahun yang lalu.
“Aku selalu merindukan seseorang ketika ku buka kotak ini”, katanya sambil meraih kotak musik itu dari tanganku. Kali ini ia benar benar membuka kotak itu. Putri kecil nan mungil pun keluar dari sarangnya. Dengan nada-nada yang indah nan mendayu, alunan musik yang merdu, melodi-melodi yang menyentuh dinding hati itu pun sejenak mengheningkan sebuah percakapan klasik oleh dua insan. Bertepatan dengan itu, rintik hujan yang sedari tadi sudah akrab menemaniku, kini mulai berhenti.
“Aku merindukanmu”, ia melanjutkan kata-katanya.
Hatiku terpukul ketika ia mengatakan itu. Jelas, dia yang pernah kucintai setulus hati, tapi lebih memilih orang lain yang tak lain adalah sahabatku sendiri.
“Tapi, kamu sekarang kan kamu sudah milik Elena, sahabatku”, kataku dengan pasti.
“Kau takkan percaya ini bukan?”, dia bertanya memancingku untuk balik bertanya.
“Memangnya kenapa?”, tanyaku.
“Sebenarnya orangtua ku ingin menjodohkanku dengannya, tapi karena kami tak saling mencintai, aku pun putus hubungan dengannya.”, katanya dengan penuh penjelasan. Sepertinya kini aku tau kenapa ia merindukanku. Ia mencoba mendekatiku. Apa yang kau lakukan? Pikirku dalam hati.
“Calysta… Jujur, aku tak dapat membohongi perasaanku. Meskipun kita sudah lama putus hubungan, tapi aku masih menyayangimu. Hanya kotak musik ini yang dapat mengobati kerinduanku padamu”, kata-katanya serasa membelah langit yang tadinya hitam pekat menjadi cerah.
“Calysta, maukah kamu kembali lagi padaku?”, tak ku sangka ia akan menanyakan hal seperti itu. Jujur Rey, aku juga masih mencintaimu, bisikku dalam hati. Aku hanya mengangguk dengan tersenyum bahagia dan lepas dengan menyandarkan kepalaku di bahunya. Tak terasa pipiku basah terkena terpaan tetesan di balik kedua mataku. Aku menangis bahagia. Ya, aku menangis bahagia karenanya. Karena ternyata dia benar-benar memelukku dengan erat. Sudah lama aku tak merasakan kehangatan pelukannya yang mampu membuat jiwaku tenang.
“Aku sayang padamu, Calysta”, ia berbisik tepat di telingaku.
“Aku juga sayang padamu, Rey”, kataku dengan senyuman penuh hangat.
Cerpen Karangan: Erlan TriAngga Yusuf
Detik jam terus berlalu, layaknya sang surya yang menampakkan kehangatannya tepat waktu. Dinginnya angin yang mencengkram mencoba membekukan perasaanku yang sedang asik mengitari keindahanmu. Rasanya baru kemarin aku mengenalmu, namun kau telah mampu menebak apa yang tersembunyi di balik isi hatiku. Tapi mengapa? Mengapa harus ku telan lagi pahit yang harus ku nikmati bertahun-tahun ini? Rasanya sungguh tak adil bagiku.
“Mengapa kau terus menatapku seperti itu?”, ia mencoba membuka percakapan. Menghilangkan keheningan di sela dinginnya gemercik air yang turun dari langit. Kulit tebal yang menyelimutiku rasanya kurang puas untuk membentengi tusukan-tusukan dingin yang menikam.
“Tidak apa-apa, aku hanya…”, kata-kataku terputus ketika ia bergegas mendekatiku. Mencoba membangun serangan-serangan untuk tetap membuatku hangat.
“Terima kasih”, ucapku pelan, ketika selembar jaket tipis mendarat di tubuhku, ia hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Kulihat jam yang melingkar di tanganku masih menunjukkan pukul 19.02. Adzan pun mulai menyentuh telinga dengan merdunya. Ku terus menikmati indahnya alunan rintik air hujan yang tak kunjung reda. Mungkin akan awet hujannya, pikirku. Aku pun mulai merangkai kata agar kebersamaan ini takkan membatu.
“Bagaimana kabarmu?”, tanyaku dengan sedikit basa-basi.
“Baik”, jawabnya hambar.
“Kau sendiri bagaimana kabarmu?”, lanjutnya.
“Seperti biasa, baik-baik saja”, jawabku sambil memperhatikan tangannya yang sibuk merogoh tas yang dibawanya. Sepertinya ada sesuatu yang ingin ia tunjukkan.
“Kau masih ingat dengan ini?”, sambil memperlihatkan sesuatu.
Deg. Sebuah kotak musik. Sepertinya benda itu tak asing bagiku. Sebuah benda yang mengingatkanku akan masa lalu. Masa lalu yang sempat membuat hatiku hancur lebur. Jika aku mengingat orang itu, ingin rasanya ku membunuhnya. Tidak, lebih tepat lagi membunuh harapan yang pernah ku bangun sedemikian rupa indahnya. Namun harapan itu pun pupus ketika seseorang itu merencanakan harapan baru dengan bidadari lain. Bidadari itu, sahabatku. Sakit, memang. Tapi, ya sudahlah. Itu sudah menjadi pilihannya. Pilihan yang mungkin akan merasa dirinya lebih baik untuk mewujudkan rajutan mimpi indahnya dengan sahabatku itu.
“Iya, memangnya kenapa?”, aku bertanya balik dengan sedikit mimik kesal.
“Eng.. Engga, gak papa”, jawabnya terbata-bata. Ingin rasanya ku akhiri saja pertemuan ini, tapi tiba-tiba rintik hujan pun semakin deras. Kenapa harus tercipta kenangan yang indah, namun menyisakan luka di hati? Mungkin memang sudah jalan takdirku seperti ini, aku membatin. Tak lama kemudian ia meneruskan kata-katanya.
“Aku merindukan ini. Aku juga merindukan seseorang yang memberikan benda ini padaku. Dan aku juga merindukan tempat ini. Tempat yang biasa ku kunjungi dengan kisah masa laluku”, katanya dengan lembut tanpa mengurangi rasa kehormatannya. Tapi itu sudah berlalu, lagipula kamu juga tak peduli bagaimana perasaanku saat kamu lebih memilih sahabatku daripada aku, aku memaki dalam hati. Kini aku sudah tak tau harus berkata apa. Aku sedikit tercengang mendengar ucapannya barusan. Seolah jantungku berhenti bekerja seperti biasanya. Aliran darahku berhenti mengalir. Oksigen yang masuk-keluar pun tak lagi berirama seindah biasanya. Mulutku terkunci rapat. Aku bergegas mencari kunci tersebut agar mulutku dapat terbuka dan mengucapkan beberapa kata. Tapi sayang, otakku tak dapat bekerja maksimal untuk mencari kata-kata yang tepat untuk menangkis serangan mematikan yang ia berikan.
“Kamu gak kenapa-kenapa kan?”, tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Untung saja udara disini dingin. Kalau tidak, mungkin aku sudah mandi keringat karena menahan rasa cemasku yang bercampur gugup ini.
“Emm, gak papa kok”, jawabku mengumpatkan sesuatu agar ia tak curiga. Akhirnya aku nekat membuka mulutku yang sedari tadi tertutup rapat.
“Aku kira kau telah membuangnya”, kataku sambil meraih kotak musik itu dari tangannya.
“Aku tidak akan pernah bisa membuangnya”, katanya dengan raut wajah menyesal.
“Kenapa?”, tanyaku penasaran. Ia terdiam sejenak. Menghela nafas sambil melihat tampiasan air hujan yang jatuh dari atap. Atap sebuah rumah kayu yang pernah kami buat sebagai hari jadiku dengannya 3 tahun yang lalu.
“Aku selalu merindukan seseorang ketika ku buka kotak ini”, katanya sambil meraih kotak musik itu dari tanganku. Kali ini ia benar benar membuka kotak itu. Putri kecil nan mungil pun keluar dari sarangnya. Dengan nada-nada yang indah nan mendayu, alunan musik yang merdu, melodi-melodi yang menyentuh dinding hati itu pun sejenak mengheningkan sebuah percakapan klasik oleh dua insan. Bertepatan dengan itu, rintik hujan yang sedari tadi sudah akrab menemaniku, kini mulai berhenti.
“Aku merindukanmu”, ia melanjutkan kata-katanya.
Hatiku terpukul ketika ia mengatakan itu. Jelas, dia yang pernah kucintai setulus hati, tapi lebih memilih orang lain yang tak lain adalah sahabatku sendiri.
“Tapi, kamu sekarang kan kamu sudah milik Elena, sahabatku”, kataku dengan pasti.
“Kau takkan percaya ini bukan?”, dia bertanya memancingku untuk balik bertanya.
“Memangnya kenapa?”, tanyaku.
“Sebenarnya orangtua ku ingin menjodohkanku dengannya, tapi karena kami tak saling mencintai, aku pun putus hubungan dengannya.”, katanya dengan penuh penjelasan. Sepertinya kini aku tau kenapa ia merindukanku. Ia mencoba mendekatiku. Apa yang kau lakukan? Pikirku dalam hati.
“Calysta… Jujur, aku tak dapat membohongi perasaanku. Meskipun kita sudah lama putus hubungan, tapi aku masih menyayangimu. Hanya kotak musik ini yang dapat mengobati kerinduanku padamu”, kata-katanya serasa membelah langit yang tadinya hitam pekat menjadi cerah.
“Calysta, maukah kamu kembali lagi padaku?”, tak ku sangka ia akan menanyakan hal seperti itu. Jujur Rey, aku juga masih mencintaimu, bisikku dalam hati. Aku hanya mengangguk dengan tersenyum bahagia dan lepas dengan menyandarkan kepalaku di bahunya. Tak terasa pipiku basah terkena terpaan tetesan di balik kedua mataku. Aku menangis bahagia. Ya, aku menangis bahagia karenanya. Karena ternyata dia benar-benar memelukku dengan erat. Sudah lama aku tak merasakan kehangatan pelukannya yang mampu membuat jiwaku tenang.
“Aku sayang padamu, Calysta”, ia berbisik tepat di telingaku.
“Aku juga sayang padamu, Rey”, kataku dengan senyuman penuh hangat.
Cerpen Karangan: Erlan TriAngga Yusuf
CERPEN CINTA SEGITIGA 2
INDAH PADA WAKTUNYA
“Siang malam kunanti sebuah keajaiban atas penantianku”
Ini adalah kisah tentang perjalanan kisah cintaku, aku adalah Nayla Wildania. Sekarang aku adalah seorang Manager di salah satu perusahaan di Kota Malang. Setelah 3 tahun aku tinggal di Palembang kini aku kembali ke kota asalku lahir. Suasana masih sama seperti dulu, terduduk dan terdiam dalam kamar kesayanganku itulah yang paling kurindukan. Suasana hujan menambah kesejukan sore itu. Kulihat deretan buku diary yang tersusun rapi di atas meja belajarku. Aku mulai membuka lembar demi lembar catatan yang terdapat di dalamnya. Sampai pada akhirnya tak terasa tetesan airmata membasahi pipi ini ketika ku kembali pada memori tentang cinta pertamaku yang tak pernah bisa tergantikan sampai saat ini meski 7 tahun telah berlalu. Aku selalu berharap untuk dapat kembali padanya tapi sepertinya Allah punya kehendak lain, tapi aku tak bisa mengingkari hati ini bahwa aku masih mencintainya.
“cinta kau tebarkan di hatiku rasa di hati kecilku”
Tujuh tahun yang lalu saat itu aku duduk kelas 11 SMA. Dia datang secara tiba-tiba sesuatu yang kuanggap tak mungkin menjadi kenyataan ketika sahabatku mengenalkan dia sebagai kakaknya, Dina tidak pernah mempertemukan tapi selalu menceritakan tentang dia yang membuatku semakin mengagumi dia. Setelah itu aku mulai mengenalnya, 17 mei aku pun memutuskan untuk menjalin cinta yang merupakan hal yang pertama untukku. Saat itu aku begitu bahagia meskipun sahabatku tidak menyetujui hubungan kami.
“Terima kasih untuk luka yang kau beri”
Akan tetapi kebahagiaanku akan cinta itu hanya berlangsung sekejap, dan mengubah duniaku seperti duri-duri yang menusuk setiap tubuh ketika harus kuhadapi kenyataan akan berakhirnya hubungan kami tepat 17 juni. Ku tak sanggup harus menghadapi kenyataan saat kutahu dia tak pernah menaruh hati untukku dan hanya ingin mencobaku. Setelah berakhir kisah cinta pertamaku aku mulai hidup dengan semangat tinggi hanya untuk meraih cita-citaku sampai aku tak pernah memikirkan cinta. Kini usiaku sudah 26 tahun dan aku masih menjadi diriku yang dulu dengan kepolosannya. Dering Hp menyadarkanku dari lamunan, sahabatku Dina dan Nia ingin bertemu dan mengadakan reuni antara kita bertiga.
Suasana kafe pada sore itu terlihat begitu ceria tentu saja ketika kita bertiga bersama maka akan terdengar celotehan dan becandaan yang membuat suasana semakin riuh. Nia dan Dina terheran melihat penampilanku yang telah berubah dari sorang Nayla yang tak bisa berdandan kini berubah menjadi wanita feminin yang membuat semua orang amnesia. Kegaduhan kita bertiga terpecah saat seorang pria datang yang membuat jantungku berdetak semakin kencang. Tampak Nia hanya tersenyum saat ia melihatku terdiam tanpa suara. Dina menyapa pria itu dengan sebutan Vicky. Pria itu adalah Vicky cinta pertamaku yang membuatku tak bisa move on. Terlihat dia menatapku begitu tajam hingga membuatku tak mampu berucap. Tujuh tahun diriku tak pernah melihatnya tapi aku masih bisa dengan jelas mengenalnya. Dia menanyakan diriku kepada Dina, dan Nia tertawa lalu ia mengenalkanku sebagai mantan pacarnya. Dia hanya heran karena dia punya begitu banyak. Lalu aku memperkenalkan diriku, saat kumulai menggegam tangannya serasa jantung ini berhenti karena ini pertama kalinya ku bisa menyentuh tangannya. Terlihat ia tersenyum kepadaku dan terheran melihat perubahanku.
“Dan upayaku tahu diri tak selamaya berhasil”
Beberapa saat kemudian Vicky dan Nayla duduk berduaan setelah ditinggal kedua sahabatnya pergi. Vicky memulai pembicaraan pada waktu itu ia menanyakan kabar dan statusku, aku jawab saja aku masih seperti dulu. Setelah panjang lebar kami mengobrol ia meminta nomor handphoneku dan alamat rumah.
Aku pun terdiam dan terengah-engah saat berada di dalam taxi yang membawa ku pergi, tak pernah kuduga bahwa semua harapan ku menjadi nyata utuk bertemu dengannya walau diri ini serasa tak sanggup. Sesampainya di rumah aku hanya bisa menetaskan airmata dengan memandang album tentangnya yang tertata rapi. Setelah beberapa menit kemudiaan sebuah sms ada di hpku. Saat kumulai membaca dan mengetahui sang pengirim aku hanya bisa tersenyum dengan tetesan airmata setelah sekian lama aku menunggu hanya untuk menerima sms darinya akhirnya hari itu aku mendapatkanya. Aku pun membalas pesan singkatnya, berlanjut dengan percakapan yang begitu panjang sampai pada akhirnya ia mengajakku utuk bertemu di taman kota pada minggu sore, kesempatan itu pun tak kusia-siakan.
“kembalilah kembalilah kurindu engkau disini”
Akhirnya hari itu tiba aku begitu bingung, sampai di taman kulihat dia menungguku dengan kemeja dan celana panjang serta topi yang membuatku tak bisa berucap betapa ku terpesona. Dia mulai menghampiriku dan menarik tanganku untuk melihat sebuah pertunjukan. Dengan rona wajah yang entah bagaimana jantungku berdegup kencang. Dia berkata ingin mengajakku melihat band SCAFT yang merupakan favoritnya. Dia telah menyiapkan 2 tiket untuk kami. Saat aku berdiri terlihat dia melindungiku dari banyak orang, dia tampak senang dan aku pun juga. Setelah melihat konser kami pun melanjutkan untuk dinner di sebuah café, disitu kami berbicara banyak tentang diri kita masing-masing. Saat aku bertanya kenapa dia tidak mengajak pacarnya, dia berkata bahwa kekasihnya sedang sibuk. Saat dia menyebut kekasih? Aku begitu sakit karena yang kutahu dia akan menyebut kekasih jika orang itu adalah yang paling ia cintai.
“aku masih belum beruntung untuk medapatkan hatimu”
Dan inilah akhir dari penantianku dan ternyata dia bukan untukku. Terdapat panggilan tak terjawab pada hp ku saat kulihat itu adalah dia. Lalu dia menelponku lagi saat aku menjawab terdengar suara lantangnya ia begitu tampak bahagia karena ia akan melamar kekasihnya, bagai tersambar petir hatiku begitu sakit aku hanya bisa berkata selamat. Dia meminta diriku untuk membantunya dalam menyiapkan kejutan untuk melamar kekasihnya itu bersama Dina. Saat ku bertanya kenapa harus aku? Karena dia menganggap bahwa dia begitu nyaman denganku walau baru saja berteman.
“cinta selalu menyakitkan”
Hari untuk melamar pun tiba, walaupun begitu sakit untukku tapi aku tetap harus tegar, Dina mengetahui apa yang aku rasakan. Saat Vicky akan pergi menemui kekasihnya dia begitu terkejut saat orang yang ia kasihi berdua bermesraan dengan laki-laki lain. Kami semua yang ada di tempat itu hanya bisa menghela napas panjang. Perkelahian pun tak terelakkan dan Vicky pun memutuskan kekasihnya itu serta pergi meninggalkan kami semua. Acara lamaran pun gagal dengan bersamaan hancur pula hati seorang pria.
Kejadiaan waktu itu pun telah berlalu tapi luka di dalam hati Vicky tak berubah. Untuk menghilangkan kepenatan dia mengajakku untuk pergi keluar saat kami sedang berjalan tiba-tiba jilbabku ditarik oleh seorang wanita dan wanita itu adalah mantan kekasihnya. Aku begitu malu ketika dia menyebutku sebagai perusak hubungan orang di depan umum, dengan bercucuran air mata aku pun berlari meninggalkan semua dan Vicky mengejarku tapi aku lebih dulu sampai dalam taxi.
Semenjak kejadiaan saat itu aku pun mulai menjauhi Vicky dan aku pun berfikir untuk tak boleh mencintainya lagi. Setiap hari ia menemuiku tapi aku selalu menghindar darinya saat dia menghubungiku aku hanya membalasnya singkat sikapku membuatnya bingung. Suatu hari ia datang ke rumahku dan meminta maaf atas kejadiaan saat itu ia juga berkata agar diriku tak menghindar darinya, semua akan baik-baik saja itulah yang ia katakan.
Perjalanan kami pun berlangsung ia sering bercerita tentang kehidupannya dan bigitu pula aku. Setiap hari kita selalu bertemu. Sampai pada suatu hari saat kami berada di Taman datang mantan kekasihnya kulihat mereka berbicara, aku pun begitu sakit saat sang wanita mengajak untuk balikan, wanita itu memeluk Vicky dan tatapan Vicky begitu dalam yang membuatku yakin bahwa Vicky masih menyayangi wanita itu. Aku pun pergi meninggalkan mereka berdua, sesampai di rumah akupun memutuskan untuk kembali ke Palembang karena di sini aku hanya mendapatkan luka yang tak pernah kering malah semakin memburuk. Tiket sudah di tangan esok paginya aku memutuskan pergi, teman-teamanku mengantarkanku ke bandara.
“tapi mengapa cinta datang terlambat”
Pesawatku telah terbang meninggalkan Vicky yang menyusul ke bandara tatapi semua itu telah terlambat. Nia menceritakan semua pada Vicky atas penyebab kepergiaanku lalu ia menunjukan sebuah diary yang berisi semua kisahku yang begitu cinta. Vicky meneteskan air mata saat tau ia telah menyia-nyiakan cinta tulus dari seorang wanita yang telah berharap begitu lama mendapatkan cinta. Vicky juga menyadari bahwa ia telah jatuh cinta
Satu tahun setelah kejadiaan itu aku kembali lagi untuk mengunjungi pernikahan Dina disana tak kulihat Vicky, aku pun berfikir pasti dia telah menikah dan hidup bahagia. Tak kuduga ternyata Vicky ada di sebelahku, aku tersenyum malu saat mata kita saling menatap.
“berakhir sudah pencariaan kisah cintaku diri ini tak lagi sepi kini aku tak sendiri”
“hay, kenapa baru kembali?”
“gak papa aku lebih enak disana… eh gimana dengan pernikahanmu?”
“nikah? wahahhaha… belum kok. Tapi sebentar lagi aku bakalan nyusul dina tapi aku masih nunggu dia kembali dan sekarang ia kembali…!!”
“selamet yah… aku turut bahagia.” “kamu gimana?” “aku? Gak tau orang yang aku mau udah mau nikah sih?” Vicky “mata kamu kok merah?” “eh… kelilipan. ngomong-ngomong calonmu ada disini?” “iyalah dia ada disini” “mana-mana aku mau kenalan”
Vicky denngan menatap tajam ke arahku “dia ada di depanku dan kulihat cinta dalam matanya yang selama ini aku sia-siakan, aku mencintaimu”
“aku…? Apaan sih becandanya lucu” “aku serius Vicky sayang Nayla… cinta Nayla dan akan menjaga hati ini Cuma buat Nayla”
Air mataku menetes deras dan aku hanya bisa berkata aku mencintaimu… Inilah cinta yang akan indah pada waktunya entah harus berapa banyak waktu tapi yakinlah semua akan indah.
TAMAT
Cerpen Karangan: Windi Hayati
“Siang malam kunanti sebuah keajaiban atas penantianku”
Ini adalah kisah tentang perjalanan kisah cintaku, aku adalah Nayla Wildania. Sekarang aku adalah seorang Manager di salah satu perusahaan di Kota Malang. Setelah 3 tahun aku tinggal di Palembang kini aku kembali ke kota asalku lahir. Suasana masih sama seperti dulu, terduduk dan terdiam dalam kamar kesayanganku itulah yang paling kurindukan. Suasana hujan menambah kesejukan sore itu. Kulihat deretan buku diary yang tersusun rapi di atas meja belajarku. Aku mulai membuka lembar demi lembar catatan yang terdapat di dalamnya. Sampai pada akhirnya tak terasa tetesan airmata membasahi pipi ini ketika ku kembali pada memori tentang cinta pertamaku yang tak pernah bisa tergantikan sampai saat ini meski 7 tahun telah berlalu. Aku selalu berharap untuk dapat kembali padanya tapi sepertinya Allah punya kehendak lain, tapi aku tak bisa mengingkari hati ini bahwa aku masih mencintainya.
“cinta kau tebarkan di hatiku rasa di hati kecilku”
Tujuh tahun yang lalu saat itu aku duduk kelas 11 SMA. Dia datang secara tiba-tiba sesuatu yang kuanggap tak mungkin menjadi kenyataan ketika sahabatku mengenalkan dia sebagai kakaknya, Dina tidak pernah mempertemukan tapi selalu menceritakan tentang dia yang membuatku semakin mengagumi dia. Setelah itu aku mulai mengenalnya, 17 mei aku pun memutuskan untuk menjalin cinta yang merupakan hal yang pertama untukku. Saat itu aku begitu bahagia meskipun sahabatku tidak menyetujui hubungan kami.
“Terima kasih untuk luka yang kau beri”
Akan tetapi kebahagiaanku akan cinta itu hanya berlangsung sekejap, dan mengubah duniaku seperti duri-duri yang menusuk setiap tubuh ketika harus kuhadapi kenyataan akan berakhirnya hubungan kami tepat 17 juni. Ku tak sanggup harus menghadapi kenyataan saat kutahu dia tak pernah menaruh hati untukku dan hanya ingin mencobaku. Setelah berakhir kisah cinta pertamaku aku mulai hidup dengan semangat tinggi hanya untuk meraih cita-citaku sampai aku tak pernah memikirkan cinta. Kini usiaku sudah 26 tahun dan aku masih menjadi diriku yang dulu dengan kepolosannya. Dering Hp menyadarkanku dari lamunan, sahabatku Dina dan Nia ingin bertemu dan mengadakan reuni antara kita bertiga.
Suasana kafe pada sore itu terlihat begitu ceria tentu saja ketika kita bertiga bersama maka akan terdengar celotehan dan becandaan yang membuat suasana semakin riuh. Nia dan Dina terheran melihat penampilanku yang telah berubah dari sorang Nayla yang tak bisa berdandan kini berubah menjadi wanita feminin yang membuat semua orang amnesia. Kegaduhan kita bertiga terpecah saat seorang pria datang yang membuat jantungku berdetak semakin kencang. Tampak Nia hanya tersenyum saat ia melihatku terdiam tanpa suara. Dina menyapa pria itu dengan sebutan Vicky. Pria itu adalah Vicky cinta pertamaku yang membuatku tak bisa move on. Terlihat dia menatapku begitu tajam hingga membuatku tak mampu berucap. Tujuh tahun diriku tak pernah melihatnya tapi aku masih bisa dengan jelas mengenalnya. Dia menanyakan diriku kepada Dina, dan Nia tertawa lalu ia mengenalkanku sebagai mantan pacarnya. Dia hanya heran karena dia punya begitu banyak. Lalu aku memperkenalkan diriku, saat kumulai menggegam tangannya serasa jantung ini berhenti karena ini pertama kalinya ku bisa menyentuh tangannya. Terlihat ia tersenyum kepadaku dan terheran melihat perubahanku.
“Dan upayaku tahu diri tak selamaya berhasil”
Beberapa saat kemudian Vicky dan Nayla duduk berduaan setelah ditinggal kedua sahabatnya pergi. Vicky memulai pembicaraan pada waktu itu ia menanyakan kabar dan statusku, aku jawab saja aku masih seperti dulu. Setelah panjang lebar kami mengobrol ia meminta nomor handphoneku dan alamat rumah.
Aku pun terdiam dan terengah-engah saat berada di dalam taxi yang membawa ku pergi, tak pernah kuduga bahwa semua harapan ku menjadi nyata utuk bertemu dengannya walau diri ini serasa tak sanggup. Sesampainya di rumah aku hanya bisa menetaskan airmata dengan memandang album tentangnya yang tertata rapi. Setelah beberapa menit kemudiaan sebuah sms ada di hpku. Saat kumulai membaca dan mengetahui sang pengirim aku hanya bisa tersenyum dengan tetesan airmata setelah sekian lama aku menunggu hanya untuk menerima sms darinya akhirnya hari itu aku mendapatkanya. Aku pun membalas pesan singkatnya, berlanjut dengan percakapan yang begitu panjang sampai pada akhirnya ia mengajakku utuk bertemu di taman kota pada minggu sore, kesempatan itu pun tak kusia-siakan.
“kembalilah kembalilah kurindu engkau disini”
Akhirnya hari itu tiba aku begitu bingung, sampai di taman kulihat dia menungguku dengan kemeja dan celana panjang serta topi yang membuatku tak bisa berucap betapa ku terpesona. Dia mulai menghampiriku dan menarik tanganku untuk melihat sebuah pertunjukan. Dengan rona wajah yang entah bagaimana jantungku berdegup kencang. Dia berkata ingin mengajakku melihat band SCAFT yang merupakan favoritnya. Dia telah menyiapkan 2 tiket untuk kami. Saat aku berdiri terlihat dia melindungiku dari banyak orang, dia tampak senang dan aku pun juga. Setelah melihat konser kami pun melanjutkan untuk dinner di sebuah café, disitu kami berbicara banyak tentang diri kita masing-masing. Saat aku bertanya kenapa dia tidak mengajak pacarnya, dia berkata bahwa kekasihnya sedang sibuk. Saat dia menyebut kekasih? Aku begitu sakit karena yang kutahu dia akan menyebut kekasih jika orang itu adalah yang paling ia cintai.
“aku masih belum beruntung untuk medapatkan hatimu”
Dan inilah akhir dari penantianku dan ternyata dia bukan untukku. Terdapat panggilan tak terjawab pada hp ku saat kulihat itu adalah dia. Lalu dia menelponku lagi saat aku menjawab terdengar suara lantangnya ia begitu tampak bahagia karena ia akan melamar kekasihnya, bagai tersambar petir hatiku begitu sakit aku hanya bisa berkata selamat. Dia meminta diriku untuk membantunya dalam menyiapkan kejutan untuk melamar kekasihnya itu bersama Dina. Saat ku bertanya kenapa harus aku? Karena dia menganggap bahwa dia begitu nyaman denganku walau baru saja berteman.
“cinta selalu menyakitkan”
Hari untuk melamar pun tiba, walaupun begitu sakit untukku tapi aku tetap harus tegar, Dina mengetahui apa yang aku rasakan. Saat Vicky akan pergi menemui kekasihnya dia begitu terkejut saat orang yang ia kasihi berdua bermesraan dengan laki-laki lain. Kami semua yang ada di tempat itu hanya bisa menghela napas panjang. Perkelahian pun tak terelakkan dan Vicky pun memutuskan kekasihnya itu serta pergi meninggalkan kami semua. Acara lamaran pun gagal dengan bersamaan hancur pula hati seorang pria.
Kejadiaan waktu itu pun telah berlalu tapi luka di dalam hati Vicky tak berubah. Untuk menghilangkan kepenatan dia mengajakku untuk pergi keluar saat kami sedang berjalan tiba-tiba jilbabku ditarik oleh seorang wanita dan wanita itu adalah mantan kekasihnya. Aku begitu malu ketika dia menyebutku sebagai perusak hubungan orang di depan umum, dengan bercucuran air mata aku pun berlari meninggalkan semua dan Vicky mengejarku tapi aku lebih dulu sampai dalam taxi.
Semenjak kejadiaan saat itu aku pun mulai menjauhi Vicky dan aku pun berfikir untuk tak boleh mencintainya lagi. Setiap hari ia menemuiku tapi aku selalu menghindar darinya saat dia menghubungiku aku hanya membalasnya singkat sikapku membuatnya bingung. Suatu hari ia datang ke rumahku dan meminta maaf atas kejadiaan saat itu ia juga berkata agar diriku tak menghindar darinya, semua akan baik-baik saja itulah yang ia katakan.
Perjalanan kami pun berlangsung ia sering bercerita tentang kehidupannya dan bigitu pula aku. Setiap hari kita selalu bertemu. Sampai pada suatu hari saat kami berada di Taman datang mantan kekasihnya kulihat mereka berbicara, aku pun begitu sakit saat sang wanita mengajak untuk balikan, wanita itu memeluk Vicky dan tatapan Vicky begitu dalam yang membuatku yakin bahwa Vicky masih menyayangi wanita itu. Aku pun pergi meninggalkan mereka berdua, sesampai di rumah akupun memutuskan untuk kembali ke Palembang karena di sini aku hanya mendapatkan luka yang tak pernah kering malah semakin memburuk. Tiket sudah di tangan esok paginya aku memutuskan pergi, teman-teamanku mengantarkanku ke bandara.
“tapi mengapa cinta datang terlambat”
Pesawatku telah terbang meninggalkan Vicky yang menyusul ke bandara tatapi semua itu telah terlambat. Nia menceritakan semua pada Vicky atas penyebab kepergiaanku lalu ia menunjukan sebuah diary yang berisi semua kisahku yang begitu cinta. Vicky meneteskan air mata saat tau ia telah menyia-nyiakan cinta tulus dari seorang wanita yang telah berharap begitu lama mendapatkan cinta. Vicky juga menyadari bahwa ia telah jatuh cinta
Satu tahun setelah kejadiaan itu aku kembali lagi untuk mengunjungi pernikahan Dina disana tak kulihat Vicky, aku pun berfikir pasti dia telah menikah dan hidup bahagia. Tak kuduga ternyata Vicky ada di sebelahku, aku tersenyum malu saat mata kita saling menatap.
“berakhir sudah pencariaan kisah cintaku diri ini tak lagi sepi kini aku tak sendiri”
“hay, kenapa baru kembali?”
“gak papa aku lebih enak disana… eh gimana dengan pernikahanmu?”
“nikah? wahahhaha… belum kok. Tapi sebentar lagi aku bakalan nyusul dina tapi aku masih nunggu dia kembali dan sekarang ia kembali…!!”
“selamet yah… aku turut bahagia.” “kamu gimana?” “aku? Gak tau orang yang aku mau udah mau nikah sih?” Vicky “mata kamu kok merah?” “eh… kelilipan. ngomong-ngomong calonmu ada disini?” “iyalah dia ada disini” “mana-mana aku mau kenalan”
Vicky denngan menatap tajam ke arahku “dia ada di depanku dan kulihat cinta dalam matanya yang selama ini aku sia-siakan, aku mencintaimu”
“aku…? Apaan sih becandanya lucu” “aku serius Vicky sayang Nayla… cinta Nayla dan akan menjaga hati ini Cuma buat Nayla”
Air mataku menetes deras dan aku hanya bisa berkata aku mencintaimu… Inilah cinta yang akan indah pada waktunya entah harus berapa banyak waktu tapi yakinlah semua akan indah.
TAMAT
Cerpen Karangan: Windi Hayati
Langganan:
Postingan (Atom)